Read More >>"> Kesempatan (Alvaro Kembali) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kesempatan
MENU
About Us  

SATU hal yang paling Emilia sesali beberapa hari ini adalah ketidakhadirannya di hidup Alvaro di saat cowok itu tengah menghadapi masalah. Absennya Emilia membuat Alvaro terjebak pada pergaulan yang melibatkan rokok, minuman keras hingga sosok perempuan yang ada di sisi kekasihnya. Penyesalan itu terlampau besar hingga membuat Emilia berulang kali merutuki diri. Mendengar pengakuan Alvaro tentang alkohol yang ditenggaknya atau melihat ia memeluk cewek lain di tempat tidur yang sama, tidak hanya memberi rasa kecewa, tapi juga sakit hati yang luar biasa. Namun, alih-alih menyalahkan Alvaro untuk tingkah lakunya, Emilia justru menumpahkan kesalahan itu padanya. Seandainya ia ada untuk Alvaro, kejadiannya akan berbeda.

Itulah yang membuatnya sanggup memaafkan Alvaro. Emilia bisa melihat ketulusan permintaan maaf Alvaro padanya, dan bagaimana cowok itu menyesali perbuatannya. Ia yakin Alvaro akan menjadi Alvaro-nya yang dulu, yang memilihnya untuk berkeluh-kesah. Maka, begitu Alvaro kembali rajin mengirimnya WhatsApp dan mengabarkan bahwa ia sudah pulang, Emilia teramat lega.

“Aku cuma bikin telur dadar gulung soalnya bahan di rumah udah kosong.” Emilia membuka kotak bekal yang ia letakkan di mejanya. Saat tak ada jawaban dari Alvaro, Emilia mendongak. “Yang?”

Alvaro duduk di hadapannya, di bangku yang diputar. Cowok itu mengerjap saat Emilia memanggilnya.

“Enak nih kelihatannya, Yang.” Alvaro memasang senyum ganjil, lalu menusuk potongan telur dadar dengan garpu yang Emilia bawa. Ia mengunyahnya antusias dan mengangguk-angguk. “Enak, Yang!”

Emilia seharusnya gembira karena Alvaro kembali bersekolah dan menikmati masakannya. Sayangnya, ia tidak bisa sepenuhnya merasa demikian karena ada sesuatu yang terasa salah. Gerak-gerik Alvaro janggal sekali. Ia memang menemui Emilia begitu istirahat tiba dan menyapanya seperti biasa, tapi Emilia merasa ada yang berbeda. Senyum dan bicara Alvaro seperti dipaksakan. Tadi saja cowok itu terlihat melamun dengan wajah gusar.

“Yang?”

“Hm?” Alvaro memasukkan nasi ke mulutnya tanpa menatap Emilia.

Emilia menelan ludah. Ia mengusap lengannya tanpa sadar. “Di rumah...nggak ada apa-apa?”

Kunyahan Alvaro melambat, sebelum kembali dengan kecepatan semula. Ia mengangguk-angguk.

“Aman, Yang,” aku Alvaro setelah menelan kunyahannya. “Diomelin panjang lebar sih sama mama, tapi aman, kok.”

Alvaro berkata jujur. Emilia tahu itu. Ia berdeham. Sekilas suara tawa teman-temannya yang duduk di dekat pintu membuat perhatian Emilia pecah. Hanya ada beberapa siswa di kelas. Puspa pamit ke kantin saat Alvaro tiba tadi.

“Papa kamu gimana?” tanya Emilia memberanikan diri.

“Lagi nggak di rumah.”

“Oh.” Emilia tidak tahu respon serupa apa yang mesti ia beri, jadi hanya itu yang keluar dari mulutnya.

“Yang.”

“Ya?”

Bersamaan dengan Emilia membuka mulutnya untuk membalas panggilan itu, sepotong telur dadar gulung mendarat di sana. Ia membeliak karena terkejut. Alvaro tergelak.

“Makannya mau disuapin, nih?” Bahu Alvaro berguncang karena tawa.

Emilia tertegun menatap sosok itu. Ada rasa haru sekaligus rindu melihat Alvaro di depannya sekarang, tertawa seperti dirinya yang dulu. Ia yakin Alvaro-nya memang telah kembali. Keanehan yang dirasakannya tadi hanya ketakutannya saja.

Istirahat itu Emilia habiskan sepenuhnya dengan Alvaro. Selepas bel masuk terdengar, Alvaro pamit, dan teman sekelas Emilia pun berdatangan. Di sisinya, Puspa duduk dan menyeret bangkunya mendekat pada Emilia.

“Mi,”

“Ya?”

“Muka Al kenapa?”

Emilia yang tengah menyiapkan buku pelajaran berikutnya, tersentak. Ia tahu bekas lebam yang masih menghias wajah Alvaro akan jadi pertanyaan besar tidak hanya teman sekelas cowok itu, tapi juga penghuni sekolah lain.

“Jatuh dari motor. Makanya dia sempat nggak masuk karena sakit.” Emilia mengadopsi jawaban Alvaro yang diberikannya pada salah seorang teman kelas Emilia, bertanya begitu wajah cowok itu tampak berbeda. Jawaban itu aman untuk mempertahankan nama baik pemimpin kota ini.

Puspa meringis ngilu. Emilia bersyukur guru segera tiba karena perhatian Puspa sepenuhnya tertuju pada guru mereka. Di tengah diamnya, Emilia hanya berharap satu hal. Perbuatan ayah Alvaro tidak terulang.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
May be Later
13752      2026     1     
Romance
Dalam hidup pasti ada pilihan, apa yang harus aku lakukan bila pilihan hidupku dan pilihan hidupmu berbeda, mungkin kita hanya perlu mundur sedikit mengalahkan ego, merelakan suatu hal demi masa depan yang lebih baik. Mungkin di lain hari kita bisa bersanding dan hidup bersama dengan pilihan hidup yang seharmoni.
The Maiden from Doomsday
9898      2131     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
Melihat Mimpi Awan Biru
3373      1145     3     
Romance
Saisa, akan selalu berusaha menggapai semua impiannya. Tuhan pasti akan membantu setiap perjalanan hidup Saisa. Itulah keyakinan yang selalu Saisa tanamkan dalam dirinya. Dengan usaha yang Saisa lakukan dan dengan doa dari orang yang dicintainya. Saisa akan tumbuh menjadi gadis cantik yang penuh semangat.
Sadness of the Harmony:Gloomy memories of Lolip
598      321     10     
Science Fiction
mengisahkan tentang kehidupan bangsa lolip yang berubah drastis.. setelah kedatangan bangsa lain yang mencampuri kehidupan mereka..
Lost In Auto
1215      440     1     
Romance
Vrinda Vanita, adalah seorang remaja putri yang bersekolah di SMK Loka Karya jurusan Mekanik Otomotif bersama sahabatnya Alexa. Di sekolah yang mayoritas muridnya laki-laki, mereka justru suka pada cowok yang sama.
Vandersil : Pembalasan Yang Tertunda
337      243     1     
Short Story
Ketika cinta telah membutakan seseorang hingga hatinya telah tertutup oleh kegelapan dan kebencian. Hanya karena ia tidak bisa mengikhlaskan seseorang yang amat ia sayangi, tetapi orang itu tidak membalas seperti yang diharapkannya, dan menganggapnya sebatas sahabat. Kehadiran orang baru di pertemanan mereka membuat dirinya berubah. Hingga mautlah yang memutuskan, akan seperti apa akhirnya. Ap...
Pulpen Cinta Adik Kelas
455      263     6     
Romance
Segaf tak tahu, pulpen yang ia pinjam menyimpan banyak rahasia. Di pertemuan pertama dengan pemilik pulpen itu, Segaf harus menanggung malu, jatuh di koridor sekolah karena ulah adik kelasnya. Sejak hari itu, Segaf harus dibuat tak tenang, karena pertemuannya dengan Clarisa, membawa ia kepada kenyataan bahwa Clarisa bukanlah gadis baik seperti yang ia kenal. --- Ikut campur tidak, ka...
The Journey is Love
621      427     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
Seiko
359      258     1     
Romance
Jika tiba-tiba di dunia ini hanya tersisa Kak Tyas sebagai teman manusiaku yang menghuni bumi, aku akan lebih memilih untuk mati saat itu juga. Punya senior di kantor, harusnya bisa jadi teman sepekerjaan yang menyenangkan. Bisa berbagi keluh kesah, berbagi pengalaman, memberi wejangan, juga sekadar jadi teman yang asyik untuk bergosip ria—jika dia perempuan. Ya, harusnya memang begitu. ...
ALACE ; life is too bad for us
1003      603     5     
Short Story
Aku tak tahu mengapa semua ini bisa terjadi dan bagaimana bisa terjadi. Namun itu semua memang sudah terjadi