Prolog
Udara malam yang sangat dingin menerpa setiap hamparan kulit mulusku yang hanya berbalut kaos oblong dan hot pants super pendek. Kulirik Tae-joon yang tengah menatap langit.Ku akui dari sudut pandangan manapunTae-joon tetap sempurna dari pandangan mataku. Dengan wajah yang tampan dan arogan maka tak sedikit para perempuan jatuh kepada Tae-joon, tak terkecuali aku.
"Oppa ..." rengekku. Tae-joon pun lantas menoleh ke arahku.
"Wae?" tanya Tae-joon tanpa ekspresi. Mungkin bagi semua orang ekspresi Tae-joon saat ini sangat aneh, tapi bagiku ini adalah makanan setiap hariku dan aku sangat menyukainya.
"Dingin ..." lirihku. Tae-joon berpikir sejenak lalu ia pun mengeluarkan sebungkus rokok dan korek api dan saku celananya. Aku menatapnya heran. Sejak kapan Tae-joon memiliki sebungkus rokok dan korek api?
"Untukku?" tanyaku bingung. Tae-joon malah menatapku. Perlahan- lahan sudut bibirnya mulai terangkat.
"YAK?! Aku masih dibawah umur!" teriakku kesal sambil memukul pelan lengannya. Ia pun tertawa puas tanpa mencoba menangkis pukulanku di lengannya. Tae-joon pun melepaskan jaket miliknya dan memberikannya kepadaku sehingga kini hanya menyisahkan sebuah kaos putih yang tipis di tubuhnya. Aku merasa bersalah kepada Tae-joon.
"Aku .... akan ke Paris besok ..." lirih Tae-joon . Aku terdiam sejenak sambil mecerna setiap kata yang Tae-joon ucapkan.Paris? Besok?
"Maksudnya?" tanyaku bingung.
" Aku akan ke Paris besok ...:" ulang Tae-joon . Kali ini aku terdiam karena tak tahu ekspresi seperti apa yang harus kutunjukkan kepada Tae-joon sekarang. Mungkinkah Tae-joon berbohong? Jikalau Tae-joon berbohong untuk apa ia melakukan hal itiu kepadaku?
"Aku sudah membeli tiket menuju Paris besok," ucap Tae-joon sambil memberikan sebuah tiket pesawat dari saku celananya. Memang benar Tae-joon akan pergi menuju Paris besok. Dadaku bergemuruh, kakiku lemas dan tanganku bergetar.
"Untuk apa oppa ke Paris?" tanyaku bergetar. Jujur, aku tak dapat membiarkan Tae-joon pergi dariku. Mungkin, aku terlihat bak seorang wanita yang sangat egois bukan?
"Aku akan melanjutkan kuliah di sana," jelas Tae-joon.
"Kenapa... harus disana?" tanyaku lagi. Kini aku hanya berusaha mencari alasan agar tidak pergi dari sisiku.
"Karena... di sana lebih baik,"ucap Tae-joon. Di sana lebih baik? Alasan macam apa itu.
"Oppa! Kenapa harus di sana! Berikan aku alasan yang dapat ku cerna di otakku! Apakah kau hanya pergi melarikan diri dariku?! Baiklah, kalau begitu karena kesalahanku? Jika karena itu aku minta maaf..." teriakku dan kemudian berlutut di depan Tae-joon. Terserah bagi kalian jika ingin mengatakan bahwa aku adalah wanit murahan. Aku sudah tak peduli! Tae-joon pun berjongkok di depanku. Telapak tangannya menangkup lembut pipi mulusku. Satu tetes air mata lolos dari pelupuk mataku. Tae-joon pun langsung menghapus air mataku yang jatuh agar tak sampai di permukaaan bumi.
"Air mata kamu lebih berharga, yon! Berhenti merengek seperti ini! Oppa pasti akan kembali... Kamu jaga diri baik baik saat oppa pergi. Buktikan kamu perempuan yang kuat seperti oppa kira," ucap Tae-joon yang malah membuatku semakin terisak. Aku pun mulai mencari alasan lain.
"Kalau misalnya oppa gak bisa pulang gimana? Kalau misalnya oppa lupa akan kampung halaman gimana? Kalau misalnya oppa lupa sama aku gimana... " ucapku terhenti karena aku tak sanggup untuk emlanjutkan perkataanku lagi. Aku mulai terisak. Tae-joon kini mulai mendekap erat tubuhku. Aku malah semakin terisak. Persetan akan semua masalah ini!
"Percaya sama oppa bahwa oppa bakal pulang," ucap Tae-joon mantap. Jemari tangan tae-joon kini menyentuh bibirku lembut. Perlahan- lahan jemari tangannya berada di tengkuk leherku. Jarak kini mulai hilang di antara kami saat ini. Dapat kurasakan hembusan napas Tae-joon. Perlahan-lahan bibir Tae-joon menempel di bibirku. Tae-joon akhirnya mengambil alih dengan memulai melumat bibirku. Aku hanya diam membiarkan Tae-joon melakukan aksinya ini.Beberapa detik kemudian, Tae-joon mengakhiri adegan ini. Ia pun teringat akan suatu hal.
"Maaf..." lirihnya. Aku hanya diam dengan masih menatapnya. Apa maksud Tae-joon melakukan hal ini kepadaku?
"Aku pulang," ucapku dan kemudian berjalan meninggalkan Tae-joon. Langkahku terhenti kala Tae-joon mencekal tangannku.
"Ayo! Aku akan mengantarmu!' ucap Tae-joon. Aku pun langsung menyadari bahwa malam ini aku akan merasakan arti memiliki dan kehilangan.