"Tidak. Aku tidak akan menyerangmu lagi" ucap vampir berkekuatan elektrikon itu dengan pandangan yang terkunci pada kekasihnya.
Tentu saja Sumin terkejut. Tapi tidak bisa dipungkiri pula jika ia merasa senang. Apakah ini artinya Jimin telah mengerti dan memaafkannya?
Sumin sungguh berharap begitu. Karena ia tidak ingin lagi mengadu kekuatan dengan Jimin. Ia tidak ingin menyakiti lagi orang yang masih ia sayangi itu.
Kalaupun Jimin mau memaafkannya, itu bukan berarti bahwa pria itu masih mencintainya juga kan?
Gadis itu tidak mau berharap terlalu tinggi. Tapi iapun tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa ia masih menyimpan harapan kecil. Berharap bahwa lelaki yang masih ia cintai itu juga masih menyimpan perasaan yang sama.
"Mewakili ibuku, aku meminta maaf padamu, Sumin" kata Jimin dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca.
Sejujurnya Sumin tidak tahu harus merespon seperti apa. Ia hanya bisa mengangguk dengan pandangan sedih.
"Maaf, karena ibuku telah merenggut nyawa ibumu. Kau mengalami masa kanak-kanak yang sulit karena dia. Aku sungguh meminta maaf" lanjut namja yang masih dikepung oleh ketiga temannya itu.
Sumin menggeleng. "Ibumu juga pasti ingin memiliki ayahmu seutuhnya. Dia pasti tidak mau kehilangan ayahmu"
"Tapi dia tidak perlu sampai membunuh ibumu. Wajar jika kau memiliki dendam seperti ini pada keluargaku. Kau boleh membunuhku, Sumin"
"APA!!"
"JIMIN!!"
Perkataan Jimin itu mengundang teriakan dari yang lain.
"Apa maksudmu?" Tanya Sumin dengan bingung. Air mata sudah meluncur turun dari mata bulatnya.
"Nyawa harus dibayar dengan nyawa" jawab Jimin. Tentu saja ia sedih. Pria itu sungguh tidak menyangka bahwa inilah alasan dibalik perbuatan Sumin padanya.
Gadis bersurai coklat panjang itu menggeleng dengan kuat. "Tidak harus!"
Jimin tersenyum sedih. Kini ia merasa sedang dipermainkan oleh takdir. Orang tuanya dan orang tua Sumin ternyata telah saling mengenal jauh sebelum ia dan kekasihnya itu bertemu.
Namja Park itu tahu bahwa memang kedua orang tuanya bercerai karena masalah belahan hati ayahnya. Tapi ia tidak menyangka bahwa sang belahan hati yang dimaksud adalah ibu dari Sumin.
Jiminpun tahu bahwa sebenarnya orang tuanya menikah hanya karena perjodohan. Ayahnya yang seorang vampir berdarah murni diharuskan untuk mempertahankan darah spesial tersebut. Maka ia dijodohkan dengan seorang gadis vampir penenun angin, mengingat ayahnya adalah seorang elektrikon.
Sudah jelas bahwa pernikahan mereka tidak didasari oleh rasa cinta. Setiap hari membangun rumah tangga selama beratus-ratus tahun ternyata membuat ibu Jimin merasakan benih-benih cinta. Tapi sayangnya tidak dengan ayah Jimin.
Kepala keluarga Park itu suatu malam bertemu dengan belahan hatinya yang adalah ibu Sumin. Padahal saat itupun ibu Sumin juga sudah menikah, bahkan Sumin kecil telah lahir. Tapi perasaan keduanya sebagai belahan hati ternyata lebih kuat.
Berkali-kali ayah Jimin dan ibu Sumin bertemu secara diam-diam, berselingkuh dari pasangan masing-masing. Hingga kemudian Mrs. Park curiga dan mengetahui hubungan terlarang itu.
Dibakar api cemburu, wanita itu tentu saja marah. Ia meminta suaminya agar tidak menemui belahan hatinya lagi. Tapi sama sekali tidak dihiraukan oleh Mr. Park. Telah kehabisan kesabaran, Mrs. Parkpun memutuskan untuk melenyapkan Mrs. Baek agar suaminya tidak memiliki belahan hati lagi dan menjadi miliknya seutuhnya.
Tapi sayang, Mr. Park malah menceraikan istrinya. Hal itu sukses membuat ibu Jimin depresi dan mengurung dirinya sendiri.
Dalam situasi seperti ini, Jimin tidak tahu siapa yang harus disalahkan. Semua orang sepertinya membuat kesalahan. Tapi bukankah kesalahan utama berada pada takdir yang mempermainkannya?
"Kau harus membunuhku, Sumin. Itulah alasan kenapa takdir mempertemukan kita" desak Jimin dengan senyum sedih yang sama.
Air mata Sumin semakin deras mendengar kalimat Jimin barusan. "Tidak, Jim. Bukan seperti itu"
"Kemana perginya dendammu dulu, Sumin?"
"Maafkan aku, Jimin. Hatiku tertutup dendam hingga tidak melihat bahwa cintamu bahkan lebih tulus"
"Bunuh aku sekali lagi. Aku rela mati di tanganmu."
Mendengar itu Sumin semakin menangis tersedu-sedu. "Tidak, Jim! Tidak!" Serunya sambil menggeleng.
"Hentikan" sebuah suara lemah berhasil menginterupsi perdebatan sepasang kekasih itu.
Jungkook. Namja itu telah sadar meskipun ia terlihat masih lemas.
Atensi Sumin langsung beralih pada lelaki bergigi kelinci yang masih berbaring di sampingnya. "Kookie, apa kau baik-baik saja?"
Jungkook mengangguk samar. "Aku akan merasa lebih baik jika kalian berhenti bertengkar"
"Tapi-" bantah Jimin dan Sumin bersamaan.
Pria Jeon itu tiba-tiba tersenyum. "Lihat. Bahkan kalian mengatakan kata yang sama di waktu yang sama"
Refleks sepasang kekasih itu saling melirik, lantas sama-sama memalingkan muka yang memerah.
Seokjin, Namjoon, dan Taehyung mati-matian berusaha menahan tawa melihat Jimin yang seperti itu. Padahal mereka bertiga menahan Jimin karena teman mereka ini ingin membunuh Sumin. Tapi sekarang Jimin malah terlihat malu-malu mau pada gadis Baek itu.
"Bukankah itu tandanya bahwa takdir tidak mengutuk pertemuan kalian?" Lanjut si namja Jeon.
Semuanya langsung menatap Jungkook, menanti penjelasan dari si maknae yang tubuhnya masih disangga oleh Yoongi.
"Kalian adalah belahan hati. Itu artinya takdir tidak mempertemukan kalian untuk saling membunuh. Melainkan untuk saling mencintai. Bukan begitu, Jin Hyung?" Jungkook mminta dukungan dari Seokjin sebagai vampir tertua dan yang berpengalaman dengan masalah ini.
Pria yang kini berstatus duda itu mengangguk. "Jangan sampai kalian berdua merasakan penyesalan yang aku rasakan"
"Lagipula bukankah kalian dipertemukan oleh surat ancaman yang telah direncanakan oleh sahabatmu itu, Sumin?" Ucap Yoongi disertai dengusan.
"Mantan sahabat" ralat gadis separuh vampir itu dengan memberikan tekanan di setiap katanya.
"Itu berarti Inhalah yang harus disalahkan, bukan takdir" ujar Taehyung.
"Kau benar" Jimin setuju. Ekspresinya tiba-tiba berubah dingin. "Aku pernah berjanji untuk menghisap darah siapapun orang yang mengirim surat sialan itu hingga tubuhnya mengering. Sekarang aku tahu kemana taringku harus menancap" lanjutnya dengan aura mengerikan yang kembali mengelilinginya.
"Bukan hanya kau yang ingin membunuh gadis itu, Jim. Jin hyung juga" kata Namjoon.
"Aku turut berduka cita atas kematian istrimu, hyung" ucap Jimin pada Seokjin.
Namja Kim itu hanya mengangguk dengan senyum sedih. Sepertinya ia masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas perginya belahan hatinya.
"Tentang Inha noona..." Jungkook menggantung kalimatnya. Wajahnya tertunduk seolah apa yang akan ia katakan adalah sesuatu yang salah. "Aku sungguh meminta maaf"
Kebingungan melanda ruangan itu. "Apa maksudmu, Kookie?" Tanya Taehyung mewakili pertanyaan sama yang ada di kepala semua orang.
"Maaf aku tidak bisa menangkap pikirannya selama ini. Andai aku tahu bahwa ia hanya berpura-pura, semua ini pasti tidak akan terjadi. Andai aku lebih kuat dari sekarang, aku pasti bisa mencegahnya. Aku pasti akan membunuh Inha noona saat itu juga." Jelas Jungkook yang merasa sangat bersalah. "Maafkan aku"
Benar. Jika saja Jungkook bisa menangkap pikiran Inha sejak dulu, ia pasti akan tahu bahwa gadis sialan itu adalah seorang vampire hunter. Sayangnya namja bermata doe itu belum terlalu kuat saat itu. Ia juga sama sekali tidak menaruh curiga dengan tingkah laku Inha selama ini.
Inha adalah seorang agen penyamar sempurna.
Itulah yang dipikirkan semua orang. Mereka terjebak dalam lingkaran takdir yang digambar oleh gadis Choi itu.
"Itu bukan salahmu, Jungkook" kata Jimin sambil tersenyum menenangkan.
"Itu adalah kebodohanku. Dia sahabatku sejak kecil. Tapi aku bahkan tidak tahu apapun tentangnya." Ucap Sumin dengan miris.
Jika Sumin sebagai sahabat Inha saja tidak tahu tentang sandiwara gadis itu, apalagi Jungkook yang baru mengenalnya, terlepas dari kekuatan apa yang dimiliki namja bergigi kelinci itu.
"Setidaknya sekarang kita tahu bahwa gadis itu seperti rubah yang harus diwaspadai" kata Namjoon.
"Benar. Jadi berhentilah menyalahkan diri kalian sendiri" ujar Yoongi sedikit kesal.
Yang lain mengangguk. Kemudian keheningan menggantung diantara mereka. Sepertinya semua orang sibuk dengan pemikiran masing-masing.
Hingga suara Yoongi memecah keheningan tersebut. "Sebaiknya kau segera kembali pada mereka" katanya pada Sumin.
Setelah mengucap selamat malam, gadis itupun menghilang dari sana. Tak lupa, ia menatap Jimin untuk sekedar saling mengangguk.
???? Black Roses ????
Lorong itu terlihat sepi dan gelap. Lampu yang menggantung di langit-langitnya mati entah kenapa. Membuat suasana semakin terasa mencekam mengingat itu adalah satu-satunya jalan menuju penjara bawah tanah.
Sesosok gadis tiba-tiba muncul di lorong itu. Kegelapan yang melingkupinya seolah tidak mempengaruhi sama sekali. Ia terus berjalan dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara langkah kaki. Karena ia tahu, diujung lorong sana, ada 2 orang vampire hunter yang sedang berjaga.
Benar saja. Beberapa meter sebelum mencapai ujung lorong, gadis itu bisa melihat bahwa kedua penjaga itu sedang bermain catur untuk membunuh kebosanan. Ia segera berhenti, berusaha tetap bersembunyi dalam kegelapan.
Dalam sekejap, yeoja cantik itu telah hilang. Kemudian ia kembali muncul di dekat deretan penjara. Sebelum melangkah, ia menoleh untuk memastikan bahwa kedua penjaga tadi sama sekali tidak menyadari kehadirannya.
Ya. Dua orang anggota vampire hunter itu sepertinya terlalu asyik bermain catur.
Dengan santai, gadis penyelundup itu berjalan menuju ruang penjara paling ujung. Saat sampai, iapun mengintip ke dalam, lewat lubang intip di pintu. Bibirnya menyunggingkan senyuman saat mata bulatnya melihat seseorang yang meringkuk disana.
Bukannya masuk lewat pintu, gadis itu malah menghilang, berteleportasi ke dalam ruangan penjara itu. Dia memang belum pernah masuk ke penjara tersebut. Tapi ia bisa melihatnya lewat lubang intip tadi. Jadi iapun bisa membayangkan bagaimana suasana dalam kurungan itu.
Yeoja bersurai coklat panjang itu mengamati ruangan. Kemarin memang ia datang kesini. Tapi hanya bisa mengintip lewat lubang intip saja. Karena iapun harus benar-benar waspada pada Dokter Yoon yang mengantarnya ke tempat ini.
Penjara tersebut bisa dibilang cukup nyaman. Ada ranjang tempat tidur, rak buku, lemari pakaian, meja, kursi, dan pintu lain di sudut yang sudah pasti adalah kamar mandi. Setidaknya para vampire hunter ini tidak memperlakukan si tahanan dengan semena-mena.
Dan tahanan itu sepertinya sama sekali tidak menyadari kehadiran seorang tamu. Dia tetap tertunduk lesu dengan kedua kaki yang ia peluk diatas ranjang.
Saat yeoja itu berjalan menghampiri si tahanan, barulah pria itu mengangkat kepalanya. Seketika ia terkejut. "Sumin ssi?" Ucapnya tak yakin. Bahkan suaranya terdengar sedikit serak karena terlalu sering berteriak.
"Apa kabar, Hoseok oppa?" Tanya Sumin sambil tersenyum.
"Tunggu" Hoseok menggosok kedua matanya. Sepertinya ia tidak yakin bahwa Sumin memang berada dalam penjaranya.
Senyum Sumin seketika berubah menjadi senyum iba. "Aku benar-benar disini, oppa" katanya sambil memegang punggung tangan Hoseok.
Hoseok menatapi Sumin. Berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa gadis itu bukanlah berada dalam khayalannya. Senyumnya seketika mengembang. "Terima kasih telah datang!" Katanya dengan ceria.
Sumin sungguh bersyukur, namja Jung ini tidak kehilangan keceriaannya. Padahal ia pikir, berada dalam kurungan seperti akan mengikis mentalnya. Tapi syukurlah pria ini bisa bertahan. Mungkin hal itu disebabkan karena darah Raja Vampir yang mengalir dalam tubuhnya.
Yeoja Baek itu mengangguk. Kemudian melepaskan genggaman tangannya karena merasa bahwa Hoseok telah tenang. "Kau baik-baik saja, Oppa?"
Hoseok bangkit. "Ya! Aku baik-baik saja. Meskipun beberapa kali mereka mengambil sampel darahku, entah untuk apa"
Sumin mengerjap. Otaknya seperti tidak bekerja. "Oppa, kau tak tahu berada dimana?"
Hoseok menggeleng. "Memang kita berada dimana? Kita masih di Korea kan?"
Tidak menjawab pertanyaan itu, si gadis separuh vampir malah memijit pelipisnya. Ini berarti bahwa orang-orang vampire hunter sama sekali tidak mengatakan apapun pada Hoseok. Karena namja ini sama sekali tidak tahu apapun!
"Sumin ssi?" Panggil tahanan itu karena Sumin tak kunjung menjawab pertanyaannya.
Tersentak, Sumin mengangguk. "Ya, kita masih di Korea"
"Kau datang untuk menyelamatkanku kan? Dimana Jimin?"
Masih bingung berfikir, Sumin menjawab asal. "Aku datang sendiri"
Dahi Hoseok mengerut. "Sendiri?"
Sumin hanya mengangguk.
Tiba-tiba namja ceria itu menyeringai. Ia perlahan berjalan ke arah Sumin.
Refleks, Sumin melangkah mundur. Karena demi apapun, seringaian anak dari Raja Vampir ini semakin lama terlihat semakin mengerikan. "Oppa?" Ujar Sumin takut-takut.
"Diam!" Desis Hoseok masih dengan ekspresi mengerikan. Tangannya terulur hingga menggapai leher Sumin. "Berhentilah berpura-pura!" Serunya sambil mencekik leher gadis di hadapannya itu.
Mata bulat Sumin terbelalak terkejut. "Apa maksudmu, oppa?" Tanyanya sambil memberontak.
"Jangan berpura-pura bodoh! Kau bersekongkol dengan sahabatmu itu kan?!" Teriaknya dengan marah.
Yeoja bersurai coklat itu semakin terkejut. Apakah ini artinya Inha telah memperlakukan Hoseok dengan seenaknya?
"Kupikir kalian menculikku untuk meminta tebusan. Tapi akupun bukan orang kaya. Aku hanyalah seorang pemilik tempat karaoke kecil! Apa kalian meminta tempat usahaku itu? Untuk apa? Kalian iri dengan kesuksesanku?" Ujar Hoseok dengan teriakannya.
Sumin hanya bisa mendengarkan sambil berusaha melepaskan cengkraman Hoseok pada lehernya.
"Tapi ternyata aku salah. Kalian tidak membutuhkan uang. Karena bahkan kalian menempatkanku pada penjara yang terlampau mewah. Lalu apa yang kalian inginkan? Kalian ingin tubuhku kan? Kalian ingin menjual organ tubuhku kan? Karena hanya itu yang aku punya!"
Mata Hoseok menyipit ke arah Sumin. Cengkramannya semakin menguat. "Lalu kenapa kalian tidak segera membunuhku? Kenapa kalian malah terus mengambil darahku?"
"Ka-rena uhuk darah-mu s-spe-sial" jawab Sumin dengan susah payah.
Hoseok malah mendengus mendengar jawaban Sumin.
"K-kau uhuk ad-alah a-anak uhuk da-ri R-raja Vam-pir"
Namja Jung itu kembali terkejut. "Omong kosong!"
Sumin terbatuk hebat karena ibu jari Hoseok menekan saluran pernafasannya. Ia tidak bisa terus seperti ini. Dengan sekuat tenaga, Sumin berteleportasi ke ujung ruangan, menjauhi si pria tahanan.
Hoseok sangat terkejut melihatnya. Ia menatap tangannya. Kemudian menatap Sumin yang masih terbatuk di ujung ruangan. "Kau?! Bagaimana bisa kau-"
Setelah berhasil mengendalikan dirinya, Sumin balas menatap manusia yang sebenarnya adalah vampir itu. "Aku memiliki darah vampir dalam tubuhku, oppa. Maka dari itu kau tidak mendengar pintu dibuka saat aku datang. Karena aku memang tidak datang lewat pintu. Tetapi dengan berteleportasi"
Hoseok mundur selangkah. Ia terlihat menelan ludah dengan susah payah. Bibirnya bergetar. Seolah ia ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak bisa.
Perlahan Sumin berjalan mendekati lelaki itu. "Dan alasan kenapa kau diculik adalah karena kau sebenarnya adalah seorang vampir. Bahkan anak dari Raja Vampir"
Hoseok masih diam dengan pandangan ketakutan.
Gadis separuh vampir itu tiba-tiba menjatuhkan satu lututnya. Kepalanya tertunduk. "Saya datang untuk menyelamatkan Anda, Pangeran Jung Hoseok"
TBC
With love, Astralian ????