Petir putih menyambar tubuh Sumin. Tapi gadis itu terlihat baik-baik saja. Tidak terbakar sama sekali. Bahkan air hujan yang mengenai tubuh gadis itu langsung menguap.
Rambut coklat madu Sumin berkibar dan meretih oleh campuran air hujan dan listrik ungu. Bahkan listrik itu seolah memancar dari tubuh Sumin.
Dari bawah pohon, Park ssaem mengamati anak didiknya itu sambil mengunyah apel. Wajahnya datar tanpa ekspresi. "Petir yang menyambar tubuhmu barusan, bukan kau yang memanggilnya kan?" tanya nya sambil mendekati Sumin.
Yeoja separuh vampir itu berbalik dan mengangguk. "Annyeong ssaem. Aku hanya ingin merasakan hujan sambil menunggumu"
Park ssaem mengangguk. "Karena kemarin kau sanggup memanggil petir, kurasa sekarang kau sanggup menembakkan petir dari tanganmu" ucap Park ssaem sambil bersedekap.
"Apa?" tanya Sumin tidak paham.
Park ssaem langsung menunjuk salah satu beton berlingkaran target. "Coba arahkan tanganmu ke beton itu."
Suminpun menurut.
"Sekarang pusatkan seluruh energimu pada tangan kananmu"
Gadis itu melakukan apa yang diminta gurunya.
"Kemudian lepaskan energi itu"
Blaaarrr!!
Beton target itu pecah berhamburan karena listrik yang gadis itu lontarkan dari tangannya.
"Bagus" puji Park ssaem sambil tersenyum tampan.
Sementara itu Sumin masih terbelalak tidak percaya. Ia tidak menyangka bahwa tubuhnya menyimpan energi sedahsyat itu.
"Hari ini berlatihlah menembak beton itu. Dan usahakan mengenai titik tengahnya" perintah guru Sumin yang ternyata juga adalah guru Jimin dulu.
Yeoja Baek itu mengangguk patuh. Kemudian ia mulai menembaki beton-beton yang berjarak beberapa meter darinya.
Tapi saat tembakan ketujuh, tidak ada listrik yang keluar dari tangan Sumin yang terulur. Bahkan gadis itu sudah terlihat putih pucat. Tapi ia masih saja berusaha menembakkan energi listriknya.
"Cukup, Sumin ah" ucap Park ssaem yang telah berdiri di belakang Sumin.
Sumin membungkuk, menumpukan tangannya pada kedua lututnya. Nafasnya berantakan. Keringat yang bercampur dengan air hujan membuat rambutnya lepek dan lengket. "Kenapa- hhh kenapa listriknya hhh tidak keluar lagi hhh ssaem?" tanya nya tersenggal.
Tapi gurunya itu tidak menjawab. Beliau mengerutkan dahinya, berfikir keras. "Haruskah energimu diisi ulang?"
Sumin mendongak. "Apa? Aku harus meminum darah terlebih dahulu?"
"Bukan itu. Coba panggil petir. Dan targetkan pada dirimu sendiri." kemudian namja vampir itu berjalan menjauhi Sumin.
Awalnya Sumin terlihat terkejut. Tapi mengingat bahwa ia tidak apa-apa setelah tersambar petir sore tadi, iapun mulai mengambil ancang-ancang.
Setelah menghela nafas, Suminpun melaksanakan perintah Park ssaem. Dan benar saja. Setelah petir ungu menyambar tubuhnya, Sumin merasa bugar kembali. Ia merasa energinya benar-benar terisi kembali.
"Jadi begitu. Kau seperti baterai isi ulang, Sumin ah" ucap Park ssaem sambil mengamati Sumin yang diselimuti listrik ungu.
"Setelah mengeluarkan energi listrik, kau harus memanggil petir dengan target dirimu sendiri untuk mengisi daya listrikmu kembali. Kau paham maksudku kan?"
Sumin mengangguk. "Apakah itu artinya aku tidak memiliki energi listrik sama sekali?"
"Kau memilikinya sedikit. Tapi dengan menarik partikel listrik di udara, kau sanggup memanggil petir. Jadi gunakan daya listrikmu itu sebaik-baiknya untuk mengisi energimu sendiri"
Sumin kembali mengangguk. "Aku mengerti"
Setelah berlatih memanggil petir dengan Park ssaem, Sumin kembali berlatih taekwondo dan menembak bersama Yoon ssaem.
Sumin memang memintanya sendiri. Ia merasa bahwa latihan menembak dan taekwondo akan lebih berguna baginya. Karena ternyata setelah ia memanggil 3 petir, gadis itu hampir saja pingsan.
Tubuhnya ternyata tidak sanggup untuk memanggil banyak petir. Kekuatan dan tubuhnya sangat terbatas. Tentu saja karena ia masih manusia.
Sumin sadar bahwa ia tetaplah separuh vampir. Jadi wajar saja jika daya listrik yang dimilikinya hanya sedikit.
Sejak itu, Sumin terus berlatih menembakkan listrik pada beton-beton berlingkaran target. Anehnya, setiap sore hari saat ia datang, beton-beton itu telah kembali ke bentuk semula. Padahal kemarin malam Sumin menghancurkannya hingga berkeping-keping.
Apakah para vampir berkekuatan tanah dan batu yang mengembalikannya? Mungkin saja.
Suatu sore, Park ssaem datang bersama seorang wanita berpenampilan sangat sopan. Ia memakai jubah panjang putih bersih, dengan rambut yang diikat rendah.
Tapi gurunya itu tidak mengenalkan mereka berdua. Dan wanita itupun hanya berdiri diam dibawah naungan pohon.
"Apakah dia adalah istri Park ssaem?" batin Sumin sambil mengagumi wanita itu.
Malam itu Sumin kembali berlatih menembaki beton berlingkaran target. Tapi tiba-tiba Park ssaem menyerangnya dari sebelah kanan.
"Aaaakkhhh!!" Sumin yang tidak menyangka akan mendapat serangan dari gurunya sendiri, langsung jatuh terkapar. Lengan atasnya terbakar. Bahkan ujung lengan bajunya telah hangus.
Secepat kilat, wanita berjubah putih itu telah berjongkok di dekat Sumin. Ia mengulurkan tangannya pada luka Sumin dan perlahan luka gadis itu sembuh.
Sumin langsung menatap namja Park itu tidak terima. "Ssaem! Kenapa ssaem menyerang saya?"
Lelaki itu menyeringai sambil berkacak pinggang. "Dalam pertempuran, pasti ada musuh yang akan menyerangmu saat kau menyerang musuh lain. Jadi kau juga harus pandai menghindarinya"
Sumin terdiam. Masuk akal juga. Jika ia sedang fokus menyerang Inha, pasti ada teman Inha yang akan menyerang dirinya juga. "Tapi kenapa saya terluka terkena serangan listrik anda? Bukankah saya baik-baik saja terkena petir?"
"Partikel petir dengan partikel listrikku berbeda, Sumin ah. Kau memang baik-baik saja terkena petir. Tapi aku mungkin akan mati" Park ssaem mengangkat tangan kanannya dan listrik statis berwarna kuning menyelimuti tangannya. "Listrik ini berasal dari dalam tubuhku sendiri. Bukan sepertimu yang menyimpan energi petir kemudian melepaskan energi itu"
"Jadi, aku juga akan tetap terluka seandainya Jimin menyerangku dengan petirnya?"
"Sejujurnya, aku tidak tahu. Bagaimanapun juga energi listrik kecil yang ada di dalam tubuhmu berasal dari Jimin. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kalian saling menyerang"
Sumin mengangguk-angguk.
"Nah, sekarang lanjutkan latihanmu, sekaligus hindari seranganku. Jika kau sudah pandai menghindari seranganku, kita akan berlatih tanding" seringaian Park ssaem terlihat semakin lebar.
Melihat seringaian gurunya itu, entah kenapa, Sumin merasa ngeri sekaligus bersemangat.
???? Black Roses ????
"Kau masih belum bisa menghindari seranganku, Sumin ah" ucap Park ssaem sambil terkekeh-kekeh.
Sejujurnya Sumin jengkel melihat gurunya yang tertawa-tawa itu. Ralat. Sebenarnya ia jengkel pada diri sendiri karena belum bisa menghindari serangan ssaem nya itu.
Yang bisa Sumin lakukan hanyalah meringis kesakitan karena kakinya tersambar petir kuning milik gurunya. Dan seperti biasa, wanita berjubah putih bernama Im Sunghae itu harus menyembuhkan luka Sumin.
Jika dipikir, sebenarnya percuma saja wanita itu menyembuhkan Sumin. Toh sebentar lagi Park ssaem akan menyerangnya lagi hingga babak belur lagi.
"Jangan terlalu keras pada muridmu sendiri, oppa" terdengar suara perempuan dari arah pepohonan.
Ketiga orang disana menoleh serempak. Seorang gadis bersurai abu-abu lebat berjalan santai ke arah mereka.
"Jangan ikut campur, Jiyeon" kata Park ssaem sambil menghela nafas jengah.
"Ckckck apa kau lupa bahwa kemarin meminta bantuanku untuk mengajarinya juga?" gadis bernama Jiyeon itu telah sampai di hadapan mereka semua lantas melipat tangannya di dada. "Tentu saja aku harus ikut campur"
"Terserah kau saja" jawab Park ssaem sambil memutar bola matanya.
"Annyeong Jiyeon ssi" ucap Sunghae dengan suara lembut khas dirinya.
"Annyeong eonnie" jawab Jiyeon sambil tersenyum ceria. Kemudian matanya beralih pada Sumin. "Annyeong Sumin ssi. Jiyeon imnida"
"Ne annyeong" jawab Sumin sambil bangkit. Sunghae telah selesai mengobatinya.
"Para elektrikon biasanya bekerja sama dengan para penenun angin. Dan Jiyeon adalah salah satu vampir penenun angin yang berbakat. Jadi aku ingin kau belajar bekerja sama dengannya" jelas Park ssaem.
Sumin langsung menatap gadis tinggi langsing itu dengan kagum. Ia ingat dari buku yang ia baca dulu, bahwa para vampir penenun angin dapat menunggangi angin. Dengan kata lain, mereka dapat terbang.
Selain itu, mereka dapat mendatangkan angin sepoi-sepoi atau angin puting beliung. Mereka juga dapat menenun angin menjadi benang udara yang bisa membungkus manusia menjadi kepompong padat.
Tidak hanya itu, para penenun angin dapat mendatangkan badai dahsyat hanya dalam sedetik. Mungkin inilah mengapa mereka sering bekerja sama dengan para elektrikon.
Karena badai yang dahsyat tak kan pernah lepas dari petir yang menyambar-nyambar.
"Bisa kita mulai?" tanya Jiyeon dengan mata berbinar pada Sumin.
Sumin langsung menatap Park ssaem yang mengangguk memberi izin. Kemudian beliau berteleportasi kebawah naungan pohon. Diikuti oleh Sunghae juga.
Sumin hampir saja berjengit kaget saat Jiyeon menggandeng tangannya kemudian menariknya ke tanah bukit yang lebih tinggi. "Kau siap?" tanya nya sambil menengadahkan tangannya ke langit.
Gadis separuh vampir itu mengangguk kemudian menatap langit malam diatasnya.
Entah dari mana, awan gelap mulai muncul. Awalnya berputar-putar tipis. Kemudian menebal hingga menutupi bintang-bintang.
Titik-titik hujan mulai turun dengan deras. Membuat kedua gadis itu basah kuyup dalam sekejap. Lalu angin mulai berhembus kencang. Menerbangkan daun-duan dan mengibarkan rambut kedua gadis itu.
Sementara itu, Jiyeon malah tertawa senang. Ia seolah menikmati badai yang baru saja ia buat. "Tunjukkan petirmu, separuh vampir" teriaknya untuk meningkahi suara badai.
Sumin mengangguk. Kemudian gadis itu mulai menggapai partikel- partikel listrik di pusat badai. Ia tidak perlu mengerahkan banyak tenaga karena partikel listrik itu sangatlah kuat dan mudah diraih.
Seolah menjawab panggilan Sumin, petir ungu besar berkilat menerangi badai. Terasa kuat dan lebih dahsyat daripada petir manapun yang pernah Sumin panggil.
Petir tersebut tepat tertuju pada tubuh Sumin. Membuat gadis itu meretih-retih hebat oleh listrik statis.
Saat gadis bersurai coklat madu itu menatap target latihannya, listrik ungu melecut dari tubuhnya. Membelah tepat di tengah balok beton itu hingga membuatnya terbelah dua dan jatuh berdebum.
Melihat itu, Jiyeon langsung menatap Sumin dengan campuran rasa kagum dan ngeri. Ia tidak menyangka bahwa seorang separuh vampir seperti Sumin sanggup membentuk listrik seakurat itu.
Tiba-tiba suara gemuruh petir memekakkan telinga. Saat Jiyeon melihat ke pusaran badainya, cahaya ungu meliuk-liuk di pusat badainya. Kemudian petir kecil yang banyak sekali mulai turun menghujani bukit badai itu.
Tidak ingin terkena petir nyasar, Jiyeon segera berteleportasi ke samping Park ssaem. "Gadis itu seperti kesetanan" ucapnya tersenggal-senggal.
"Tenanglah" kata Sunghae sambil menggapai tangan Jiyeon lalu mengusap-usapkan ibu jarinya di pergelangan tangan gadis itu untuk memulihkan tenaganya.
"Gadis itu lebih berbahaya daripada separuh vampir biasa" ucap Park ssaem tanpa mengalihkan pandangan dari Sumin yang dihujani petir ungu.
Jiyeon mengangguk. Matanya terus memperhatikan Sumin di pusat badai. "Pecut listrik tadi... Sangat keren. Tapi bukankah itu teknik milik Jimin?"
"Ya. Sepertinya itu juga terbawa saat transfusi darah" jawab Park ssaem.
"Dan ia sanggup mempertahankan badainya"
Park ssaem langsung menatap Jiyeon dengan kaget. "Kau melepaskan kendalimu dari badai itu?"
Gadis penenun angin itu mengangguk dengan serius. Membuat namja di sampingnya ternganga dan kembali menatap Sumin yang sekarang menembaki balok-balok beton dengan lecutan listriknya.
Kemudian setelah balok terakhir hancur berkeping-keping, Sumin langsung ambruk ke tanah gosong bekas sasaran petir.
Energi gadis itu telah terkuras hingga kini tubuhnya tak sanggup bergerak sama sekali. Meskipun begitu, ia masih sempat tersenyum sebelum pingsan. Lebih dari apapun, Sumin merasa sangat puas dengan kekuatan yang dimilikinya.
???? Black Roses ????
Sumin terbangun karena bau-bauan menyengat yang menusuk hidungnya. Dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah khawatir Jungkook.
"Noona?" suara si maknae itu terdengar sama khawatir nya dengan raut wajahnya.
"Hai kookie" jawab Sumin dengan suara serak. Tapi kemudian gadis itu tersenyum. "Jangan khawatir. Aku tidak apa-apa"
Namja bergigi kelinci itu balas tersenyum. "Kau luar biasa noona"
Tapi Sumin malah menggeleng, menepis pujian Jungkook barusan. "Itu kekuatan Jimin. Bukan milikku"
"Kookie!" hardik sebuah suara khas yang sudah pasti adalah milik Yoongi. "Kau tidak dengar suaranya yang serak itu? Jangan ajak dia bicara dulu"
Jungkook langsung mengernyit. "Mian" lirihnya. Saat matanya kembali menatap Sumin, ia melambaikan tangannya sebelum beranjak pergi.
Gadis separuh vampir itu tersenyum kecil. Tapi senyumnya itu seketika hilang saat wajah datar milik Yoongi masuk ke dalam sudut pandangnya.
Namja imut itu menyodorkan nampan berisi segelas darah dan sebuah cawan yang berisi 2 butir obat tablet. "Minum"
"Gomawo" ucap Sumin sambil duduk bersandar pada kepala ranjang kemudian menerima nampan yang Yoongi sodorkan.
Tanpa ba bi bu lagi, yeoja Baek itu segera meminum obatnya dan menghabiskan jatah darahnya. "Gomawoyo, oppa"
"Hmm, tidurlah" jawab Yoongi yang tetap membelakangi Sumin.
Seolah terhipnotis oleh kata- kata Yoongi barusan, gadis malang itu langsung terlelap. Ia tak tahu bahwa salah satu obat yang diminumnya tadi adalah obat tidur.
Sumin terbangun karena bau harum teh herbal. Mata bulatnya menangkap sosok Yoongi yang sedang mengaduk teh. "Kau sudah bangun?"
Sumin langsung duduk tegak. "Ya" kemudian gadis itu mencoba menggerakkan persendiannya. Sepertinya Yoongi sudah memulihkan dirinya. "Terima kasih oppa"
"Hmm" gumam Yoongi sambil menghampiri Sumin. "Minumlah" lanjutnya sambil menyodorkan secangkir teh herbal.
"Terima kasih" kata Sumin sambil menerimanya. Asap dari teh itu masuk ke dalam hidung Sumin. Membawa harum campuran daun teh dan bunga mawar yang menenangkan.
Sementara Sumin masih menikmati teh herbal itu, Yoongi telah kembali berkutat pada buku-buku tua tebal. Ia terlihat serius dengan kacamata baca yang bertengger di hidungnya.
"Sumin ah" panggil Yoongi, memecah keheningan.
Sumin yang sedang mencuci cangkir tehnya segera menoleh. "Ya?"
"Bisa kau bantu aku setelah ini?" tanya Yoongi tanpa mengalihkan pandangan dari buku.
"Tentu"
Dan setelah mengeringkan tangan, Suminpun menghampiri Yoongi. "Apa yang bisa kulakukan?"
"Kemarin aku menemukan buku-buku tua di perpustakaan bawah tanah. Ada beberapa yang menarik perhatianku. Karena judul buku itu tentang 'Pemusnahan Kutukan'" kata Yoongi yang memberikan tatapan tajam pada Sumin.
Gadis bermata bulat itu langsung meneguk ludah kasar. Sejujurnya ia takut mendapat tatapan seperti itu dari semua vampir disini. Itu terasa seperti tatapan menghakimi atas kesalahannya pada Jimin.
"Sayangnya buku-buku ini ditulis dalam bahasa kuno bangsa vampir. Bisa tolong bantu aku menerjemahkannya? Karena mungkin saja ada cara untuk menghidupkan Jimin kembali disini" lanjut Yoongi sambil membuka-buka buku di hadapannya.
Mendengar itu, seketika Sumin menjadi antusias. "Akan kulakukan"
"Kemari. Aku akan mengajarimu bagaimana menerjemahkannya"
Dan Suminpun dengan semangat beranjak ke samping Yoongi. Bahkan ia sampai tidak sadar bahwa barusan ia melakukan teleportasi, bukannya berjalan.
Yoongi menjelaskan bahwa huruf kuno bangsa vampir terdiri dari simbol-simbol dasar yang dilengkapi atribut.
Contohnya simbol ?yang dibaca 'la'. Tapi jika simbol tersebut mendapat atribut titik dua diatasnya, maka akan dibaca 'lün'.
Semua simbol dan atributnya terdaftar di sebuah tabel besar yang ternyata dipajang di dinding laboratorium Yoongi.
"Setelah memecahkan kode hurufnya, kau harus menerjemahkannya menggunakan kamus bahasa kuno ini" Yoongi mengakhiri penjelasannya sambil menunjuk buku paling tebal yang ada di meja.
"Aku mengerti" ucap Sumin sambil mengangguk.
"Pilihlah buku manapun yang kau inginkan" kata Yoongi sambil mengedikkan dagu pada setumpuk buku yang dirapatkan pada dinding.
Gadis bersurai coklat madu itu segera memilih-milih buku tua tersebut. Hingga akhirnya pilihannya jatuh pada sebuah buku bersampul biru gelap.
Entah kenapa Sumin tertarik dengan buku itu. Mungkin karena sampulnya yang berhias gambar akar-akar yang menjalar. Mengingatkannya saat masih di toko bunga miliknya dulu.
Sumin langsung duduk bersila di hadapan tabel simbol. Kemudian ia mulai menguraikan kode itu di sebuah buku tulis yang Yoongi sediakan.
Sejak itu, setiap selesai latihan dengan Park ssaem dan Yoon ssaem, Sumin akan menghabiskan waktunya di laboratorium Yoongi untuk menerjemahkan buku itu. Bahkan ia sering tertidur diantara buku tua, kertas coratan, dan buku hasil terjemahannya.
Setiap ia menguraikan simbol itu, ingatannya pasti akan tertuju pada Jimin. Berharap bahwa apa yang ia terjemahkan ini adalah cara untuk menghidupkan Jimin kembali.
Hingga sampailah Sumin pada satu bab yang membuat mata bulatnya ingin meloncat keluar.
'Hanya bunga Mawar Biru yang dapat menyembuhkan apapun.
Setiap vampir yang memakan bunga ini, akan sehat kembali. Bahkan jika vampir tersebut dalam keadaan sekarat sekalipun.'
Doa dan harapan Sumin terkabul. Inilah cara untuk menghidupkan Jimin kembali.
Tapi gadis itupun sepenuhnya sadar, bahwa tidak mudah menemukan bunga mawar biru alami.
TBC
Gimana menurut kalian kalo Jimin hidup lagi nanti?
A. Marah banget ke Sumin
B. Memaafkan Sumin
With love, Astralian ????