"Jimin" ucap Sumin lirih.
Yang dipanggil segera menoleh. Melihat kilauan air mata di pipi kekasihnya, Jimin langsung khawatir. "Kau baik-baik saja?" tanyanya sambil memegang bahu Sumin dan mencari luka di sekujur tubuh gadis itu.
Sumin tersenyum lega sambil menggeleng. Gadis itu benar-benar tidak menyangka jika orang yang beberapa saat lalu menggedor pintu memanglah penyelamatnya.
Dan sejujurnya, Sumin sama sekali tidak berharap bahwa penyelamatnya adalah pacarnya sendiri, Park Jimin.
Karena menurutnya, Jimin tidak akan mungkin tahu jika ia sedang diculik. Bahkan selama berminggu-minggu ini, mereka berdua tidak saling mengirim pesan atau menelepon.
Bagaimana bisa mereka saling menghubungi jika smartphone Sumin saja masih berada di tangan Junmyung?
Lagipula bukankah rumah mereka dekat? Tidak perlu menggunakan alat komunikasi jika rindu. Tinggal pergi saja beberapa langkah.
"Milikmu?!" Dengus Junmyung yang tersungkur sambil mengusap darah dari sudut bibirnya. Kemudian pria itu bangkit sambil kembali mendengus.
"Tidak lagi, Park Jimin. Jadi jangan sentuh Suminku!!" Junmyung balas melayangkan pukulannya.
Jimin yang masih fokus mencari luka di tubuh Sumin langsung jatuh tersungkur.
"Jimin!!" pekik Sumin ngeri. "Jimin! Oppa! Kau baik-baik saja?" ucapnya panik.
Junmyung mencengkram rahang Sumin dan menghadapkan wajahnya untuk saling bertatapan. "Jangan pernah melihat ke arahnya lagi!!" katanya dengan marah. "Ingat bahwa kau sudah menikah! Kau istriku! Milikku!!"
"Aku tidak mau menjadi istrimu!!" jerit Sumin tepat di depan wajah lelaki itu.
"Aku tidak peduli dengan apa yang kau mau!!" Junmyung balas menjerit.
"Brengsek!!" teriak Jimin sambil memukul sisi wajah Junmyung lagi.
Belum sempat si namja Lee bangkit, Jimin sudah mengangkat kerah kemeja pria itu, membuat tubuhnya terangkat juga. "Kaulah yang mengambil Sumin dariku!!" Jimin kembali melayangkan tinjunya. Tapi kali ini sasarannya adalah perut Junmyung.
Si namja bersurai coklat pasir yang lagi-lagi tersungkur itu, meringkuk di lantai sambil memegangi perutnya yang terasa amat sakit. Dia berkali-kali mengumpat dan menyumpahi Jimin. "Sialan, sakit sekali" rintihnya.
Melihat Junmyung yang meringkuk seperti bola, ternyata belum bisa membuat Jimin puas. Pria itu kembali mengangkat tubuh lawannya, kemudian mendorongnya hingga punggung Junmyung menabrak dinding.
Namja Park itu mencengkram bahu kanan Junmyung dan sekali lagi meninju perut lawannya itu. "Sumin adalah milikku" geramnya. "Selamanya dia adalah milikku"
Junmyung langsung terbungkuk mendapat tinju kedua di perutnya. Tapi sepertinya Jimin masih belum puas juga.
Jimin mencekik leher Junmyung dan membenturkan kepala namja Lee itu ke dinding. "Bahkan meskipun kau sudah menikahinya, hati Sumin tetaplah milikku" katanya dengan tangan yang terus mencekik Junmyung hingga pria lemah itu sulit bernafas.
"Tapi sepertinya kau memang buta. Kau tidak lihat air mata Sumin?! Kau terus memaksanya dan membuatnya menangis! Pria macam apa kau, yang membuat seorang gadis menangis?!" Jimin menatap tajam Junmyung yang terus merintih kesakitan.
"Lelaki sepertimu benar-benar tidak pantas untuk Sumin! Kau rela melakukan hal-hal kotor, hanya agar obsesimu tercapai! Dasar licik! Bajingan! Kau bahkan membuat pakaiannya compang camp- Aargh!" Jimin merasakan sesuatu yang tajam menghujam perutnya.
Matanya membulat sempurna saat melihat pisau lipat di tangan Junmyung menusuk perutnya. Dan bola mata Jimin terasa ingin lepas saat pisau itu ditarik keluar dari lukanya.
Hal itu akan membuat pendarahan di lukanya keluar semakin deras.
Ya, Jimin memang vampir. Usianya sudah 600 tahun lebih. Dia bahkan bisa hidup beratus-ratus tahun lagi. Tapi bukan berarti dia tidak bisa terluka. Dia juga tetap akan berdarah jika terkena benda tajam. Seperti saat ini.
Jimin melepas cekikannya pada leher Junmyung dan segera memegang lukanya. Pria itu mendongak dan langsung melihat cengiran lebar di wajah si lelaki gila. "Apakah rasanya sakit?" tanyanya sambil mendorong bahu Jimin dengan telunjuknya.
Namja Park itu terhuyung mundur dan langsung berlutut. Kemeja dan tangannya telah berlumur darahnya sendiri.
Perih.
Sepertinya pisau Junmyung telah merobek organ di dalam perutnya.
Jimin marah.
Sangat marah.
Tapi ia berusaha mengekang amarahnya untuk saat ini. Dia harus fokus pada penyembuhan dirinya lebih dulu. Pria vampir itu berusaha menghirup nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan.
Saat Jimin berlutut dan terlihat kilau besi di tangan Junmyung, Sumin sadar apa yang terjadi. "Jimin! Oppa?!" tangisnya kembali pecah.
Sebenarnya sejak tadi, ia terus mengamati kedua namja yang sedang berkelahi itu. Tapi karena mereka berada terlalu jauh dari kursinya, dan karena Jimin yang berdiri membelakanginya, Sumin baru sadar apa yang telah terjadi.
"Lee brengsek Junmyung!!" pekiknya histeris. "Apa yang kau lakukan pada Jiminku, sialan!!"
Masih dengan cengiran bodohnya, Junmyung berjalan menghampiri Sumin. Tak lupa, ia menendang Jimin saat melewati pria yang bertekuk lutut itu.
Membuat Jimin berteriak kesakitan dan meringkuk di lantai yang dingin.
Membuat Sumin semakin berteriak histeris. "Hentikan!!! Jangan sakiti Jimin lagi!! Kumohon!"
Junmyungpun mengangkat dagu Sumin menggunakan ujung pisau lipatnya. "Kau terlihat semakin cantik saat menangis, Sumin ah. Teruslah memohon" katanya sambil mulai menyentuh lengan atas Sumin.
Sumin menggigit bibir bawahnya saat Junmyung terus menelusuri tubuhnya. Dia pikir, 'suaminya'ini tidak akan bisa menyentuhnya lagi saat Jimin datang.
Tapi dia salah.
"Hentikan" Suara Sumin bergetar karena tangisannya.
"Aku sudah tidak menyakiti Jimin lagi, chagiya"
"Hentikan sentuhanmu"
"Oke. Karena aku akan merobek sisa pakaianmu dulu"
Tiba-tiba tangan Junmyung tertarik ke belakang. Jimin mengunci tangan Junmyung di balik punggung pria itu sendiri.
Membuat Jun Myung berteriak kesakitan. "Brengsek!!" umpat pria bersurai coklat pasir itu sambil menyiku Jimin di belakangnya.
Tapi Jimin dengan tenang malah menangkapnya, lalu mengunci tangan kiri Junmyung di balik punggung juga.
"Jatuhkan pisaumu" desis Jimin sambil mengeratkan kunciannya.
Junmyung kembali berteriak kesakitan bersamaan dengan suara pisaunya yang jatuh berkelontang.
Mengetahui lelaki itu yang sedang lengah, Jimin segera memukul leher belakang lawannya itu dengan sisi tangannya.
Si pria sinting langsung terkulai pingsan.
Jimin sebenarnya ingin sekali menjatuhkan tubuh Junmyung begitu saja di lantai. Tapi mengingat Sumin berada di hadapannya, namja bersurai hitam kelam itu segera menyeret tubuh lawannya ke sofa terdekat.
Setelah mengambil pisau lipat Junmyung, Jimin segera memotong dasi yang mengikat kedua kaki Sumin.
Mendengar isakan-isakan kekasihnya, Jiminpun mengusap air mata gadis itu. "Sudah. Tenanglah. Jangan menangis lagi" ucapnya lembut, kemudian mengecup puncak kepala Sumin.
Setelah merasa Sumin sudah tenang, Jimin beranjak ke belakang gadis itu untuk melepas ikatan dasi di kedua pergelangan Sumin.
Setelah tangannya terbebas, yeoja berantakan itu langsung memeluk Jimin. Melupakan fakta bahwa pria itu baru saja mendapat luka tusuk di perutnya.
"Ugh!" lenguh Jimin kesakitan.
Sumin berjengit dan langsung menjauhkan diri. "Mian" ucapnya panik sambil melirik luka Jimin. "Kita harus segera mengobatinya, oppa. Kau bisa kehabisan darah nanti" lanjutnya saat melihat kemeja abu-abu Jimin semakin lengket dan semakin berwarna gelap.
"Sebelum itu kita harus pergi dari sini dulu" ucap Jimin sambil memeluk Sumin hati-hati. "Tutup matamu" bisiknya.
Sumin menurut.
Beberapa saat kemudian, Jimin kembali berbisik. "Kau boleh membuka matamu"
Sumin membuka mata. Mereka berdua telah berada di sebuah ruangan bernuansa biru tua dengan ranjang bertiang, lemari-lemari pakaian, sofa, dan perapian.
Tidak ada lampu dalam kamar itu. Hanya ada lilin-lilin berbagai warna yang di tempatkan di beberapa sudut kamar. "Ini...."
"Selamat datang di kamarku" ucap Jimin yang masih memeluk Sumin. Suaranya lirih dan nafasnya pendek-pendek.
Tiba-tiba Sumin merasakan tubuh pacarnya yang semakin lemas dalam pelukannya. "Jimin?" panggilnya.
Tidak ada jawaban.
Malah tubuh Jimin seperti bertumpu pada Sumin.
Gadis itu panik.
"Jimin!!"
"Oppa!!" panggil Sumin lebih keras.
Tapi Jimin tidak juga menjawab.
TBC
Komen dong ????
With love, Astralian ????