Sumin meronta. "Lebih baik aku mati daripada harus menjadi istrimu!"
Mendengar hal itu, Junmyung naik pitam. Dia marah pada gadis yang ada di pelukannya saat ini. Segera saja ia menarik 'istri'nya itu lagi.
"Kyaaaa!! Lepaskan! Jangan sentuh aku!" pekik Sumin sambil terus meronta.
Tapi Junmyung seolah tuli. Ia malah segera mendudukkan Sumin di sebuah kursi. Dengan cepat ia meraih kedua tangan gadis itu dan meletakkannya di belakang sandaran kursi. Membuat Sumin berteriak kesakitan.
Tidak menghiraukannya, namja Lee itu melepas dasi di lehernya dengan sebelah tangan. Kemudian pria itu mengikat kedua tangan Sumin menggunakan dasi tersebut.
Setelah selesai, ia memutar ke hadapan Sumin sambil menampilkan smirknya.
Yeoja Baek itu semakin kesal melihat smirk pria di hadapannya. Jadi iapun menendang tulang kering pria sinting itu. Membuatnya berteriak kesakitan dan mengumpat.
Sumin menyeringai bahagia melihat orang di hadapannya menderita seperti itu.
Masih sambil mengumpat, Junmyung pergi dari hadapan Sumin dengan terseok-seok. Beberapa saat kemudian, pria itu kembali dengan membawa 2 buah dasi.
Sumin menautkan alis bingung, tapi langsung kembali menendang saat Junmyung mendekatinya. Dengan mudah, pria itu menangkap kaki kanan Sumin dan langsung mengikatnya ke kaki kursi.
Mengetahui apa yang dilakukan 'suaminya', Sumin segera menendang Junmyung yang masih berjongkok di hadapannya dengan kaki kirinya.
Menangkap pergerakan kaki Sumin lewat ekor matanya, Junmyung dengan sigap meraih kaki kiri yeoja itu dan dengan cepat menghisap bagian dalam paha Sumin.
"Kyaaa! Apa yang kau lakukan sialan?!" pekik Sumin dengan marah.
Junmyung menyeringai, kemudian mengikat kaki kiri Sumin ke kaki kursi juga. Setelah itu pria itu melangkah mundur. Ia memandang hasil karyanya pada 'istri' kesayangannya dengan cengiran lebar. "Sepertinya kau benar-benar lebih suka dipaksa."
Sumin melengos. Dia tidak ingin melihat lelaki sinting yang sudah menikahinya itu, dan juga karena matanya yang semakin sakit terkena cahaya lampu.
Si namja Lee mendekat dan menghadapkan wajah Sumin ke wajahnya. "Aku sengaja tidak menyumpal bibir seksimu ini" kata pria itu sambil meraba bibir bawah Sumin dengan tangannya yang lain. "Agar kita bisa berciuman" lanjutnya sambil mulai mendekatkan wajah.
Sumin langsung mengernyit jijik dan membuang muka, menghindari ciuman Junmyung di hadapannya.
Merasa di tolak, namja bersurai coklat pasir itu geram. Dengan lebih keras, ia mencengkram rahang Sumin dan menghadapkannya untuk saling bertatapan. "Kenapa kau selalu menolakku?" geramnya.
"Karena aku membencimu!" Batin Sumin dengan kesal. Karena Sumin sudah bertekad bahwa ia tidak akan berbicara pada namja sinting ini, maka ia hanya menjawab dalam hati saja.
"Aku tidak pernah ditolak" Junmyung mengeratkan cengkramannya pada rahang Sumin. "Itu sebabnya aku ingin memiliki orang yang selalu menolakku sepertimu" lanjutnya sambil mulai mendekatkan wajahnya lagi.
Sumin yang tidak bisa lagi menghindar karena cengkraman Junmyung, hanya bisa mengatupkan bibir rapat-rapat sambil menutup mata.
Kemudian gadis itu bisa merasakan bibir Junmyung yang meraup bibirnya. Dibalik punggungnya, tangan Sumin terkepal. Dia sungguh ingin mencakar wajah tampan Junmyung hingga membuatnya sangat amat jelek.
Tapi ia khawatir, jika ia memberontak lagi, lelaki gila ini akan semakin memperlakukannya dengan semena-mena.
Beberapa saat kemudian Junmyung menjauhkan dirinya. Melihat mata Sumin yang terpejam, ia tersenyum senang. "Kau akan lebih menikmatinya jika kau mau membuka bibirmu" ucapnya sambil mengambil beberapa helai rambut Sumin.
Sepertinya Junmyung telah salah paham.
Sumin perlahan membuka matanya.
"Kau memang sangat cantik, Sumin ah" katanya yang memainkan rambut Sumin, kemudian mengendusnya.
Lalu ia membiarkan helaian-helaian rambut Sumin jatuh melalui sela-sela jarinya.
Dengan tatapan memuja, Junmyung meraba pipi Sumin. Kemudian beralih ke bibirnya.
Lehernya.
Bahunya.
Saat tangan pria itu semakin turun, Sumin merasa ingin menangis. Ia menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan matanya.
Dia seharusnya bersyukur saat baru siuman dan mendapati bahwa dirinya berada di sebuah ranjang mewah.
Lihat saja dia sekarang.
Dia terikat tanpa daya di sebuah kursi dengan kondisi berantakan.
Jangan lupakan juga gaun pengantin yang awalnya indah, sekarang sudah robek disana-sini.
"Sepertinya kau menikmatinya" bisik namja sinting itu di telinga Sumin setelah sadar bahwa gadis pujaannya ini sedang memejamkan mata.
Salah paham.
Lagi.
Dia pikir, Sumin sangat menikmati sentuhannya hingga membuatnya memejamkan mata.
Padahal tidak sama sekali.
Alasan utama yeoja bermata bulat itu memejamkan matanya adalah karena indra penglihatannya yang terasa semakin sakit.
Sedangkan alasan keduanya adalah karena ia tidak ingin melihat orang gila yang sedang meraba setiap bagian tubuhnya!
"Bisakah tolong kau matikan lampunya?" pinta Sumin masih dengan mata terpejam.
Junmyung menyeringai lebar. "Dengan senang hati" kemudian lelaki itu pergi mematikan lampu.
Saat ia berbalik untuk menghampiri 'istrinya' lagi, Junmyung melepas tuxedo hitamnya dan melemparkannya ke sofa.
"Jadi kau lebih suka melakukanya dalam kegelapan, chagiya?" tanyanya sambil melepas 2 buah kancing paling atas kemeja putihnya.
Sumin yang bisa dengan jelas melihat apa yang dilakukan pria itu, langsung merasakan firasat buruk.
Apalagi melihat smirk lelaki itu saat mengangkat dagu Sumin.
"Buka mulutmu" desis Junmyung.
Tapi Sumin tetap diam.
"Ayo buka mulutmu, atau kupaksa kau meminun obat perangsang" ancam si pria gila.
Sumin terbelalak ngeri, kemudian menelan ludah. Dia benar-benar ingin menangis saat itu juga.
Dengan sangat terpaksa, dia membuka mulutnya sedikit.
Junmyung langsung tersenyum senang, lantas meraup bibir merah ranum milik Sumin. Merasakan setiap hal yang ada di dalam mulut Sumin dengan lidahnya.
Sumin hanya bisa terdiam kaku dengan air mata yang berkumpul di pelupuk matanya.
Dan air mata itu langsung jatuh deras saat lelaki gila itu akhirnya duduk di pangkuannya. Bahkan tangan pria sinting ini terus saja menjelajahi setiap inchi tubuh Sumin.
Samar-samar sumin mendengar gedoran keras dari arah pintu. Matanya melirik ke arah sana, berharap orang yang menggedor pintu itu dapat menyelamatkannya.
Junmyung tentu juga mendengarnya, karena dia langsung melepas pagutannya dan berdecak. "Jangan hiraukan" ucapnya dengan kesal.
Kemudian pria gila itu mulai menciumi leher putih susu Sumin. Dalam hati, Junmyung bersumpah akan memecat siapapun pelayan yang sedang menggedor pintu kamarnya saat ini.
Tiba-tiba suara berdebum keras terdengar. Lewat ekor matanya, Sumin dapat melihat bahwa pintu kamar itu sudah terlepas dari engselnya dan tergeletak di lantai marmer.
Detik berikutnya, Junmyung tertarik ke belakang dari pengkuan Sumin.
"Jangan pernah sentuh milikku!!" geram orang yang menarik Junmyung sambil melayangkan kepalan tangannya ke wajahnya.
"Jimin" ucap Sumin lirih.
TBC
Apakah sejak awal chapter ini, kalian menantikan kemunculan Jimin? Wkwk ????
With love, Astralian ????