Loading...
Logo TinLit
Read Story - Black Roses
MENU
About Us  

"Jimin" ucap Sumin lirih.

Yang dipanggil segera menoleh. Melihat kilauan air mata di pipi kekasihnya, Jimin langsung khawatir. "Kau baik-baik saja?" tanyanya sambil memegang bahu Sumin dan mencari luka di sekujur tubuh gadis itu.

Sumin tersenyum lega sambil menggeleng. Gadis itu benar-benar tidak menyangka jika orang yang beberapa saat lalu menggedor pintu memanglah penyelamatnya.

Dan sejujurnya, Sumin sama sekali tidak berharap bahwa penyelamatnya adalah pacarnya sendiri, Park Jimin.

Karena menurutnya, Jimin tidak akan mungkin tahu jika ia sedang diculik. Bahkan selama berminggu-minggu ini, mereka berdua tidak saling mengirim pesan atau menelepon.

Bagaimana bisa mereka saling menghubungi jika smartphone Sumin saja masih berada di tangan Junmyung?

Lagipula bukankah rumah mereka dekat? Tidak perlu menggunakan alat komunikasi jika rindu. Tinggal pergi saja beberapa langkah.

"Milikmu?!" Dengus Junmyung yang tersungkur sambil mengusap darah dari sudut bibirnya. Kemudian pria itu bangkit sambil kembali mendengus.

"Tidak lagi, Park Jimin. Jadi jangan sentuh Suminku!!" Junmyung balas melayangkan pukulannya.

Jimin yang masih fokus mencari luka di tubuh Sumin langsung jatuh tersungkur.

"Jimin!!" pekik Sumin ngeri. "Jimin! Oppa! Kau baik-baik saja?" ucapnya panik.

Junmyung mencengkram rahang Sumin dan menghadapkan wajahnya untuk saling bertatapan. "Jangan pernah melihat ke arahnya lagi!!" katanya dengan marah. "Ingat bahwa kau sudah menikah! Kau istriku! Milikku!!"

"Aku tidak mau menjadi istrimu!!" jerit Sumin tepat di depan wajah lelaki itu.

"Aku tidak peduli dengan apa yang kau mau!!" Junmyung balas menjerit.

"Brengsek!!" teriak Jimin sambil memukul sisi wajah Junmyung lagi.

Belum sempat si namja Lee bangkit, Jimin sudah mengangkat kerah kemeja pria itu, membuat tubuhnya terangkat juga. "Kaulah yang mengambil Sumin dariku!!" Jimin kembali melayangkan tinjunya. Tapi kali ini sasarannya adalah perut Junmyung.

Si namja bersurai coklat pasir yang lagi-lagi tersungkur itu, meringkuk di lantai sambil memegangi perutnya yang terasa amat sakit. Dia berkali-kali mengumpat dan menyumpahi Jimin. "Sialan, sakit sekali" rintihnya.

Melihat Junmyung yang meringkuk seperti bola, ternyata belum bisa membuat Jimin puas. Pria itu kembali mengangkat tubuh lawannya, kemudian mendorongnya hingga punggung Junmyung menabrak dinding.

Namja Park itu mencengkram bahu kanan Junmyung dan sekali lagi meninju perut lawannya itu. "Sumin adalah milikku" geramnya. "Selamanya dia adalah milikku"

Junmyung langsung terbungkuk mendapat tinju kedua di perutnya. Tapi sepertinya Jimin masih belum puas juga.

Jimin mencekik leher Junmyung dan membenturkan kepala namja Lee itu ke dinding. "Bahkan meskipun kau sudah menikahinya, hati Sumin tetaplah milikku" katanya dengan tangan yang terus mencekik Junmyung hingga pria lemah itu sulit bernafas.

"Tapi sepertinya kau memang buta. Kau tidak lihat air mata Sumin?! Kau terus memaksanya dan membuatnya menangis! Pria macam apa kau, yang membuat seorang gadis menangis?!" Jimin menatap tajam Junmyung yang terus merintih kesakitan.

"Lelaki sepertimu benar-benar tidak pantas untuk Sumin! Kau rela melakukan hal-hal kotor, hanya agar obsesimu tercapai! Dasar licik! Bajingan! Kau bahkan membuat pakaiannya compang camp- Aargh!" Jimin merasakan sesuatu yang tajam menghujam perutnya.

Matanya membulat sempurna saat melihat pisau lipat di tangan Junmyung menusuk perutnya. Dan bola mata Jimin terasa ingin lepas saat pisau itu ditarik keluar dari lukanya.

Hal itu akan membuat pendarahan di lukanya keluar semakin deras.

Ya, Jimin memang vampir. Usianya sudah 600 tahun lebih. Dia bahkan bisa hidup beratus-ratus tahun lagi. Tapi bukan berarti dia tidak bisa terluka. Dia juga tetap akan berdarah jika terkena benda tajam. Seperti saat ini.

Jimin melepas cekikannya pada leher Junmyung dan segera memegang lukanya. Pria itu mendongak dan langsung melihat cengiran lebar di wajah si lelaki gila. "Apakah rasanya sakit?" tanyanya sambil mendorong bahu Jimin dengan telunjuknya.

Namja Park itu terhuyung mundur dan langsung berlutut. Kemeja dan tangannya telah berlumur darahnya sendiri.

Perih.

Sepertinya pisau Junmyung telah merobek organ di dalam perutnya.

Jimin marah.

Sangat marah.

Tapi ia berusaha mengekang amarahnya untuk saat ini. Dia harus fokus pada penyembuhan dirinya lebih dulu. Pria vampir itu berusaha menghirup nafas dalam dan mengeluarkannya perlahan.

Saat Jimin berlutut dan terlihat kilau besi di tangan Junmyung, Sumin sadar apa yang terjadi. "Jimin! Oppa?!" tangisnya kembali pecah.

Sebenarnya sejak tadi, ia terus mengamati kedua namja yang sedang berkelahi itu. Tapi karena mereka berada terlalu jauh dari kursinya, dan karena Jimin yang berdiri membelakanginya, Sumin baru sadar apa yang telah terjadi.

"Lee brengsek Junmyung!!" pekiknya histeris. "Apa yang kau lakukan pada Jiminku, sialan!!"

Masih dengan cengiran bodohnya, Junmyung berjalan menghampiri Sumin. Tak lupa, ia menendang Jimin saat melewati pria yang bertekuk lutut itu.

Membuat Jimin berteriak kesakitan dan meringkuk di lantai yang dingin.

Membuat Sumin semakin berteriak histeris. "Hentikan!!! Jangan sakiti Jimin lagi!! Kumohon!"

Junmyungpun mengangkat dagu Sumin menggunakan ujung pisau lipatnya. "Kau terlihat semakin cantik saat menangis, Sumin ah. Teruslah memohon" katanya sambil mulai menyentuh lengan atas Sumin.

Sumin menggigit bibir bawahnya saat Junmyung terus menelusuri tubuhnya. Dia pikir, 'suaminya'ini tidak akan bisa menyentuhnya lagi saat Jimin datang.

Tapi dia salah.

"Hentikan" Suara Sumin bergetar karena tangisannya.

"Aku sudah tidak menyakiti Jimin lagi, chagiya"

"Hentikan sentuhanmu"

"Oke. Karena aku akan merobek sisa pakaianmu dulu"

Tiba-tiba tangan Junmyung tertarik ke belakang. Jimin mengunci tangan Junmyung di balik punggung pria itu sendiri.

Membuat Jun Myung berteriak kesakitan. "Brengsek!!" umpat pria bersurai coklat pasir itu sambil menyiku Jimin di belakangnya.

Tapi Jimin dengan tenang malah menangkapnya, lalu mengunci tangan kiri Junmyung di balik punggung juga.

"Jatuhkan pisaumu" desis Jimin sambil mengeratkan kunciannya.

Junmyung kembali berteriak kesakitan bersamaan dengan suara pisaunya yang jatuh berkelontang.

Mengetahui lelaki itu yang sedang lengah, Jimin segera memukul leher belakang lawannya itu dengan sisi tangannya.

Si pria sinting langsung terkulai pingsan.

Jimin sebenarnya ingin sekali menjatuhkan tubuh Junmyung begitu saja di lantai. Tapi mengingat Sumin berada di hadapannya, namja bersurai hitam kelam itu segera menyeret tubuh lawannya ke sofa terdekat.

Setelah mengambil pisau lipat Junmyung, Jimin segera memotong dasi yang mengikat kedua kaki Sumin.

Mendengar isakan-isakan kekasihnya, Jiminpun mengusap air mata gadis itu. "Sudah. Tenanglah. Jangan menangis lagi" ucapnya lembut, kemudian mengecup puncak kepala Sumin.

Setelah merasa Sumin sudah tenang, Jimin beranjak ke belakang gadis itu untuk melepas ikatan dasi di kedua pergelangan Sumin.

Setelah tangannya terbebas, yeoja berantakan itu langsung memeluk Jimin. Melupakan fakta bahwa pria itu baru saja mendapat luka tusuk di perutnya.

"Ugh!" lenguh Jimin kesakitan.

Sumin berjengit dan langsung menjauhkan diri. "Mian" ucapnya panik sambil melirik luka Jimin. "Kita harus segera mengobatinya, oppa. Kau bisa kehabisan darah nanti" lanjutnya saat melihat kemeja abu-abu Jimin semakin lengket dan semakin berwarna gelap.

"Sebelum itu kita harus pergi dari sini dulu" ucap Jimin sambil memeluk Sumin hati-hati. "Tutup matamu" bisiknya.

Sumin menurut.

Beberapa saat kemudian, Jimin kembali berbisik. "Kau boleh membuka matamu"

Sumin membuka mata. Mereka berdua telah berada di sebuah ruangan bernuansa biru tua dengan ranjang bertiang, lemari-lemari pakaian, sofa, dan perapian.

Tidak ada lampu dalam kamar itu. Hanya ada lilin-lilin berbagai warna yang di tempatkan di beberapa sudut kamar. "Ini...."

"Selamat datang di kamarku" ucap Jimin yang masih memeluk Sumin. Suaranya lirih dan nafasnya pendek-pendek.

Tiba-tiba Sumin merasakan tubuh pacarnya yang semakin lemas dalam pelukannya. "Jimin?" panggilnya.

Tidak ada jawaban.

Malah tubuh Jimin seperti bertumpu pada Sumin.

Gadis itu panik.

"Jimin!!"

"Oppa!!" panggil Sumin lebih keras.

Tapi Jimin tidak juga menjawab.

TBC

Komen dong ????

 

With love, Astralian ????

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
MANTRA KACA SENIN PAGI
3740      1350     1     
Romance
Waktu adalah waktu Lebih berharga dari permata Tak terlihat oleh mata Akan pergi dan tak pernah kembali Waktu adalah waktu Penyembuh luka bagi yang sakit Pengingat usia untuk berbuat baik Juga untuk mengisi kekosongan hati Waktu adalah waktu
My Teaser Devil Prince
6527      1661     2     
Romance
Leonel Stevano._CEO tampan pemilik perusahaan Ternama. seorang yang nyaris sempurna. terlahir dan di besarkan dengan kemewahan sebagai pewaris di perusahaan Stevano corp, membuatnya menjadi pribadi yang dingin, angkuh dan arogan. Sorot matanya yang mengintimidasi membuatnya menjadi sosok yang di segani di kalangan masyarakat. Namun siapa sangka. Sosok nyaris sempurna sepertinya tidak pernah me...
Bye, World
7907      1867     26     
Science Fiction
Zo'r The Series: Book 1 - Zo'r : The Teenagers Book 2 - Zo'r : The Scientist Zo'r The Series Special Story - Bye, World "Bagaimana ... jika takdir mereka berubah?" Mereka adalah Zo'r, kelompok pembunuh terhebat yang diincar oleh kepolisian seluruh dunia. Identitas mereka tidak bisa dipastikan, banyak yang bilang, mereka adalah mutan, juga ada yang bilang, mereka adalah sekumpul...
I'il Find You, LOVE
6217      1695     16     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
HOME
336      250     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
276      225     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
My Reason
713      471     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
ALMOND
1106      636     1     
Fan Fiction
"Kamu tahu kenapa aku suka almond?" Anara Azalea menikmati potongan kacang almond ditangannya. "Almond itu bagian penting dalam tubuh kita. Bukan kacang almondnya, tapi bagian di otak kita yang berbentuk mirip almond." lanjut Nara. "itu amygdala, Ra." Ucap Cio. "Aku lebih suka panggilnya Almond." Nara tersenyum. "Biar aku bisa inget kalau Almond adalah rasa yang paling aku suka di dunia." Nara ...
Sunset In Surabaya
373      272     1     
Romance
Diujung putus asa yang dirasakan Kevin, keadaan mempertemukannya dengan sosok gadis yang kuat bernama Dea. Hangatnya mentari dan hembusan angin sore mempertemukan mereka dalam keadaan yang dramatis. Keputusasaan yang dirasakan Kevin sirna sekejap, harapan yang besar menggantikan keputusasaan di hatinya saat itu. Apakah tujuan Kevin akan tercapai? Disaat masa lalu keduanya, saling terikat dan mem...
Venus & Mars
6074      1570     2     
Romance
Siapa yang tidak ingin menjumpai keagunan kuil Parthenon dan meneliti satu persatu koleksi di museum arkeolog nasional, Athena? Siapa yang tidak ingin menikmati sunset indah di Little Venice atau melihat ceremony pergantian Guard Evzones di Syntagma Square? Ada banyak cerita dibalik jejak kaki di jalanan kota Athena, ada banyak kisah yang harus di temukan dari balik puing-puing reruntuhan ...