"Buka matamu!" Bisik Jimin setelah mengecup kedua mata Sumin.
Sumin kembali menurut. Tapi saat ia mengamati sekitarnya, ia ternganga. "Ini.... kamar Taehyung? Bagaimana bisa?" tanyanya bingung.
Jimin menggigit bibir bawahnya. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Sejujurnya, berteleportasi bukanlah salah satu cara yang namja itu rencanakan untuk menyelamatkan Sumin.
Tapi mereka benar-benar terjebak tadi!
Junmyung kembali tepat disaat Jimin dan Sumin akan keluar dari ruangan itu. Sedangkan ia sama sekali tidak ingin bertemu Junmyung! Ia berusaha menghindarinya agar tidak terlihat perkelahian! Hei! Bukankah itu kekanakan? Mereka berkelahi di sebuah restoran mahal hanya karena memperebutkan seorang gadis! Itu sungguh tidak lucu.
Dan satu-satunya jalan keluar dari ruangan itu selain pintu adalah jendela. Sayangnya ruangan itu berada di lantai 5. Sumin jelas akan mati jika terjun dari sana. Dan Jimin tidak ingin hal itu terjadi. Tapi di sisi lain, ia tidak memiliki pilihan lagi. Jadi secara refleks, Jimin membawa gadisnya itu berteleportasi saat melompat dari jendela.
Dan inilah konsekuensinya. Ia tidak mungkin menjelaskan tentang teleportasi tanpa membongkar identitasnya kan?
"Apa yang sebenarnya terjadi, Jim?" Tanya Sumin yang jelas menuntut penjelasan.
Jimin semakin bingung. Apakah ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan identitasnya?
Namja itu juga tidak tahu. Ia masih belum siap untuk mengatakan tentang jati dirinya. Ia takut kekasihnya ini akan menjauhinya. Dia sangat tidak ingin Sumin menjauhinya. Meskipun Jimin sudah berkonsultasi pada Seokjin, tapi tetap saja ia belum siap.
Bahkan meskipun Jimin sudah mendengar sendiri bahwa Sumin malah ingin bertemu dengan makhluk seperti dirinya, tapi pria itu masihlah belum yakin. Sedangkan tatapan tanya gadis di hadapannya ini sungguh tidak bisa dihindari.
Maka Jiminpun menghela nafas dan mulai mengumpulkan keberanian. "Em... Aku membawamu..."
Apapun reaksi Sumin setelah ini, Jimin akan dengan lapang dada menerimanya.
"Berteleportasi" ucap Jimin dengan gugup.
Kerutan di dahi Sumin yang awalnya samar, kini semakin jelas terlihat. "Teleportasi? Bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa teleportasi itu mustahil dilakukan, Jim?"
"Ya, jika kau hanya manusia biasa" jawab Jimin dengan takut-takut.
Yeoja Baek itu terlihat semakin bingung. "Apa maksudmu? Bukankah kau juga pernah mengatakan bahwa kau adalah manusia biasa sama sepertiku?"
Jimin menunduk, benar-benar tidak sanggup menatap Sumin. "Mianhae. Sebenarnya... aku adalah..." Ia menelan ludah, bersiap mengatakan identitasnya."Seorang vampir"
Sumin terbelalak. "Kau apa?" Rasanya dia benar-benar tidak bisa mempercayai pendengarannya. "Vampir?" Sumin mulai tertawa hambar. "Ini pasti karena ceritaku tentang ramalan vampir seminggu yang lalu itu. Kau sedang bercanda, bukan?"
Masih dengan kepala tertunduk, Jimin menggeleng.
Dan tawa Suminpun seketika hilang. "Kalau begitu tatap aku. Tatap mataku dan katakan sejujurnya, Jim!"
Namja vampir itu mengerjap. Dan saat ia mengangkat wajahnya untuk menatap Sumin, matanya telah berwarna merah pekat.
Gadis bersurai coklat itu terkesiap melihat perubahan warna mata Jimin.
"Sekarang kau lihat mataku, Sumin? Kau lihat taringku juga?"
Mata gadis itu langsung beralih pada bibir Jimin yang sedikit terbuka. Menampakkan gigi taringnya yang lebih panjang dari pada gigi taring pada umumnya.
"Inilah diriku yang sebenarnya, Sumin"
Tak bisa berkata-kata, gadis itu masih terpaku pada taring Jimin yang semakin jelas terlihat saat lelaki itu berbicara.
"Apakah sekarang kau sudah mulai merasa takut padaku?"
Sumin mengalihkan pandangannya pada mata Jimin yang masih berwarna merah. Ia mencari kebohongan disana. Tapi yang ia temukan hanyalah kejujuran. Dan... Kesedihan?
Tiba-tiba Sumin mengangkat kepalan tangannya, kemudian memukul dada bidang Jimin. "Wae?" Ia memukul lagi dengan tangannya yang lain. "Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku?" Satu pukulan lagi. "Kenapa kau berbohong padaku saat itu?" Sumin terus memukuli Jimin dengan air mata yang mulai berkumpul di pelupuk matanya.
Jimin diam. Dia menerima semua pukulan yang dilayangkan oleh tangan mungil pacarnya. "I lied because it's not possible for you to love someone like me"
Mendengar itu, Sumin sontak mendongak. "Aniyo" katanya. Menurutnya, semua orang pantas dicintai. Termasuk juga Jimin. Ataupun para vampir lainnya. Karena merekapun pasti memiliki hati. Meskipun mungkin perasaan iba yang dimiliki makhluk penghisap darah itu lebih sedikit, tapi tetap saja mereka juga memiliki rasa cinta.
Kedua tangan Sumin yang masih berada di dada Jimin, mulai mencengkram kemeja hitam pacarnya itu. "Aniyo" Dia merasa terhianati. Meskipun Sumin mengerti alasan mengapa Jimin menyembunyikan kebenaran darinya, tapi tetap saja ia merasa bahwa ia bukanlah siapa-siapa untuk namja itu. Ia merasa bahwa Jimin tidak mempercayainya untuk menyimpan rahasia besarnya.
"Aku hanya tidak ingin kau ketakutan padaku kemudian pergi meninggalkanku" kata Jimin dengan tatapan sendu. Dan hanya dalam satu kerjapan, matanya telah kembali berubah menjadi berwarna coklat.
"Aku mencintaimu, Jimin. Seperti apapun dirimu, aku tetap mencintaimu" Air mata Sumin meleleh. Dia mulai terisak. "Kau yang membuatku merasakan kasih sayang lagi, Jim. Kau membuatku merasa aman. Kau seperti pengganti appa bagiku" Sumin menenggelamkan wajahnya pada dada Jimin. Membuat kemeja pria itu basah karena air matanya. "Jadi kumohon. Kumohon jangan sembunyikan apapun lagi dariku. Tolong jangan bohongi aku lagi, Jim"
"Mian." Ucap Jimin dengan muram. Ketakutannya tadi seolah menguap, malah digantikan oleh rasa bersalah.
Sumin mendongak. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Jim." Kemudian ia berjinjit dan mencium bibir Jimin singkat.
Jimin terbelalak. Tidak mengira bahwa Sumin akan mengecup bibirnya."Kau bisa menerima seorang vampir ini, Sumin ah?"
Sumin mengangguk sambil tersenyum. Diapun menghapus air matanya asal.
Namja bersurai hitam legam itu mulai mengangkat tangannya untuk menghapus sisa air mata Sumin. Tapi tiba-tiba tangannya berhenti di tengah jalan. Jimin ragu. Tangannya terkepal. Dia takut Sumin akan berjengit menjauh saat tangannya menyentuh kulit gadis itu.
Sumin melirik tangan Jimin yang mengambang tidak jauh dari wajahnya. Kemudian gadis itu meraih tangan tersebut. Dia seolah dapat merasakan kebimbangan hati pria dia hadapannya itu. Sumin menempelkan telapak tangan lelakinya itu di pipinya. Matanya terpejam menikmati sentuhan Jimin di kulitnya.
Melihat itu, Jimin menatap Sumin dengan pandangan tidak percaya. Tapi kemudian ia tersenyum. Tangannya manangkup pipi Sumin. Kemudian ibu jarinya menghapus sisa-sisa air matanya. "Jangan menangis lagi"
Perlahan, Jimin mendekatkan wajahnya dan mencium bibir merah kekasihnya. Kemudian ciumannya beralih pada pipi Sumin. Setelah itu turun ke rahang Sumin.
Mendapat sensasi menggelitik, yeoja cantik itu mengerang. "Jimin, apa kau menginginkan darahku?" Refleks dia bertanya seperti itu.
Jimin langsung membeku. Matanya memerah lagi. Taringnyapun mulai menyembul dari bibirnya, menggesek kulit rahang Sumin. Nafas namja vampir itu memburu. Aroma darah Sumin semakin merasuk ke hidungnya. Leher Sumin terlihat sangat dekat dan menggoda. Jimin tercekat. Dia sangat ingin mencicipi darah Sumin.
"Jim?" Panggil Sumin yang bingung karena Jimin tiba-tiba diam dengan bibir pria itu yang masih berada di rahangnya. Bahkan pacarnya itu tidak merespon pertanyaannya.
Mendengar suara Sumin di dekat telinganya, Jimin tersadar. Dia segera menarik dirinya dari gadis itu. Tapi sayangnya aroma darah Sumin masih saja tercium. Maka Jiminpun berteleportasi ke sisi lain kamar Taehyung. Menjadikan ranjang besar milik Taehyung sebagai pemisah antara dirinya dengan Sumin.
Melihat Jimin yang tiba-tiba saja menjauhinya, bahkan sampai membuat jarak dengan cara berteleportasi, tentu saja membuat hati Sumin sakit. Dia menatap Jimin yang terus menunduk sambil berusaha mengatur nafasnya. "Jimin, kau baik-baik saja?" tanya Sumin khawatir sambil mulai mengitari ranjang.
"Berhenti!" Desis Jimin.
Sumin mendengarnya. Tapi dia malah menghiraukannya.
"Kubilang berhenti Sumin!!" Teriak Jimin.
Sumin mematung. Oke dia memang salah karena menghiraukan perintah Jimin sebelumnya. Tapi kenapa Jimin sampai meneriakinya? Karena baru kali ini namja Park itu menaikkan nada bicaranya. Hal inipun sukses membuat Sumin ketakutan.
Setelah beberapa kali Jimin menghela nafas panjang untung menenangkan diri, diapun mengangkat wajahnya dan menatap Sumin dengan mata coklatnya. "Kumohon jangan menggodaku seperti itu lagi, Sumin ah"
"Menggodamu?" tanya Sumin binngung. Bukankah tadi Jiminlah yang menciumi wajahnya?
"Aku tidak ingin meminum darahmu" ucap Jimin serius. "Jangan pernah menawarkan darahmu lagi, Sumin ah. Jangan pernah"
Sumin merasa tertohok dan malu. Karena konteks kata 'menggoda' yang dimaksud Jimin dengan apa yang dipikirkannya sangatlah berbeda. Meskipun begitu, ia berusaha sebaik mungkin untuk menutupi rasa malunya. "Tapi jika kau memang lapar, aku akan dengan rela-"
"Tidak!" Sahut Jimin, memotong perkataan Sumin. "Aku tidak mau sampai kehilangan kendali dan akhirnya malah membunuhmu"
Mendengar itu, Sumin percaya bahwa Jimin tidak berbohong dan sangat serius dengan perkataannya. Kekasihnya itu memang benar-benar ingin melindunginya.
"Kau tahu, aroma darahmu sangat menggoda, Sumin ah. Aku sangat kesulitan mengendalikan diriku di awal kedekatan kita. Tapi aku tahu, aku akan membunuhmu jika aku mencicipi darahmu barang sedikit saja. Bahkan meskipun aku sangat menginginkannya, aku tidak akan pernah bisa menjadikanmu mangsaku." Ujar Jimin, mengaku. Kemudian iapun menghela nafas. "Jadi tolong, jangan pernah menawarkan darahmu lagi. Aku tidak ingin membunuhmu"
Sumin terharu mendengarnya. Tidak menyangka bahwa selama ini Jimin selalu menahan hasratnya. Tapi yang bisa ia lakukan hanyalah mengangguk paham. "Mian. Aku tidak tahu"
Dengan itu, Jimin menghampiri Sumin dan memeluk tubuh mungil gadis itu. "Bukan maksudku untuk meneriakimu tadi. Maafkan aku"
Yeoja manusia itu tersenyum dalam dekapan Jimin. "Gwaenchana. Kau melakukan itu karena kau tidak ingin hilang kendali. Lagi pula itu salahku. Harusnya aku menuruti kata-katamu" ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung Jimin.
"Memang sudah seharusnya kau mematuhi ucapanku, Sumin. Tapi kau malah melanggarnya!" Ucap Jimin yang pura-pura marah sambil mencubit cuping hidung gadisnya.
"Mianhae" jawab yeoja itu disertai kekehan. "Terima kasih telah menahan dirimu selama ini, Jim"
Tapi namja Park itu malah menggeleng. "Terima kasih kau mau menerimaku, Sumin ah"
Kini perasaan Jimin terasa lega. Karena ia telah mengatakan jati dirinya pada kekasih tercintanya. Terlebih lagi, Sumin sama sekali tidak takut padanya. Dia benar-benar merasa bersyukur dengan hubungan mereka yang sempurna.
TBC
Lian tahu kalo ini ga baper ????
Mianhae, ga jago bikin romance emang ????
With love, Astralian ????