Lee Junmyung terus saja mengumbar senyumnya. Dia sangat senang.
Bukan.
Lebih tepatnya bahagia.
Karena akhirnya dia bisa makan malam dengan Sumin.
Dan Inha.
Tidak apa-apa. Karena dia tahu Inha tidak akan membuat masalah. Temannya itu mungkin akan menyindirnya, atau mengucapkan kata-kata sarkastik lainnya. Tapi ia bisa mengatasi hal itu. Ia akan menutup telinganya dan berpura-pura tuli. Jika hanya kata-kata saja, itu tidak masalah. Asalkan yeoja Choi itu tidak akan memporak porandakan acara makan malamnya dengan Sumin.
Junmyung mengajak mereka makan malam di sebuah restoran Itali mahal. Dia bahkan memesan ruangan khusus yang didesain khusus juga. Sepertinya ia tidak segan mengeluarkan banyak uang hanya untuk sebuah makan malam dengan gadis incarannya yang sayangnya telah memiliki pacar. "Aku senang kau akhirnya sembuh total, Sumin ssi" katanya saat menunggu pesanan.
"Terima kasih" Jawab Sumin dengan datar. Dia sungguh tidak ingin ada disini. Ia terpaksa menuruti kemauan Junmyung karena ia pikir, namja aneh ini akan berhenti mengganggunya setelah ini.
"Apa kau suka tempat ini?" Junmyung mulai basa-basi mengedarkan pandangannya pada ruangan itu.
"Ya. Bagus" Sumin terus saja menjawab dengan datar. Dia sebenarnya sangat suka dengan interior ruangan itu. Seperti ruang makan dalam sebuah kerajaan Inggris. Tapi ada sesuatu yang membuatnya sangat tidak nyaman. Lelaki yang duduk di seberangnya itulah penyebabnya.
"Aku sendiri yang mengatur tempat ini" Junmyung mulai bercerita dengan sombong tentang interior ruangan itu yang barang-barangnya ia beli dengan sangat mahal.
What? Ia beli? Mereka hanya akan makan malam selama kurang lebih 1 jam, tapi namja sinting itu dengan bodoh membeli barang-barang mahal ini! Sepertinya ia telah menjadi budak cinta seorang Baek Sumin hingga rela melakukan apa saja.
Dan hal itu membuat Inha memutar iris matanya sebal. Dia sangat jengkel pada temannya itu. Bagaimana mungkin dia bersikukuh mendekati Sumin yang jelas-jelas sudah memiliki pacar? Sekarang gadis itupun mengerti perbedaan antara gigih dan keras kepala. Dan Junmyung masuk ke dalam kelompok orang-orang keras kepala yang kelewat bodoh.
Inha sebenarnya merasa aneh pada Jimin. Kenapa namja Park itu malah mengijinkan Sumin pergi dengan seorang lelaki yang jelas-jelas memiliki ketertarikan lebih pada pacarnya?
Apakah karena Jimin tahu bahwa Sumin tidak akan berpaling darinya? Karena sahabatnya itu memang terlihat sangat tidak nyaman dengan Junmyung.
Tepat saat pelayan menyajikan makanan di meja mereka, smartphone Inha berbunyi. "Yeoboseo" katanya.
"....."
"Mwo?! Bagaimana bisa??!" teriak Inha dengan kesal.
Sumin dan Junmyung segera menatap yeoja berambut ikal itu dengan penasaran.
"Astaga, tugas itu kan harus dikumpulkan besok?!" Teriak Inha lagi.
"....."
Inha menghela nafas lelah. "Baiklah aku akan segera kesana" kemudian Inha melempar smartphonenya ke dalam tas.
"Ada apa Inha ya?" tanya Sumin sambil memegang punggung tangan sahabatnya.
Inha menatap Sumin. kemudian menatap Jun Myung. "Maafkan aku, aku harus pergi sekarang. Laptop Youngjin hilang. Padahal di dalam laptop itu ada tugas kami yang harus dikumpulkan besok. Kami harus mengerjakan ulang" suara Inha terdengar kesal dan sedih.
Inha menatap Junmyung. "Maaf Junmyung, aku bahkan belum menyentuh makanan ini sama sekali" katanya sambil mengedikkan dagu pada makanan di hadapannya.
"Kau bisa memakannya terlebih dahulu Inha ya" kata Junmyung sambil tersenyum.
Tapi Inha menggeleng. "Aku harus segera pergi" kemudian gadis itu menatap Sumin. "Maafkan aku Sumin ah"
Sumin tersenyum. "Gwaenchana. Kau pasti juga tidak tahu bahwa akan ada kejadian seperti ini. Cepat pergilah. Mereka pasti menunggumu" katanya sambil menepuk-nepuk tangan Inha.
Choi Inha mengangguk dan bangkit dengan berat hati. Sejujurnya ia tidak tega meninggalkan Sumin hanya berdua dengan lelaki sinting yang sayangnya adalah temannya itu. Tapi bagaimana dengan tugasnya? Jika ia tidak pergi sekarang, mungkin ia harus mengulang beberapa mata kuliah di semester depan.
"Bagaimana kalau aku mengantarmu, Inha?" tawar Junmyung sambil berdiri.
"Dan meninggalkan Sumin sendiri disini? Tidak. Aku bisa pergi sendiri" tolak gadis itu. Kemudian ia menepuk bahu si namja Lee dan melambai pada Sumin dan beranjak pergi.
"Astaga, padahal aku sudah berjanji pada Jimin bahwa aku akan menjaga Sumin dari Junmyung. Tapi aku malah meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan itu." Pikir Inha saat keluar dari ruangan pesanan Junmyung yang terlampau mewah itu. "Aku harus memberi tahu Jimin." Gadis itupun mulai mengotak-atik smartphonenya.
Junmyung sangat senang dengan kepergian Inha. Ia sudah membuat pengganggunya pergi. Ya. Karena dialah yang membuat laptop Youngjin hilang. Dengan kekuasaan dan uangnya, ia menyuruh seseorang untuk mencuri laptop itu agar Inha harus mengerjakan ulang malam ini juga.
Licik? Memang. Seperti itulah Junmyung jika telah terobsesi pada sesuatu. Ia akan melakukan segala hal agar apa yang ia inginkan tercapai. Bahkan jika itu berarti harus menyingkirkan Jimin juga. Oh tentu ia akan melakukannya dengan senang hati. Caranya? Nanti. Ia akan memikirkannya dulu. Sekarang ini yang terpenting adalah makan malamnya dengan Sumin yang indah.
Sejak kepergian Inha, Junmyung menjadi semakin gencar mencari perhatian dari Sumin.
Dia berusaha menyuapi Sumin. Yang tidak diperdulikan sama sekali oleh gadis itu.
Dia berusaha meminta Sumin untuk menyuapinya. Yang juga tidak diperdulikan sama sekali.
Dia berusaha membersihkan saus di sudut bibir Sumin. Yang tangannya langsung ditepis oleh Sumin hingga tisu di tangan Junmyung jatuh ke lantai.
Meskipun semua usaha yang dia lakukan gagal total, tapi entah kenapa dia tetap saja memasang wajah bahagia seperti orang gila.
Hingga kemudian snartphone Sumin bergetar hebat, pertanda panggilan masuk. Setelah melihat siapa yang meneleponnya, gadis itu segera mengangkat telepon dengan bersemangat. "Yeoboseo"
"....."
"Ya, sudah selesai"
"....."
"Dia memang per-" perkataan Sumin terhenti karena Junmyung merampas smartphonenya.
Lelaki itu bahkan sudah berdiri di samping Sumin dengan senyum dipaksakan. "Aku hanya meminta waktumu 1 jam saja, Sumin ssi. Jadi tolong! Selama kau bersamaku, jangan bicara pada siapapun selain aku" ucapnya dengan penuh penekanan.
Kemudian namja bersurai coklat pasir itu mendekatkan wajahnya dan mengangkat dagu Sumin. "Apa kau mengerti?" Tanyanya dengan suara rendah, sarat ancaman.
"Eoh" jawab Sumin sambil menepis tangan Junmyung. Kemudian ia kembali melanjutkan aktivitas memakan dessertnya.
Diam-diam ia menghela nafas jengkel. Sebenarnya dia tidak mau menuruti kemauan lelaki ini yang sebagian besar selalu macam-macam. Tapi ia tidak punya pilihan.
Sumin terjebak di ruangan mewah itu bersama orang yang dia benci. Sungguh ia ingin pergi saja bersama Inha tadi. Tapi apa daya? Dia sudah berjanji akan makan malam dengan Junmyung selama satu jam. Dan ia tidak bisa pergi begitu saja dan melanggar janjinya. Lagi pula Junmyung pasti tidak akan membiarkannya pergi begitu saja. Bahkan mungkin ia sudah menempatkan beberapa penjaga yang berjaga di luar ruangan itu.
Tapi jika seperti ini, Sumin sungguh tidak tahan lagi. Mungkin dia akan kabur saja saat ada kesempatan nanti.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Junmyung mematikan telepon dari Jimin. Bahkan dia mematikan daya smartphone Sumin juga. Kemudian pria itu kembali duduk di kursinya. "Sumin ssi, apa kau sudah mulai membuka toko bungamu lagi?" Tanyanya yang kembali menampakkan senyuman tampan lagi.
"Sudah"
Lelaki tak tahu diri itu terus saja bertanya tentang hal-hal pribadi Sumin. Apa hobinya? Sejak kapan menjadi model? Warna apa yang dia sukai? Dan lain-lain. Dan lain-lain.
Tapi sayangnya, Sumin hanya menjawabnya dengan singkat. Padat. Dan asal-asalan. Bahkan mata gadis itu selalu menghindari tatapan memuja Junmyung.
"Aku harus pergi ke toilet" kata Junmyung yang langsung bangkit.
Mendengar itu, Sumin bersorak dalam hati. Mungkin inilah kesempatannya untuk kabur. Terima kasih Tuhan, karena kau telah mengabulkan doanya. Tapi sebelum itu, ia harus mencari smartphonenya terlebih dahulu. Semoga Junmyung tidak membawa benda itu bersamanya.
Tepat ketika Junmyung menutup pintu ruangan itu, Sumin segera bangkit dan mulai mencari benda kesayangannya itu. "Astaga, dimana smartphoneku? Apa pria sialan itu membawanya ke toilet?!" Monolognya dengan kesal.
Tapi tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka dari luar. Sumin berjengit kaget dan langsung menatap ke arah pintu.
Mata bulatnya terbelalak.
Karena bukan Junmyung yang berdiri disana.
Melainkan pacarnya. Park Jimin.
"Jimin?!" Pekik Sumin tidak percaya.
"Ya, ini aku" kata namja Park itu sambil tersenyum dan menghampiri Sumin. "Dimana Junmyung?" Mata tajam Jimin menelisik ruangan itu.
"Dia pergi ke toilet." Jawab Sumin sambil berhambur ke dalam pelukan Jimin. Gadis itupun mendongak menatap wajah tampan kekasihnya. "Apa kau datang menjemputku?"
Jimin tersenyum. "Ya. Kajja" iapun menggandeng tangan Sumin dan mulai beranjak pergi.
Tapi saat Jimin membuka pintu ruangan itu untuk keluar, dia menutupnya lagi.
Melihat raut wajah Jimin yang berubah cemas, Sumin menjadi panik. "Ada apa? Apa Junmyung sudah kembali?"
Jimin menggigit bibir dan mengangguk. Benaknya berputar mencari jalan kabur. Matanya menangkap bingkai jendela. Tapi langsung menggeleng muram. Mereka berada di lantai 5. Jika mereka melompat dari sana, Jimin mungkin akan baik-baik saja. Tapi Sumin bisa dipastikan akan mati.
"Bagaimana ini?" Desak Sumin yang mulai mencengkram ujung baju Jimin.
"Kajja!" Ajak Jimin ke arah jendela. Iapun segera membuka kacanya.
Sumin menjulurkan kepalanya melewati bingkai jendela. "Apa kita akan melompat dari- Astaga!" Pekiknya saat menyadari bahwa jendela ini terlalu tinggi. Gadis itupun menatap Jimin dengan horor. "Jangan katakan bahwa kita akan melompat dari sini, Jim!"
Tapi namja bersurai hitam kelam itu malah tersenyum. "Kau sendiri yang mengatakannya beberapa saat lalu, Sumin"
"Tapi-"
"Tenang saja. Aku akan melindungimu. Percaya padaku" Jimin melemparkan senyum meyakinkan. "Nah sekarang duduklah di bingkai jendela!" Pintanya sambil melakukan hal itu juga.
Awalnya Sumin ragu. Tapi kemudian ia lakukan juga. Karena baginya, lebih baik mati bersama Jimin daripada terjebak bersama Junmyung.
Kini keduanya telah duduk di bingkai jendela dengan lengan Sumin yang melingkar erat di pinggang Jimin.
"Tutup matamu" pinta Jimin.
Sumin menurut. Tepat ketika ia mendengar suara pintu di buka, Jimin menariknya untuk menjatuhkan diri. Refleks, Sumin berteriak.
Tapi beberapa saat kemudian ia merasakan kakinya menapak lantai. "Bagaimana bisa?" Pikirnya. Karena bagaimanapun logikanya bekerja, ia pasti akan tergeletak mati di aspal jalanan.
"Buka matamu" bisik Jimin setelah mengecup kedua mata Sumin.
Sumin kembali menurut. Tapi saat ia mengamati sekitarnya, gadis itu ternganga. "Ini.... kamar Taehyung? Bagaimana bisa?" tanyanya bingung.
TBC
Kurang seru kah?
Ada typo kah?
Kurang detail kah deskripsinya?
Kurang ngefeel kah?
Kasih masukan dong ????
With love, Astralian ????