Jiminpun ikut terkejut. Di dalam kotak tersebut, terdapat sebuah boneka perempuan dengan pisau tertancap tepat di tengah tubuhnya. Bahkan ada darah yang berlumuran di pisau dan tubuh boneka tersebut.
Namja Park itu segera mengambil kotak hadiah yang berada di pangkuan Sumin. Kemudian ia menutupnya, dan meletakkannya di balik nakas.
Sayup-sayup ia mendengar suara terisak. Dia menoleh menatap Sumin. Gadis itu menangis dengan kedua tangan menutupi wajahnya.
Entah kenapa hati Jimin terasa sakit melihat gadis ini menangis. Dia semakin merasa bersalah. Jika saja ia tidak memiliki niatan untuk menjadikan Sumin umpan. Oh Jimin sungguh merasa menyesal.
Lelaki vampir itupun menghampiri Sumin dan memeluknya. "Sshhh.. Jangan pikirkan kotak itu lagi. Dia ingin kau ketakutan. Jika kau terus menangis, dia akan semakin senang karena berhasil menakutimu" ucapnya sambil mengusap-usap rambut Sumin untuk menenangkannya.
"Apa salahku, Jimin?" tanya Sumin disela isakannya.
"Tidak ada" jawab Jimin. "Ini bukan salahmu" Jimin melepas pelukan dan menangkup wajah Sumin. Ia menghapus air mata gadis itu dengan jemarinya. "Lupakan semua dan tidurlah. Aku akan menjagamu" lanjutnya.
Sumin terlalu lelah untuk mendebat perintah Jimin. Jadi diapun merebahkan tubuhnya. Kemudian Jimin menyelimutinya hingga sebatas leher.
Cup.
Jimin mengecup dahi Sumin. Membuat jantung yeoja itu berdetak 2x lebih cepat. "Gomawo" cicitnya dengan pipi bersemu merah.
Setelah mengangguk sambil tersenyum, Jimin duduk di kursi samping ranjang dan mulai bersenandung lembut. ???? "Haruman~ neowa naega hamkkehal su itdamyeon~ haruman~ neowa naega sonjabeul su itdamyeon~" ????
"Suaranya indah sekali." Pikir Sumin yang merasa nyaman. Meskipun lagu yang dinyanyikan Jimin bukanlah lullaby, tapi semakin lama mata Sumin terasa semakin berat. Dan tak lama kemudian, gadis itupun terlelap.
???? Black Roses ????
Akhirnya Sumin telah sehat dan bisa kembali beraktivitas. Selama penyembuhan kemarin, Jimin selalu datang menemaninya setiap malam. Sedangkan di siang hari, Inhalah yang mengurusnya disela jadwal kuliah yeoja Choi itu.
Meskipun begitu, dahi Sumin mendapat kenang-kenangan 7 jahitan atas kejadian di pemotretan itu. Membuat Jimin merasa geram tiap kali ia bertemu gadis itu. Apalagi jika mengingat surat ancaman kedua bersama hadiah jelek yang diperkuat dengan hasil penyelidikan Jungkook.
Siapapun pengirim surat ancaman sialan itu, dia benar-benar gila! Karena Jungkook menemukan bahwa softbox itu memang sengaja telah diutak-atik agar jatuh. Bahkan namja Jeon itu juga melihat bahwa kabel lift di gedung Daehan Cinema memang sengaja dipotong. Bukankah orang itu sangat sinting?
Malam ini, Jimin dan Sumin akan pergi berkencan. Karena saat Sumin sakit kemarin, Jimin berjanji akan menemani gadis itu ke semua tempat yang diinginkannya jika ia sudah sembuh. Dan disinilah mereka berdua sekarang. Taman kota.
Jimin membukakan pintu mobil untuk Sumin. Kemudian mereka berdua berjalan beriringan. "Apa yang ingin kau lakukan disini?" tanya Jimin sambil menggapai tangan gadis itu, lantas menggenggamnya.
"Aku hanya ingin jalan-jalan denganmu" jawab Sumin tanpa memandang Jimin. Karena sebenarnya gadis itu sangat malu dan tidak ingin Jimin melihat bahwa ia sedang blushing.
Jimin tertawa kecil. Menyadari betapa sederhananya keinginan gadis di sampingnya itu. "Ah, kau mau es krim?" Jimin menawarkan karena ia sempat melihat sebuah kedai es krim tadi.
Baek Sumin akhirnya menoleh menatap Jimin. Matanya berbinar senang dan ia mengangguk dengan semangat.
Jimin pun tersenyum gemas. "Kalau begitu tunggulah di kursi itu. Aku akan membelikannya untukmu."
Gadis bersurai coklat itu menurut. Ia duduk di kursi taman yang letaknya sangat strategis. Ia bisa melihat jalan raya dari sini. Bahkan ia juga bisa melihat air mancur taman yang berkilau tertimpa lampu.
Namja vampir itu bergegas pergi untuk membeli es krim di sebrang taman. Dalam perjalanannya ke kedai es itu, Jimin tersenyum sendiri memikirkan Sumin. "Padahal ini malam hari. Tapi dia bersemangat sekali ingin memakan es krim."
Tapi saat akan membayar, Jimin mendengar decitan rem mobil di belakangnya. Diapun segera menengok. Rahangnya seolah jatuh menghantam trotoar melihat pemandangan mengerikan disana.
Karena dimanapun, Jimin pasti akan mengenali sosok itu. Sumin. Gadis itu sudah tergeletak di tengah jalan sambil memeluk sesuatu. Jiminpun segera berlari menghampiri gadis itu tanpa memperdulikan teriakan sang penjual es krim. "Apa yang terjadi? Kenapa dia berada di jalan? Dasar bodoh! Bukankah sudah kubilang untuk menungguku di kursi taman?!" Rutuk Jimin dalam hati.
Saat sampai, Jimin bersimpuh di samping tubuh Sumin dengan rahang yang mengeras. Ada banyak darah yang keluar dari kepala gadis itu. Sepertinya jahitan di dahinya terbuka. Iapun melihat seekor anjing dalam pelukan Sumin. "Astaga, apa dia seperti ini karena menyelamatkan anak anjing?"
Tidak ingin membuat jalanan semakin macet, Jiminpun segera menggendong Sumin dan membawanya ke tepi jalan.
"Oh astaga itu anjingku" teriak seorang gadis berambut pendek saat melihat anak anjing yang masih dalam pelukan Sumin.
Hewan kecil itu meronta saat melihat majikannya. "Maaf. Gara-gara anjingku, pacarmu jadi seperti ini" kata gadis itu dengan sedih sambil menggendong hewan peliharaannya.
Jimin hanya bisa memberikan senyum lemah. "Tidak apa." Ia tidak peduli dengan gadis itu maupun anjingnya. Yang terpenting sekarang adalah keselamatan Sumin. "Sumin ah, Sumin ah" panggilnya dengan sia-sia.
???? Black Roses ????
Jimin baru saja sampai di rumah sakit karena ia harus memberikan keterangan kepada polisi terlebih dahulu. Meskipun ia sangat jengkel dan ingin segera menemani 'pacarnya', tapi tetap saja ia terjebak dengan pertanyaan-pertanyaan polisi.
Bahkan ia juga berhadapan dengan pengendara mobil yang menabrak Sumin. Pria vampir itu sungguh ingin menyalahkan semuanya pada lelaki itu. Tapi jika dipikir lagi, itu bukan salahnya.
Pengemudi itu juga pasti terkejut melihat Sumin yang tiba-tiba berlari ke tengah jalan hanya untuk menyelamatkan anak anjing. Jimin juga ingin menyalahkan hewan sialan itu. Tapi hei! Seekor anjing tetaplah hewan yang tidak memiliki otak layaknya manusia!
Bahkan namja Park itu juga ingin menyalahkan gadis pemilik anjing itu. Tapi bagaimanapun juga, semua sebenarnya adalah salahnya. Kenapa ia harus meninggalkan Sumin? Kenapa ia tidak mengajak saja gadis itu ke kedai es krim?
Seorang perawat memberitahu Jimin bahwa 'kekasihnya' masih berada di ruang gawat darurat. Dan Jimin hanya bisa menatap pintu ruangan tersebut dengan sedih. Berharap dia bisa berada di sana untuk menemani Sumin.
Lelaki bersurai hitam itu menghela nafas dan menunduk. Dia terlihat berantakan. Kemeja dan celananya terkena noda gelap darah Sumin.
Tunggu
Apa?
Darah?
Jimin menatap kedua tangannya yang berlumur darah Sumin. Tiba-tiba ia tercekat. Matanya memerah, menginginkan darah. Dia ingin sekali menjilati darah yang ada di tangannya. Tapi ia tidak bisa. Karena itu darah milik Sumin.
Namja vampir itu berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan dirinya. Dan sekejap kemudian, dia telah berada di dalam kamarnya.
???? Black Roses ????
"Inha" panggil Sumin setelah matanya telah menyesuaikan keadaan sekitar.
Inha yang sedang merapikan pakaian Suminpun segera menoleh. "Sumin" katanya dengan bahagia. Gadis itu segera menghampiri Sumin di ranjang rumah sakit dan memeluknya. "Syukurlah kau sudah sadar. Aku akan memanggil dokter sebentar" lanjutnya, mulai beranjak pergi.
"Tunggu Inha"
Sahabat Sumin itu berhenti dan berbalik dengan bingung.
"Dimana Jimin?"
"Aku tidak tahu, Sumin. Sejak semalam aku datang kesini, Jimin tidak ada. Padahal dia yang menelponku dan menyuruhku cepat kesini."
"Kalau begitu, bisa tolong kau ambilkan smartphoneku?" Pinta Sumin.
Inhapun menurutinya.
Sambil menunggu dokter datang, Sumin berusaha menelpon Jimin. Tapi, meskipun ia sudah menelponnya berkali-kali, namja tampan itu tidak juga menjawabnya. "Kemana kau, Park Jimin?" Batinnya yang entah kenapa mendapat firasat buruk.
TBC
With love, Astralian ????