Gadis bersurai coklat panjang itu terlihat duduk di atas kasur dengan punggung yang bersandar pada kepala ranjang. Kelereng matanya menatap lurus sesuatu di depannya dengan fokus. Mungkin siaran televisi? Jimin tidak bisa melihatnya karena terhalang tembok.
Ya. Namja Park ini sedang mengamati Sumin dari atas dahan pohon melalui jendela. Ia sungguh tidak berani bertemu dengan gadis itu lagi.
Pengecut? Bukan. Jimin hanya merasa malu karena ia tidak bisa menepati janjinya. Ia telah berkali-kali gagal melindungi Sumin. Bahkan ia merasa telah membiarkan gadis manusia itu menderita.
Dan semua itu jelas salahnya. Karena ialah yang menjadikan Sumin umpan agar si pengirim surat ancaman muncul. Tapi apa? Bahkan sampai gadis itu seperti inipun Jimin belum menemukan petunjuk apapun tentang orang gila itu.
"Hyung" sapa seseorang.
Jimin menoleh dan mendapati bahwa Jungkook telah berdiri diatas dahan pohon di sebelahnya. "Ada apa Kookie?" Tanyanya, kembali menatap Sumin.
"Kenapa kau tidak menemuinya saja hyung? Padahal kau setiap hari pergi kemari." Namja Jeon ini malah balik bertanya.
Jimin terdiam cukup lama. Tapi kemudian ia menjawab, "Aku hanya ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja."
Jungkook melirik hyungnya dengan bingung. "Jawabanmu sama sekali tidak ada hubungannya dengan pertanyaanku hyung." Katanya dengan kesal.
Jimin diam saja. Dia malah terus memandangi Sumin yang sekarang sedang menelepon seseorang. Sepersekian detik kemudian, smartphone Jimin di sakunya bergetar hebat. Tapi lelaki itu menghiraukannya.
"Kau mencintainya kan?" tebak Jungkook tiba-tiba.
Pria yang lebih tua langsung menoleh dengan mata membulat. Tentu saja terkejut.
"Itu menjelaskan kenapa kau tidak mencicipi darahnya meskipun darahnya sudah ada di tanganmu, hyung." Jelas si namja bergigi kelinci sambil tersenyum.
Jimin tetap diam. Kepalanya tertunduk, menatap kedua kakinya yang terayun-ayun bebas. Jelas tidak ingin menatap dongsaengnya itu. Karena memang ia tidak mau mencicipi darah Sumin sedikitpun kemarin. Namja vampir itu malah langsung membersihkan seluruh tubuhnya dengan sabun agar bau manis darah Sumin hilang.
"Kau tidak ingin menjadikannya mangsa kan, hyung?" Desak Jungkook masih dengan senyumannya.
"Aku tidak yakin bahwa aku memang mencintainya." Jawab namja bersurai hitam itu dengan lirih.
Jungkook menghela nafas panjang. Tidak habis pikir dengan hyungnya yang satu ini. "Coba kau telaah perasaanmu terlebih dulu, hyung." Sarannya.
"Aku sedang melakukannya" ujar Jimin sambil menoleh. Tapi Jungkook sudah tidak lagi berada di sana.
???? Black Roses ????
Sumin menatap smartphonenya dengan tatapan tajam. Berusaha membuat benda tersebut berdering hanya dengan tatapannya. Tapi meski sampai matanya lepas sekalipun, tidak ada panggilan dari Park Jimin sama sekali. Gadis itupun menghela nafas kecewa. "Inha" panggilnya.
"Hm?" Gumam gadis itu yang sedang sibuk membuat nail art hingga tidak sudi mengangkat pandangannya.
"Aiissh dia kemana sih? Sudah sebulan lebih dan dia tidak pernah mengangkat teleponku atau menghubungiku sama sekali!" omel Sumin sambil menghempaskan punggungnya ke kursi kasir.
Mendengar itu, si yeoja Choi menatap Sumin dengan bingung. "Jimin?" tebaknya. "Kenapa kau sangat mengkhawatirkannya?"
"Ha?" Sumin ternganga. "Apa?" Bukankah jawabannya sudah jelas karena Jimin adalah pacar Sumin?
"Bukankah kalian hanya pura-pura?" Inha seolah bisa mendengar kata hati Sumin. "Lalu kenapa kau peduli padanya?"
Hal itu sukses membuat Sumin terdiam. Perlahan rona merah muncul di kedua pipi yeoja Baek itu hingga ia harus menggigit bibir bawahnya agar tidak tersenyum bodoh.
"Sumin yang aku kenal adalah gadis yang tidak akan peduli pada apapun jika hal itu tidak penting untuk dirinya sendiri." lanjut Inha dengan mata yang disipitkan ke arah sahabatnya. "Atau mungkin kau..." Ia menggantung kalimatnya.
"Kurasa aku memang mencintainya, Inha." Ujar Sumin malu-malu.
"Mwo?" Inha membulatkan matanya terkejut. "Sepertinya aku salah dengar. Coba kau ulangi sekali lagi!" Pintanya sambil mendekatkan telinga ke Sumin.
"Aku sangat merindukannya, Inha. Ketika dia tidak ada kabar seperti ini, aku merasa sangat kosong" kata Sumin yang tiba-tiba terlihat sedih.
Seringai bodohpun menghiasi wajah Inha. Gadis yang lebih pendek itupun menyiku pinggang Sumin. "Ooooo sudah kubilang kan, kau akan terpesona padanya" godanya.
"Aish hentikan, Inha! Ini tidak lucu!" Suminpun memukul lengan sahabatnya itu.
???? Black Roses ????
Seorang gadis bersurai coklat panjang memasuki restoran mewah itu. Dia segera masuk ke antrian untuk memesan. Karena ia melihat pria yang ada dipikirkannya selama ini sedang berdiri dibalik meja counter dan terus saja mengumbar senyum pada semua pelanggan.
"Selamat datang. Apa yang ingin anda pesan?" tanya Jimin sambil mengangkat pandangan. Seketika itu senyumnya hilang. Karena gadis yang selama ini mati-matian ia hindari, kini telah berada di hadapannya.
"Park Jimin" jawab yeoja cantik itu.
Jimin menelan ludah dan berusaha bersikap cuek. "Makanan apa yang ingin anda pesan?" tanyanya sok sopan, tanpa menatap Sumin.
"Park Jimin" ulang Sumin.
"Lalu minumnya?" Lanjut Jimin dengan pertanyaannya sambil memencet-mencet layar monitor untuk memasukkan pesanan.
"Park Jimin" panggil Sumin lagi dengan mata yang berkaca-kaca. Tangannya terkepal erat hingga kukunya menancap. Kenapa ia sama sekali tidak dipedulikan?
"Silahkan tunggu pesanan anda." Jimin membungkuk sedikit. Kemudian dia pergi ke bagian belakang restoran meninggalkan Sumin.
Gadis itu menggigit bibir untuk menahan air matanya yang tumpah. Kemudian dia mencari tempat duduk, berharap Jimin akan datang menemuinya.
Sumin menunggu kedatangan Jimin dengan cemas. Ia terus menerus menggigiti bibir bawahnya, dengan kelereng mata yang berlari kesana-kemari menantikan sosok lelaki pujaannya.
"Silahkan pesanan anda" ucap sebuah suara husky yang menyapa gendang telinga Sumin.
Yeoja bermata bulat itu mendongak dan langsung merasa kecewa. Karena yang berdiri di sampingnya bukanlah Jimin. Melainkan Taehyung. "Aku tidak memesan makanan" kata Sumin.
Taehyung terlihat bingung. "Lalu?"
"Dimana Jimin? Aku ingin berbicara dengannya."
"Dia pergi" jawab namja kelewat tampan itu dengan polos. "Dari tadi" tambahnya.
"Apa?!" Pekik Sumin yang langsung membuat seluruh pelanggan menatapnya. "Mianhae" ucap gadis itu sambil menunduk.
Kemudian para pelanggan kembali pada makanan mereka masing-masing, tidak mempedulikan Sumin lagi.
"Kalian bertengkar ya?" tanya Taehyung sambil duduk di sebrang Sumin. "Akhir-akhir ini Jimin terus saja melamun."
"Entahlah, dia sama sekali tidak mau mengangkat teleponku." Jawab Sumin dengan sedih.
Namja Kim itu mengernyit bingung. "Aneh" komentarnya.
"Taehyung ssi, bisa kau panggilkan Jimin untukku? Aku benar-benar harus berbicara padanya." pinta Sumin dengan wajah memelas.
"Ikut aku!" Ajak Taehyung yang bangkit sambil membawa pesanan tadi.
Suminpun mengikutinya ke bagian belakang restoran.
"O! Sumin nuna." sapa Jungkook yang keluar dari pintu ruang penyimpanan.
"Annyeong!" jawab Sumin sambil melempar senyum ramah.
"Kookie, kau tahu kemana Jimin pergi?" tanya Taehyung setelah meletakkan pesanan Sumin yang tidak jadi tadi.
"Pulang" jawab Jungkook dengan polosnya.
Tubuh Sumin langsung membeku. Sebegitu tidak maunyakah Jimin bertemu dengannya? Memang apa kesalahannya? Seingatnya, terakhir kali mereka bertemu, ia tidak sedang bertengkar dengan Jimin. Lalu kenapa namja itu sangat menghindarinya?
TBC
With love, Astralian ????