Pagi hari di sekolah, Rena sedang duduk di dalam kelas sambil membaca novel favoritnya. Di kelasnya hanya beberapa orang yang datang pagi itu, yang lain biasanya agak siang termasuk Anta. Namun, tiba-tiba terdengar suara dentaman sepatu yang begitu cepat datang menghampirinya
“Good morning Renaa,” teriak Anta duduk di sebelah Rena.
Dengan tersenyum,”Hmm, morning,” jawab Rena santai.
“Ish, kok lo nggak semangat gitu sih? Yang semangat dong,” suruh Anta
“Yang penting masih gue jawab, dari pada enggak sama sekali,” cuek Rena.
“Serah lo deh. Eh by the way, gimana perasaan lo hari ini?” tanya Anta
Rena menoleh ke arah Anta yang menaik turunkan alisnya dan tersenyum lebar.
Dengan tersenyum,”Udah agak mendingan. Dan moodboster gue nambah,” senyum Rena.
“Yeee, berarti Rena udah nggak ada rasa dendam lagi kan?”
Rena menjawabnya hanya dengan menggelng-gelengkan kepalanya.
Di sela-sela obrolan mereka, datanglah dua orang kakak kelas yang memakai seragam pramuka dan menempatkan posisi mereka di depan kelas.
“Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh!” ucap kedua kakak kelas itu.
“Wa’alaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh,” serentak semua siswa yang ada di dalam kelas.
“Maaf dek mengganggu waktunya sebentar. Kami dari panitia PAB pramuka akan memberikan kalian surat peminatan untuk mengikuti acara PAB ini. Di acara PAB ini kita akan mengadakan kemah tiga hari dua malam, jadi kami harapkan kalian semua ikut ya. Kalo nggak ikut, kalian akan meninggalkan moment-moment berharga selama PAB ini.”
Tiba-tiba Anta mengangkat lengannya, menandakan bahwa ia ingin bertanya sesuatu kepada salah satu kakak pramuka itu.
“Kak! Susunan acaranya itu apa aja kak? Kok sampe tiga hari banget?” tanya Anta
“Oh iya, untuk hari pertama kalian akan mempersiapkan semua kelengkapan kalian serta membangun tenda yang akan kalian jadikan tempat istirahat, dan malam pertama kalian akan mengikuti proses pelantikan anggota baru pramuka. Hari kedua kalian akan jalan santai dan outbond seru, malam keduanya kami memberi kalian waktu bebas untuk bersenang-senang, dan pada malam itu juga kita akan menyalakan api unggun. Hari ketiga, kalian check out dan pulang ke rumah masing-masing,” jelas salah satunya.
“Yeeaayy!!! Ada malam bebas!!!” teriak Juno hingga membuat seluruh kelas tertawa termasuk kakak-kakak pramukanya.
“Meskipun ada satu malam buat kalian free ngapain aja, ada syaratnya juga loh,” lanjut salah satu kakak pramuka.
“Syaratnya apa kak?” tanya Rena.
“Syaratnya kalian tidak boleh meninggalkan lapangan sebelum meminta izin kepada ketua panitia,” jawabnya sambil tersenyum.
“Yaahhh!!” teriakan protes menggema di ruangan kelas ini. Kekecewaan yang diperlihatkan semua anggota kelas Rena, membuat kakak pramuka yang ada di dalam kelas tertawa.
Setelah itu, kakak-kakak pramuka membagikan kertas peminatan kepada seluruh siswa yang ada di dalam kelas tersebut. Dilanjutkan dengan mengucapkan salam dan meninggalkan kelas.
“Ren, kira-kira kita satu tenda sama siapa ya?” tanya Anta begitu kakak-kakak pramuka meninggalkan kelas.
“Emm, gimana kalo kita ajak Syifa, Rani, Ara, Ody, sama Nayla? Kayaknya mereka mau kita ajak satu tenda,” saran Rena.
“Ya udah, lo aja sana yang ajak mereka. Gue tinggal nunggu hasil,” ucapnya santai sambil menempelkan headset ke telinganya.
“Dasar!!” Rena pun berdiri dan meninggalkan Anta menuju bangku teman-teman yang disebutkannya tadi.
Setelah beberapa menit kemudian, Rena kembali duduk di bangkunya. Dengan cepat Anta segera melepaskan headsetnya dan mulai menanyai Rena.
“Gimana, Ren?” tanya Anta
“Mereka udah deal jadi kelompok satu tenda kita pas PAB nanti, puas lo?” jawab Rena.
“Sip deh, puas banget gue.” sambil menunjukkan dua jempol kepada Rena.
Kemudian, Rena dan Anta mulai membuat daftar barang-barang yang akan mereka bawa saat PAB nanti, dan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan saat malam bebas.
***
Hari-hari pun berlalu begitu cepat, tibalah saatnya acara PAB atau jika diperpanjang adalah Penerimaan Anggota Baru pada cabang Pramuka dimulai. Para peserta sudah mulai berdatang pada sabtu pagi. Mereka semua memakai seragam pramuka. Sebelum mendirikan tenda, para peserta dikumpulkan terlebih dahulu di Aula, dan kemudian berjalan menuju lapangan.
“Ta, gue mau ke toliet nih. Anterin gue yuk,” rengek Rena.
“Ya udah ayo!” sambil menarik tangan Rena.
Rena dan Anta berjalan menuju toilet dengan langkah cepat, karena tidak ingin ketinggalan acara. Tanpa Rena dan Anta sadari, mereka bertemu dengan Afkar yang baru saja keluar dari Aula bersama salah seorang temannya.
Rena dan Afkar saling tatap, eyes to eyes, dilanjutkan dengan Afkar yang tersenyum di depan Rena. Rena mematung. Afkar melewati Rena begitu saja tanpa mengetahui bahwa Rena gugup saat bertemu dengannya.
“Ren, Rena. Lo nggak kenapa-kenapa kan?” bingung Anta.
Rena masih mematung. Anta sudah mulai bingung, dan akhirnya memutuskan untuk teriak di samping telinga Rena.
“WOY RENA!!” teriak Anta.
“Aduhh!! Lo ngapain sih? Pake teriak di kuping gue segala lagi,” sambil menutup telinganya.
“Lo tadi tuh bengong, Ren. Waktu lo tahu Afkar lewat, lo udah matung aja. Makanya gue teriak.” jawab Anta.
“Ya udah gue ke toilet dulu. Tungguin ya,” perintah Rena.
“Iya iya,”
Beberapa menit kemudian, Rena keluar dari toilet dan bergegas menuju lapangan bersama Anta. Di lapangan semua peserta PAB beserta para panitia sudah berbaris dengan rapi untuk mengikuti apel pembukaan PAB. Melihat keadaan tersebut, Rena dan Anta segera, mencari barisan kelasnya dan membentuk barisan di belakang.
Di bawah terik matahari, apel pembukaan berlangsung dengan lancar, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan susunan acara yang akan dilakukan selama PAB berlangsung. Setelah pembacaan susunan acara berakhir, para peserta dibubarkan untuk mendirikan tenda yang akan mereka tempati untuk istirahat, dilanjutkan dengan susunan acara lainnya.
SKIP!
Malam hari pertama pun telah berlalu, dan sekarang malam hari kedua pun datang. Malam inilah yang paling ditunggu-tunggu para peserta PAB, karena pada malam ini mereka dibebaskan untuk melakukan aktivitas apapun bersama teman-teman mereka. Mereka boleh berjoget, bernyanyi, atau berkumpul bersama mengelilingi api unggun.
Tepat pukul 20.25, semua panitia dan para peserta PAB sudah duduk manis mengitari api unggun besar yang panas membara.Rena dan Anta duduk pada posisi di depan api unggun, dan yang paling mengejutkan, ternyata Afkar juga berada di posisi depan api unggun dan berhadapan dengan Rena.
“Oke, adik-adik, gimana kalo malam yang indah ini kita nyanyi aja?” tawar Kakak panitia.
“SETUJUUU!!” teriak semua peserta.
Afkar tiba-tiba berdiri dan berjalan menuju tendanya. Semuanya terlihat bingung setelah melihat tingkah aneh Afkar yang tiba-tiba saja berdiri dan pergi begitu saja. Namun, tanpa diduga Afkar kembali dari tendanya dan membawa ditanganya.
“Ooh, ambil gitar, wkwk,” gumam Anta.
Rena hanya tersenyum menahan tawa dengan tingkah laku Afkar.
Afkar duduk di tempatnya semula, dan bertanya kepada kakak panitia.
“Kak, aku mulai dulu ya? Nanti kalo ada yang hafal lagunya bisa nyanyi bareng, kan?” tanya Afkar yang menoleh ke kanan dan ke kiri
Semuanya terlihat mengangguk-anggukan kepala mereka masing-masing, menandakan bahwa mereka setuju.
Afkar memulai petikan gitarnya dengan pelan. Suasana menjadi hening, dan semua perhatian mengarah ke Afkar.
Afkar memulai nyanyiannya....
Dalam harapku dan inginku
Kau ada disana
Di setiap langkahku dan mimpiku
Kau ada disana....
Mungkin suatu saat nanti
Kau dan aku bersama
Berdua kita jalin kasih
Dalam satu ikatan cinta
Mata Rena menatap Afkar yang sedang bernyanyi, ia perlahan mulai menikmati lagu yang dinyanyikan Afkar. Semua yang berkumpul disana juga menggerakkan tubuh mereka ke kanan dan ke kiri, meresapi tiap alunan lagu yang dinyanyikan Afkar.
Asli! Suara Afkar enak banget, merduu, batin Rena.
Pada lirik selanjutnya Afkar berhenti bernyanyi, dan menunggu ada yang melanjutkannya. Tiba-tiba Rena bernyanyi merdu dengan mata tertutup.
Oh Tuhan tolong...
Jaga dirinya disana
Aku disini kan menunggu
Hanya diriku dan dirinya
Indah pada waktunya
Setelah itu, Rena membuka matanya dan yang terlihat pertama olehnya adalah Afkar yang tersenyum ke arahnya dan masih memetikkan gitarnya. Rena tersenyum, dan mereka bersama-sama melanjutkan lirik lagunya.
Oh Tuhan tolong
Jaga dirinya disana
Aku disini kan menunggu
Hanya diriku dan dirinya
Indah pada waktunya..
Kemudian, terdengar suara sorak-sorak dan siulan dari para peserta dan para panitia.
“Ciyeeee,” serentak semuanya menyoraki Afkar dan Rena. Namun, mereka berdua masih bertatapan dan tersenyum, tidak menghiraukan sorakan teman-temannya. Afkar mulai mengawali lirik.
Meski ku dan dirinya
Terpisah jarak dan waktu
Namun ku yakin
Dirimu hanya untuk ku (Afkar)
Tak perlu kau ragu kasih
Ku yakin cinta kita kan abadi...
Dan indah pada waktunya (Rena)
Mereka bersama-sama bernyanyi, dan diiringi dengan suara dua yang dihasilkan dari suara para panitia dan para peserta.
Oh Tuhan tolong
“Tuhan tolonglah merekaaa,” teriak Igo diikuti oleh semua yang ada disana.
Jaga dirinya disana
“Disaanaa,” semua berteriak lagi.
Aku disini kan menunggu
“Kami disini akan menunggunya,” teriak mereka lagi dengan tingkah laku yang berbeda. Ada yang menutup mata, mengepalkan tangan, berteriak di telinga temannya, dll.
Hingga diriku dan dirinya
Indah pada waktunya
KOCAK PARAHH!!
Rizky Febian feat (Aisyah Aziz) – Indah pada waktunya
Setelah nyanyian Afkar dan Rena selesai semuanya berteriak histeris.
“Yeeaayy.... Wouhuu... So sweet bangett,” teriak semua orang yang berkumpul malam ini.
“Cuit, cuit,” Igo bersiul.
Suara tepuk tangan dan sorakan gembira mulai terdengar keras. Afkar dan Rena tertawa malu.
“Ehm, masih diliatin terus aja,” senggol Anta.
“Eh, eee, siapa yang liatin, gue liatin api unggunnya kok,” Rena basa-basi.
“Dih, masih ngeles aja, dasar adiknya Kak Dony.” tawa Anta diikuti oleh Rena yang juga tertawa.
Afkar bersalaman dengan para kaum lelaki, dan ada juga yang memberinya pujian karena suaranya yang sangat enak didengar. Dia melihat Rena yang tertawa lepas dengan Anta. Afkar terkekeh kecil, dan tiba-tiba Igo mengejutkannya.
“Woy bro!! Gimana rasanya bisa duet bareng Rena?” goda Igo.
“Apaan sih lo?” Afkar memukul pundak Igo.
“Ayo dong, lo cerita aja perasaan lo gimana. Gue kepo nih,” rengek Igo.
“Biasa aja, Go. Yaa, deg-degannya juga sih, tapi... Ash pokoknya gitu deh,” Afkar ragu.
“Ciyee yang lagi kesemsem,” Igo menyenggol manja ke Afkar.
“Ck, apaan sih lo? Jijik tahu!” Afkar pergi meninggalkan Igo.
***
rena dan afkar menjadi renafkar, hehe... nice hit. keep writing. udah kulike dan komen storymu. mampir dan like storyku juga ya. thankyouu
Comment on chapter Kata Pengantar