Read More >>"> What a Great Seducer Fist Series : Mengenalmu (Wisata Sekolah) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - What a Great Seducer Fist Series : Mengenalmu
MENU
About Us  

Bella mengemudikan mobilnya, sambil sesekali memukul stir mobil dengan kesal. Anak itu sungguh tak tahu terimakasih. Ia sudah mengantarkannya sejauh ini dan dipersilahkan masuk saja tidak. Tapi malah diusir. Menyebalkan sekali. Sangat-sangat menyebalkan.

Bella melirik tangan kirinya yang kosong, berharap ia tidak lupa memakai jam tangan hari ini. Sayangnya, ia memang lupa. Oh, jam berapa hari ini. Hmmm, jika dilihat dari posisi matahari yang hampir berada tepat diatas kepala. Pasti ini sudah tengah hari. Ya, hari liburnya yang hanya satu kali dalam seminggu hilang sudah.

Eits, tunggu dulu. Bella merasa ada yang aneh dari Rion. Mengapa anak itu tinggal sendiri di rumah yang sebesar itu? Dan mengapa ia tak boleh memberitahu orang lain letak rumah Rion. Apa jangan-jangan anak itu benar-benar vampire. Atau ia seorang pembunuh yang sedang bersembunyi. Ah, tidak-tidak! Wake Up Bella. Ini masih siang, jangan bermimpi. Yah, mungkin anak itu Introvert kelas akut. Eh, tapi tak mungkin. Sepanjang perjalanan ini ia terlihat sangat cerewet, ciri seorang Ekstrovert. Apakah ia Ambievert? Atau mungkin memang sifatnya belum pernah masuk kategori kepribadian yang dikemukakan oleh Psikolog yang bernama Carl Gustav Jung (C.G Jung) dari Swiss. Hmmm...mungkin saja.

Dan luka itu. Apa anak itu dikeroyok. Apa ia sudah sembuh ? Apa ia butuh bantuan tapi malu untuk meminta? Apa ia... ah sudah. Sudah cukup Bella. Jangan memikirkan Rion lagi. Nikmati sisa hari liburmu. Yah, jangan memikirkan Rion lagi. Ah, namun hal ini rasanya sangat sulit. Semakin ia ingin melupakan Rion, pikiran anak itu terus berputar-putar di kepalanya bagai kunang-kunang. Bella ingin tahu banyak hal mengenai Rion, namun anak itu terlalu unik. Ralat : Aneh.

Begitu sampai di halaman rumahnya Bella segera memarkir mobilnya. Ia mendapati sekuter antik milik Jean sudah terparkir di halaman rumahnya menggantikan motor sport jadul ayahnya yang mungkin pemiliknya sekarang sudah pulang. “Bella! Kemana aja. Aku bosen tau sendirian.” Protes Jean. “Ya elah, baru setengah hari. Nah, koq kamu baru pulang?” tanya Bella. “Iya nih, tadi rame banget jadi aku lembur deh.” Balas Jean.

“Oh, gitu. Jean aku lagi kzlll banget tau nggak?” kata Bella menghempaskan dirinya ke sofa samping Jean dan menopang dagunya dengan satu tangan. “Lho kenapa?” tanya Jean. “Gini nih....bla...bla...bla....”. Bellapun menceritakan semua hal yang menimpanya dengan menyembunyikan beberapa bagian. Ia bukan tipe orang yang akan mengingkari janji, ia sudah berjanji pada Rion untuk tak mengatakan beberapa hal. Bella memulai ceritanya dari saat Rion pingsan sampai ada dikamarnya, lalu ketahuan ayahnya. Rion dikira pacarnya, mengantarkan Rion pulang sampai diusir.

“Apa! Hahahaha....” Sambut Jean dengan suara tawa yang menggelegar. “Eh, koq malah ketawa sih?” tanya Bella dengan kesal. “Yah, mau gimana lagi? Abisnya cerita kamu itu emmm...gimana ya. Something banget tau nggak.” Jawab Jean sambil menahan tawa.

“Tapi, aku sebel sama bocah itu. Udah dianterin malah diusir mana nggak ngomong makasih lagi.” Kata Bella sambil merenggut. “Eh, Bell. Wajar anak itu bersikap kaya gitu. Kalau aku yang jadi Rion nih, ya.Aku pasti nganggep kamu itu tante-tante doyan brondong tau nggak. Secara tanpa persetujuan dia, kamu bilang Rion itu pacarmu demi keuntungan pribadimu. Kalau aku sih pasti marah dong.” Balas Jean.

“Koq kamu malah Bella anak itu sih bukannya bela sahabat sendiri.” Protes Bella. “Ya, abisnya kamu juga sih yang salah. Udah deh, yang penting ayahmu sekarang nggak akan jodohin kamu sama muridnya itu lagi, kan?” nasehat Jean. “Eh, iya sih.”

“Tapi, hari liburku hilang.” Dengus Bella. “Ya elah, masih ada waktu Bell. Emang kamu mau kemana sih?” tanya Jean. “Ya, nggak kemana-mana sih. Paling juma rutinitas harian aja sih pas hari minggu. Bangun, sarapan, nonton tv, baca buku, makan, tidur lagi. Udah sih gitu aja.” Kata Bella sambil mengerakkan bahu. “Yah, gak asik dong! Ke Mall aja yuk.” Ajak Jean.

“Jauh, Jean.” Protes Bella. “Ketimbang diem di rumah mulu. Ayo!” ajak Jean sambil meraih satu lengan Bella dan menariknya. “Ya, udah deh.” Bella menurut dengan langkah gontai.

Bella terus mengamati jam dinding yang seolah tak bergerak. “Ehmm, jadi begini. Untuk menyambut mahasiswa baru kita akan mengadakan acara Outing Class.” Kata Pak Demyan, rektor kampus yang baru pulang dari rapat sekolah di Inggris. “Ya, saya rasa anda benar pak. Kita memang perlu adakan sebuah acara bagi siswa. Dan juga menjalankan rutinitas setiap ada penerimaan mahasiswa baru setiap tahunnya.” Balas Mr. Frans tak mau kalah.

“Tapi, tahun ini kita harus memilih lokasi wisata baru yang cocok.” Kata Mr. Demyan. “Ya, Pak. Saya sudah mencoba mencari lokasi wisata yang bagus. Mungkin anda ingin mendengar beberapa diantaranya?” tanya Ms. Leora.

“Ya, silakan Ms. Leora.” Mr. Demyan mempersilahkan Mr. Leora untuk mengutarakan pendapatnya. Menurut pendapat Bella sendiri. Mr. Demyan sangat jauh berbeda dari Mr. Frans. Jika segala kehormatan yang semua staff tunjukkan pada Mr. Frans berasal dari rasa takut. Maka, rasa hormat yang ditunjukkan kepada Mr. Demyan adalah rasa segan dan penghargaan.

Mr. Demyan adalah seorang pria paruh baya yang sangat baik. Ia menghargai semua karyawan disini. Pintar menghadapi murid, sehingga tak ada murid yang tak menyukainya. Selalu mengedepankan demokrasi dan jujur. Mr. Demyan adalah seorang rektor idaman.

Mungkin manusia memang licik, tapi mereka tidak bodoh. Mereka tahu mana orang yang patut dihormati dan tidak. Hal ini juga berlaku dalam kasus Mr. Demyan dan Mr. Frans. Ms. Leora mengambil beberapa carik kertas hasil studi bandingnya mengenai tempat wisata yang akan jadi lokasi Outing Class mahasiswa baru tahun ini. Semua tampak mengamati dengan saksama.

“Ehmm, lokasi pertama yang saya sarankan adalah National Gallery of Art. Lokasi ini sangat saya sarankan karena anak-anak dapat melihat berbagai karya seni yang indah dan bersejarah yang tentunya sangat mengagumkan untuk kita bisa lihat. Nah,selain itu juga gratis. Yah, walau agak jauh memang.” Beber Ms. Leora. Semua orang hanya mengangguk. Bella juga mengangguk, namun dalam hatinya ia mendesah. Tempat itu bukan tempat yang cocok baginya, Bella sama sekali tak pernah tertarik pada seni. Ia harap, mengelilingi tempat itu bukan hal yang membosankan.

“Nah, tempat kedua yang saya sarankan adalah...” lanjut Ms. Leora sambil membuka lembar kertas berikutnya. “Licoln Memorial dan Washington Monument karena letaknya berdekatan kita akan mengunjunginya pada hari yang sama dan seterusnya hari kedua kita berada disana kita akan menuju ke Jefferson memorial dan hari terakhir kita akan berburu oleh-oleh. Bagaimana?” Papar Ms. Leora.

“Ide yang bagus Ms. Leora. Nah, bagaimana pendapat kalian semua?” tanya Mr. Demyan pada semua staff persis seperti yang Bella harapkan. Semua staff mengangguk setuju termasuk Bella dan Mr. Frans. Semuanya yakin dengan ide yang dipaparkan Ms. Leora atau setidaknya tak ingin berpendapat lagi.

“Baiklah, saya rasa hasilnya adalah kita akan  pergi selama seminggu penuh. 2 hari perjalanan datang lalu 2 hari perjalanan pulang lalu kita berada disana selama 3 hari. Nah, Ms. Leora anda sebagai kooordinator tentunya anda harus membuat schedjule wisata kita bukan?” tanya Mr. Demyan.

“Oh, iya tentu saja.” Kata Ms. Leora sambil menyodorkan secarik kertas pada Mr. Demyan. “Hmmm...bagus. Nah, bagaimana dengan hotelnya. Kita perlu adakan reservasi tempat sebelumnya, kan?” tanya Mr. Demyan. “Ya, pak. Tentu saja, seperti tahun kemarin. Saya sudah reservasi banyak kamar di Hotel Washington Hilton. Karena letaknya yang cukup dekat dengan berbagai wisata disana.” Papar Ms. Leora.

“Baguslah.Nah, seluruh staff saya harap untuk bisa berpasrtisipasi secara aktif dalam kegiatan ini. Rapat saya bubarkan. Sekarang, kalian bisa memberitahu seluruh peserta didik sesuai dengan kelas yang kalian ampu. Kegiatan ini akan diadakan 3 hari lagi.” Perintah Mr. Demyan mengakhiri rapat.

Semua staff membubarkan diri, termasuk Bella. Ia segera menuju ke kelas I-C untuk memberitahukan sebuah pengumuman. Kelas ribut seperti biasanya saat tak ada dosen yang mengajar. “Ehm, anak-anak. Saya akan menyampaikan sebuah pengumuman untuk kalian. Dalam rangka penyambutan mahasiswa baru kita akan mengadakan acara Outing Class. Acara akan diadakan 3 hari mendatang selama seminggu penuh. Saya harap kalian segera bersiap!” kata Bella memberi pengumunan.

Horee...teriakan para siswa meriuhkan suasana. Mereka tampak bersemangat. Bella menatap lurus ke depan, mencoba menghindari tatapan Rion.Tapi, oh ia tak bisa. Menuruti dorongan hatinya. Bella akhirnya menoleh pada anak itu. Dan mendapati senyuman Rion yang mengembang, mata anak itu menatap kerahnya. Deg...apakah senyuman manis itu ditujukan untuknya.

“Bu, anda tidak apa-apa kan?” tanya salah seorang muridnya. “Ah, iya. Kenapa?” tanya Bella tergagap mengalihkan pandangannya dari Rion. “Anda pucat dan wajah anda sedikit memerah. Apa anda sedang sakit?” tanya anak itu. “Ah, benarkah. Wajahku memerah?” tanya Bella dalam hati. “Tidak. Saya baik-baik saja. Saya permisi. Lanjutkan pelajaran kalian.” Jawab Bella terburu-buru meninggalkan kelas.

Begitu menutup pintu kelas. Bella berteriak histeris tanpa suara dan menghentakkan kedua kakinya. “Ah, apa-apaan ini. Bella, tarik nafas.” Katanya pada diri sendiri. “Tak mungkin kan?” tanyanya pada diri sendiri. Tak mungkin anak sialan itu membuat dadanya berdetak kencang seperti ini. Tak mungkin. Bella menampar kedua pipinya dengan keras. Berharap tersadar dari mimpi buruknya. Tapi, hal itu tak terjadi. Tak akan pernah. Karena inilah kenyatannya tak peduli seberapa keras Bella mengingkarinya.

Ah, iya mungkin aku hanya lelah. Katanya menenangkan diri. Dasar bocah penggoda, gerutunya dalam hati. Bellapun beranjak menuju kantornya. Banyak hal yang masih harus ia urus.

***

Malam harinya. Karena masih terus saja kepikiran mengenai hal itu. Ia mendekati Jean, “Jean, menurutmu kalau dadamu berdegup kencang saat ada pria yang menatapmu itu artinya apa?” tanya Bella memberanikan diri. Sontak, mendengar pertanyaan Bella yang tak biasa ini Jean yang sedang mnyeruput kopinya tersedak.

“Eh, serius? Ini kamu beneran?” tanya Jean balik seolah tak percaya akan apa yang dikatakan sahabatnya itu. “Ih, serius.” Jawab Bella gusar. “Syukurlah Bel. Kukira kamu ini lesbian atau apa? Ternyata kamu normal. Congrats ya.” kata Jean bersuka cita sambil memeluk Bella.

“Ih, apaan sih?” protes Bella sambil berusaha melepaskan pelukan Jean. “Ih, Bell. Itu artinya kamu jatuh cinta sama seseorang. Masak gitu aja kamu nggak tahu sih?” jawab Jean enteng. “Hah? Nggak mungkin. NGGAK!!!” teriak Bella histeris. “Eh, kamu kenapa Bel. Emang siapa cowok itu?” tanya Jean panik melihat sikap sahabatnya.

“Nggak mungkin. Ini pasti Cuma karena dia ganteng, kan? Hah, iya. Ini pasti karena Rion terlalu mempesona. Aku nggak mungkin suka sama bocah ingusan kaya dia.” Kata Bella lebih pada diri sendiri. “What???” teriak Jean. Kali ini Bella yang terkejut. “Rion? jangan bilang anak didikmu itu?” imbuh Jean.

“Bell, sadar. Kalian itu beda jauh lho. Apa kata orang lain Bel. Secara dia itu anak kuliahan baru masuk lagi. Masih bau kencur tau! Nah, sekarang kamu ini udah dewasa. Umur 28 itu artinya kamu bukan remaja lagi Bell. Masak brondong sama tante-tante sih.” Sewot Jean. Bella hanya terdiam. Tersingung? Iya jelas. Ia kan seumuran dengan Jean. What??? Tante-tante. Hello, ia masih cute tau.

“Terus ayah kamu gimana? Ia bilang apa coba? Ayah kamu nggak mungkin setuju dan Rion...” lanjut Jean tapi segera dihentikan Bella. “Stop! Stop! Jean. Aku kan nggak bilang aku jatuh cinta sama dia. Ya, nggak mungkin lah. Kayaknya kamu perlu ketemu sama Rion deh. Biar kamu tahu kalau semua cogan yang pernah kamu temui itu nggak ada apa-apanya.” Bantah Bella membela diri.

“Masa?” tanya Jean sambil bersedekap, meragukan ucapan Bella sepenuhnya. “Udah, deh. Intinya aku nggak jatuh cinta sama Rion. Titik!” kata Bella menegaskan hal itu untuk kesekian kalinya. “Oke. Aku pegang ucapanmu itu. Karena aku sama sekali nggak setuju kalau kamu jadian sama Rion. Paham kan alasannya apa?” tegas Jean untuk terakhir kalinya.

“Ya... tenang aja. Tidur yuk aku capek. 3 hari lagi aku ada kegiatan Outing  Class selama seminngu.” Ajak Bella mendahului Jean pergi ke tempat tidur.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • MS_Wijaya

    Wihh mantap

    Comment on chapter RK
  • SusanSwansh

    Keren ceritanya, Kak.

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Bandung
20926      2549     6     
Fan Fiction
Aku benci perubahan, perubahan yang mereka lakukan. Perubahan yang membuat seolah-olah kami tak pernah saling mengenal sebelumnya - Kemala Rizkya Utami
Rain Murder
1288      534     7     
Mystery
Sebuah pembunuhan yang acak setiap hujan datang. Apakah misteri ini bisa diungkapkan? Apa sebabnya ia melakukannya?
Senja Belum Berlalu
3610      1281     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Violetta
569      330     2     
Fan Fiction
Sendiri mungkin lebih menyenangkan bagi seorang gadis yang bernama Violetta Harasya tetapi bagi seorang Gredo Damara sendiri itu membosankan. ketika Gredo pindah ke SMA Prima, ia tidak sengaja bertemu dengan Violetta--gadis aneh yang tidak ingin mempunyai teman-- rasa penasaran Gredo seketika muncul. mengapa gadis itu tidak mau memiliki teman ? apa ia juga tidak merasa bosan berada dikesendiri...
Lost in Drama
1732      658     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
Tenggelam dalam Aroma Senja
272      184     0     
Romance
Menerima, adalah satu kata yang membuat hati berat melangkah jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Menunggu, adalah satu kata yang membuat hati dihujani ribuan panah kerinduan. Apakah takdir membuat hati ikhlas dan bersabar? Apakah takdir langit menjatuhkan hukuman kebahagian? Entah, hanyak hati yang punya jawabannya.
DEVANO
546      341     1     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
Army of Angels: The Dark Side
29821      4499     25     
Fantasy
Genre : Adventure, Romance, Fantasy, War, kingdom, action, magic. ~Sinopsis ~ Takdir. Sebuah kata yang menyiratkan sesuatu yang sudah ditentukan. Namun, apa yang sebenarnya kata ''Takdir'' itu inginkan denganku? Karir militer yang telah susah payah ku rajut sepotong demi sepotong hancur karena sebuah takdir bernama "kematian" Dikehidupan keduaku pun takdir kembali mempermai...
Cinta Tau Kemana Ia Harus Pulang
7557      1397     7     
Fan Fiction
sejauh manapun cinta itu berlari, selalu percayalah bahwa cinta selalu tahu kemana ia harus pulang. cinta adalah rumah, kamu adalah cinta bagiku. maka kamu adalah rumah tempatku berpulang.
Ocha's Journey
285      234     0     
Romance
Istirahatlah jika kau lelah. Menangislah jika kau sedih. Tersenyumlah jika kau bahagia. Janganlah terlalu keras terhadap dirimu sendiri.