Hari senin biasa berlangsung. Terlalu biasa bagi Bella, seorang wanita yang sangat menyukai tantangan. Ia berdiri sambil bersedekap mengamati ratusan mahasiswa baru yang berbaris rapi di aula. Ya, hari ini adalah hari pertama mahasiswa baru masuk. Dan itu saja cukup untuk membuat Bella sibuk dan bosan setengah mati.
Mr. Frans terus saja mengoceh memberikan ceramah pada para mahasiswa baru tanpa pernah kehabisan ide. Udara cukup panas hari ini dan berada di depan kerumunan mahasiwa baru ini bukan hal yang Bella inginkan, ia tak bisa bebas bergerak. Mengamati adalah satu-satunya hal yang bisa Bella lakukan selain sebagai pajangan. Setiap detik terasa berjam-jam bagi Bella. Ia sedikit menggoyangkan kaki-kakinya yang pegal. Mungkin sudah lama ia dan para Staff serta mahasiswa baru ini berdiri disini, mendengarkan ceramah Mr. Frans yang seperti tak pernah berakhir.
Matanya mengamati setiap mahasiwa yang ada. Berharap tak ada mahasiswa yang akan memberikan masalah padanya sebagai guru BK nanti. Puas mengamati, ia mulai menyimpulkan. Tak ada yang spesial diantara para murid. Memang ada berbagai Type mahasiwa di kampus. Mereka terbagi menjadi 3 golongan.
Pertama, adalah mahasiswa golongan atas. Mahasiwa yang cantik, tampan, kuat atau kaya. Ada beberapa yang populer karena prestasinya, namunbiasanya hanya memiliki sedikit penggemar. Karena semua orang tertarik pada fisik dan jarang mau mengikuti orang-orang yang prestasi. Matanya memandang sekumpulan barisan anak-anak baru yang berjejer di tepi barisan dengan bosan. Tampang oke, style oke. Ah...mereka pasti calon mahasiswa yang akan populer berikutnya. Sulit mengendalikan anak-anak seperti itu. Mereka teradang bahkan berani menentang guru, melanggar aturan sekolah dengan memakai atribut yang tidak sesuai. dan setiap kali ia gagal menasehati mereka, Mr. Frans akan memakinya habis-habisan.
yang kedua adalah mahasiswa kelas menengah. Mereka biasanya cenderung kurang menarik untuk diamati. Tak menonjol. Tidak kurang dan tidak lebih. Mereka adalah type-type orang-orang yang akan menjadi pendengar dan menjawab jika diperlukan saja. Penampilannya pun biasa-biasa saja. Tak menarik tapi juga tak memalukan.
Bella beralih pada para mahasiswa yang menempati barisan depan. Mereka adalah mahasiswa kelas bawah. Golongan yang paling disukai Bella. Penurut, Pendiam, Pintar dan tak banyak tanya. Mereka adalah kaum yang disebut sebagai nerd. Kacamata tebal, Buku-buku bertumpuk dan pakaian yang sangat formal akan menghiasi penampilan mereka setiap harinya.
Pandangan Bella beralih pada Jam dinding bergambar hutan pinus yang tergantung di aula. Ada lebih selusin jam dinding yang sama di sekolah ini, jam yang dipilih Mr. Frans seusai study tour kemarin sebagai oleh-oleh. Dan naasnya, kenapa harus jam dinding. Sesuatu yang sekolah ini sudah miliki. Akibatnya, banyak jam dinding yang menganggur di gudang sekarang karena Mr. Frans ngotot ingin memasang semua oleh-olehnya itu.
Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00. Bella harus sudah sampai rumah pukul 17.00 nanti untuk menyambut Jean yang akan tinggal dirumahnya. Dan ia tak ingin membuat sahabat karib-nya itu menunggu terlalu lama. Satu jam kemudian, Mr. Frans akhirnya lelah berbicara dan semua mahasiswa dibubarkan. Semua orang bernafas lega setelah mereka seharian suntuk mendengarkan ocehan Mr. Frans.
Para mahasiwa berhampuran keluar aula untuk pulang. Karena masa pengenalan lingkungan sekolah akan dilanjutkan besok. Tiba-tiba saja mata Bella menangkap figur seorang mahasiwa. Memakai kemeja putih panjang dan celana putih senada dengan kacamata menghiasi wajahnya, ia tampan namun terkesan kaku. Untuk sejenak, Bella merasakan suatu Feeling yang aneh. Dan Feeling-nya selalu berkata benar. Namun, ia segera menyingkirkan perasaan itu, apa yang bisa dilakukan seorang bocah yang berumur 18 tahun, batin Bella meremehkan, tanpa sadar bahwa itu bisa menjadi bencana untuk dirinya kelak.
“Ms. Bella...” sebuah suara halus memanggilnya , membuyarkan lamunannya. Bella berbalik dan mendapati Ms. Corona dibelakangnya. “Ah...ya. Ms. Corona.” Jawabnya sehalus mungkin pada wanita ular itu, yang selalu menggunakan pakaian ketat. “Ayo kita kembali...kau tak akan berdiri disitu seharian, kan?” ajak Ms. Corona, Bella mengedarkan pandangannya dan benar saja hanya tinggal ia sendiri yang masih berdiri di depan panggung aula. Semua staff sudah kembali ke kantor dan bersiap pulang. Dengan malu Bella mengikuti Ms. Corona.
Ini masih pukul 15.30 sewaktu Bella sampai di rumahnya. Dengan segeraia mematikan mobil tuanya lalu bergegas masuk. Ia sudah membereskan rumah yang bisanya berantakan hari minggu kemarin. Semua perkakas ditata rapi, ia juga sudah menata kamar tidurnya. Berharap Jean akan menyukainya. Gagasan bahwa ia akan mempunyai teman hidup yang bisa diajak bicara sewaktu dirumah sangat membuat Bella senang setelah bertahun-tahun bicara pada bantal setiap malam. Berharap bantal itu dapat membalas curhatannya walau sekedar berkata “Iya.”. dan untungnya, harapan Bella tak terkabul. Dia pasti akan lari tunggang-langgang jika menemui bantal yang dapat berbicara.
Bella bergegas mandi, takut Jean akan datang saat ia sedang mandi. Setelah selesai Bella segera menggenakan kaos kesayangannya dan celana pendek lalu turun kebawah untuk menyiapkan camilan serta kopi. Suara pintu terdengar saat Bella menyeruput kopinya pada hisapan pertama.
“Hai, Jean..” Kata Bella seusai membuka pintu. “Hai...Bella.” balasnya dan memeluk Bella. “Ayo masuk...bagaimana kabarmu?” tanya Bella membiarkan Jean masuk dan membantunya mengangkat kopernya. “Baik koq.”
“Ah...rasanya menyenangkan sekali. Tulang-tulangku rasanya mau remuk semua.” Keluh Jean saat bersandar di sofa Bella setelah meletakkan kopernya di sampingnya. “Emangnya kamu ngapain aja sih Jean?” tanya Bella penasaran sambil menyeruput kopinya. “Yah...kamu tahu kan. Aku kemarin habis liburan ke rumah paman. Nah, disana itu aku malah disuruh panen buah. Mana banyak banget lagi. Yakali...kan aku kesana niatnya mau liburan malah jadi petani sih.” Jawab Jean dengan bersungut-sungut.
Mendengar ocehan sahabatnya itu Bella tak bisa menahan tawanya, sampai-sampai kopi yang ada dimulutnya hampir tersembur keluar. “Ih...Bel. Koq kamu ketawa, sih.” Dengus Jean merengut. “Eh...sorry, sorry. Abis aku nggak habis pikir aja sih.Kamu kan udah repot-repot mau liburan ke rumah paman. Tapi malah disuruh panen. Hahah...” jawab Bella menahan tawanya.
“Ihh... eh tapi tau nggak disana aku ketemu cogan hlo. Namanya Smith. Waktu itu dia lagi maen arum jeram. Kan, rumah pamanku ada di dekat pegunungan. Nah, disitu ada sungai kan. Pas aku lagi mau kesungai sama paman, aku ketemu dia.” Kata Jean antusias. “Terus...” jawab Bella tak acuh.
“Ih...serius dong. Dia itu ideal banget sama tipemu tau nggak. Macho pokonya cowok banget deh.” Bujuk Jean. Bella kadang merasa heran pada temannya, Jean sampai sekarang masih jomblo tapi ia selalu mencomblangkannya dengan cowok lain. Tapi, jangan salah walau penampilan Jean kaya nerd tapi ia imut, dan ia akan maju paling depan jika ketemu cogan alias cowok ganteng.
“Eh...gimana di sekolah? Katanya ini hari pengenalan, ya?” tanya Jean mengalihkan topik karena menyadari sahabatnya itu tak tertarik pada Smith, cogan yang baru saja ditemuinya. “Yah...gitu deh. Biasa aja. Tapi...” Bella berhenti bicara dan sejenak bepikir apakah ia perlu menceritakan mengenai Feeling nya yang aneh pada salah seorang siswanya. “Tapi apa?” tanya Jean penasaran.
“Ah...nggak papa.” Jawab Bella cepat menyingkirkan perasaan aneh itu. “Istirahat yuk.” Ajak Bella membawa Jean ke kamar. Disana Bella sudah menyiapkan double bantal dan untuk kasur. Ia rasa itu tidak akan menjadi masalah. Karena ukuran kasurnyan cukup lebar untuk menampung 2 orang. Malam itu mereka melaluinya dengan berbagai candaan, sebelum akhirnya menjemput mimpi masing-masing.
Wihh mantap
Comment on chapter RK