Keesokan harinya ketika Tiara baru membuka mata, dengan pandangan yang masih buram tiba-tiba ada sesuatu yang menarik perhatiannya, diatas meja cantik berwarna merah jambu ada sebuah barang yang terbungkus cantik dengan pita putih diatasnya. Tiara sama sekali tidak ingat jika benda ini miliknya, dia sangat penasaran tetapi dia tidak akan membukanya sampai dia memastikan barang milik siapa ini. Kemudian Tiara buru-buru menuruni anak tangga mencari-cari sang bunda, dan ternyata sang bunda sedang menyirami bunga di teras.
“ Bunda.” Panggil Tiara.
Sang bunda langsung menoleh ke arah Tiara dan kembali melontarkan pertanyaan.
“ Iya, ada apa sayang.”
“ Bunda ya yang taruh hadiah dimeja kamar aku?.”
“ Owh itu, kamu udah liat?.” Tanya sang bunda
“( Tiara hanya menggeleng-gelengkan kepala).”
“ Kenapa ngak dibuka? Buka aja sayang nanti kamu pasti tau itu dari siapa.”
Tiara memang merasa sedikit janggal dengan perintah sang bunda, yang langsung meminta dirinya untuk membuka kado itu tanpa bunda mengatakan siapa yang memberinya. Setelah beberapa saat berkecamuk didalam fikirannya, Tiara memberanikan diri membuka bingkisan kado itu. Mungkin saja bunda pengen kasih kejutan. Hiburnya dalam hati. Pelan-pelan Tiara membuka kado itu dengan hati-hati karena takut jika isinya mudah rusak dan jelas Tiara tidak menginginkan jika hal itu sampai terjadi.
Setelah dengan susah payah membukanya Tiara sangat terkejut melihat isi didalamnya, yang membuat dia hanya mampu diam memandangi barang yang sekarang ada digenggaman tangannya. Sebuah tape recorder berwarna merah yang sangat dia kenal, ini bukan miliknya tetapi dia sangat mengenalnya. Tidak salah lagi ada inisial “R” di bagian belakang, sudah pasti ini milik Radit. Tetapi kenapa bisa ada disini. Siapa yang menaruhnya disini. Dan buat apa recorder ini ada disini. Pertanyaan-pertanyaan itu terus berkecamuk didalam pikirannya, dia benar-benar tidak mengerti apa maksud dari ini.
Ketika Tiara mau membuang benda yang ada digenggamannya itu, sekali lagi dia melihat benda itu dalam-dalam. Biarpun Tiara sangat membeci pemilik tape recorder ini tetapi dia juga tidak bisa begitu saja mengalahkan perasaanya. Kemudian, dia menarik mundur langkah kakinya yang tadi sangat dekat dengan kolam ikan yang ada didepannya yang awalnya menjadi tempat dia akan melemparkan tape recorder itu, tetapi sekarang posisinya berubah dia sedang duduk diayunan kayu yang tidak jauh dari kolam itu. Mulai timbul hasrat dalam hatinya untuk memutar tape recorder itu.
Beberapa detik senyap tidak ada suara apapun yang keluar dari tape recorder itu, beberapa detik kemudian barulah muncul suara orang yang tidak asing baginya. Suara yang tidak lagi asing bagi Tiara. Suara orang yang sangat dia kenal enam tahun yang lalu. Suara orang yang dia benci.
“ Tiara.” Panggilan itu keluar dari tape recorder yang sedang Tiara pegang.
Tetapi tiba-tiba secara reflek Tiara menekan tombol pause pada tape recorder itu. Enggak aku bisa dengerin ini. Aku ngak siap dengerin apa-apa dari tape recorder ini. Seketika hatinya mulai berkecamuk setelah mendengar suara yang keluar dari tape recorder itu. Tiara tidak pernah merasa siap untuk mendengar apapun dari laki-laki itu. Tiara tidak siap menerima kemungkinan apapun dari orang yang sejak enam tahun lalu itu menguasai hatinya.