Siang hari di Menara Eiffel begitu terasa sangat dingin karena memang disana sedang musim dingin. Sekian banyak orang yang wara-wiri mereka terlihat seragam memakai jaket tebal dengan sarung tangan tebal juga lengkap dengan topi musim dingin. Sedari tadi tiara sibuk menggosok-gosok kedua telapak tangannya karena ia sangat merasa kedinginan karena belum terbiasa dengan suhu sedingin itu di Perancis. Ketika kedua tangannya sibuk menggosok-gosokkan keduanya supaya terasa hangat, tapi matanya tak henti memandangi dengan sejuta rasa kagum Menara Eiffel yang secara nyata kini ada di depannya. Bahkan tak sedikitpun ia berhenti tersenyum-senyum sambil memandangnya.
“Kak.. kakak tau ngak apa yang menarik dari menara eiffel?.”
“ emm.. apa ya.. menurut kakak ngak ada sih, lagian apa yang menarik, ini kan Cuma bangunan besi yang ngak menarik sama sekali.”
“ iiihhh.. kakak nih ya ngak tau nilai seni, coba deh sekarang kakak liat menara eiffel itu kan tinggi bahkan tingginya ngak bisa dihitung sama jemari, dan aku memandang menara itu kayak impian aku yang ngak pernah terukur seberapa tingginya, tapi yang jelas setinggi apapun menara itu pasti akan bisa aku gapai seperti mimpiku.” (tiara tersenyum lebar sambil terus memandangi menara impiannya itu)
Tangannya ia acungkan kelangit kedua jari telunjuk dan ibu jari ia satukan menjadi satu yang saling berhadapan atas dan bawah hingga membentuk sudut persegi panjang. Dengan bangga ia mengacungkan kedua tangannya yang di ujung jari sudah membentuk persegi panjang ke angkasa mengarah tepat ke puncak menara itu. Seperti seorang fotografer profesional yang sedang membidik sasarannya. Dengan senyum manisnya juga dengan berjuta rasa kagum ia memandangi menara itu, dan menganggap menara impiannya yang harus ia gapai.
Seminggu telah berlalu dengan begitu cepatnya. Banyak cerita manis yang terukir antara adik dan kakak itu di langit Paris, semakin hari senyuman diwajah tiara semakin lebar menandakan bahwa ia makin bahagia. Hingga tiba saat yang sudah dinanti-nantikan oleh Tiara selama bertahun-tahun yaitu menerbitkan novel karangannya, yang sudah ia idam-idamkan selama hidupnya. Dari kecil tiara sangat mencintai dunia mengarang termasuk mengarang cerpen, cerbung, puisi, esai, atau artikel-artikel lainnya. Bahkan, sejak ia kecil ia sudah banyak menorehkan prestasi di bidang mengarang. Hingga saat ini kurang lebih tiara sudah menulis lebih dari puluhan cerpen karangannya, tapi baru kali ini ia ingin mencoba hal baru yaitu menulis Novel. Sebenarnya kalau ia mau, ia tak perlu jauh-jauh ke Perancis untuk menerbitkan novelnya, karena mengingat prestasi yang sudah di torehkan olehnya di Indonesia, bahkan ia juga sudah sering menulis di majalah atau media cetak lainnya. Namun karena bakat dan impiannya yang tinggi ia tidak mau hanya di anggap kupu-kupu dalam kepompong. Ia ingin mengepakkan sayapnya lebih lebar lagi di Dunia Internasional. Itulah sebabnya ia terus berusaha menarik para penerbit luar negeri agar mau menerbitkan karyanya. Karena bila karya yang berhasil di terbitkan adalah terbitan luar negeri seperti Perancis itu akan menambah nilai plus karyanya. Dan ia akan lebih mudah memijakkan kaki di Dunia Internasional seperti mimpinya selama ini menjadi penulis profesional di Dunia.