Loading...
Logo TinLit
Read Story - When You Reach Me
MENU
About Us  

[ EVAN ]

 

ENTAH KENAPA, SAAT ini aku merasa lebih dekat dengan Giana daripada dengan siapa pun di dunia ini. Ironis, memang, padahal aku sendiri harus naik kereta 12 jam kalau mau mengunjunginya di Bandung sana. Sebenarnya tanganku gatal banget ingin mengetikkan segala sesuatu—kayak percakapan di telepon antara Mama dan Maggie yang tadi nggak sengaja aku dengar—di ruang chat kami, namun aku teringat kalau kami terikat peraturan yang kami buat waktu itu.

Dan iya, saat aku memberitahu Giana kalau menurutku dia imut, itu karena menurutku sahabat penaku itu memang imut. Memang bukan tipe yang akan membuat cowok-cowok stalking akun media sosialnya berjam-jam, tapi begitu aku melihatnya di TV tadi, dia seakan memiliki magnetnya tersendiri.

Evan Alamsyair

btw gi

Evan Alamsyair

kapan-kapan mau ketemuan nggak?

Sekarang sudah hampir jam dua belas, namun Giana membalasku dengan cepat. Aku kira dia kecapekan setelah syuting tadi. Ternyata, sama sepertiku, Giana nggak bisa tidur.

giana

???

giana

akunya yang ke surabaya atau kamu yang ke sini?

Evan Alamsyair

aku aja yang ke bandung

Evan Alamsyair

ngapain kamu ke surabaya di sini nggak ada apa-apa

Nggak lama kemudian, aku merasa kebelet. Karena malas mengambil tongkat, aku pada akhirnya keluar kamar sambil berjalan pincang. Aku sempat ketemu Mama di ruang keluarga—"kamu nggak denger percakapan Mama sama Kak Maggie, kan?" tanyanya, dan aku menggeleng bohong.

Begitu kembali dari kamar mandi, aku melompat-lompat dengan satu kaki karena kaki kiriku terlalu sakit untuk diajak berjalan. Saat itulah, aku langsung ingat kalau Giana nggak boleh melihatku begini—untuk sekarang, cuma dia yang nggak tahu apa-apa dan memperlakukanku layaknya orang sehat biasa, dan lebih baik memang begitu.

Aku langsung buru-buru mengetik di laman chat-ku dengan Giana:

Evan Alamsyair

eh kayaknya kita nggak usah ketemuan-ketemuan deh

Evan Alamsyair

lagian kita kayak gini juga karena tugas satu semester ini doang, kan?

Entah kenapa, setelah mengetikkan hal itu, aku merasa sedikit nggak enak.

            Entah kenapa, setelah mengetikkan hal itu, aku merasa sedikit nggak enak

Untungnya, keesokan harinya Giana belum membalas pesan yang kukirim. Dibaca pun enggak. Aku menduga cewek itu pasti sedang sibuk merhatiin penjelasan guru tentang Pithecantropus erectus atau entah apa di kelasnya. Entah bagaimana dia bisa nggak tergoda untuk membuka HP saat pelajaran berlangsung—sesuatu yang di lingkungan teman-teman sekelasku mustahil terjadi.

Aku sendiri nggak masuk sekolah hari ini. Instead, aku diajak ketemuan lagi dengan Kak Wisnu, psikolog yang selama ini menanganiku. Dalam hati, aku bersyukur hari ini aku nggak sekolah. Sekarang hampir semua orang di sekolah tahu aku menderita kanker, dan setiap hari aku diingatkan kalau hidupku nggak akan lama lagi. Aku mendadak berubah dari agak diabaikan menjadi diperhatikan semua orang, meski bukan tipe perhatian yang kuinginkan. Teman-teman sekelasku—biasanya cewek—mulai mengerubutiku di jam istirahat dan menanyakan hal-hal kayak dikemo rasanya kayak gimana sih? atau kamu kok nggak botak? (Di titik ini, aku sendiri bertanya-tanya kenapa aku belum botak dan menenteng infus kemana-mana kayak stereotip anak-anak penderita kanker yang biasa kulihat di film-film.) Kadang-kadang, ada yang mentraktirku makan, meski sebelumnya mereka menanyakan boleh enggaknya aku makan ini dan itu seakan-akan aku nggak bisa makan apa-apa kecuali cairan dari selang. (Akiu belum separah itu. Penekanan pada kata belum.)

Hari ini, aku kembali bertemu dengan Kak Wisnu, psikologku yang sebenarnya sudah lama nggak kutemui. Aku menduga pertemuan ini direncanakan Mama gara-gara percakapannya tadi malam dengan Maggie. Sampai sekarang, aku masih bertanya-tanya kenapa Maggie yang kudengar lewat telepon tadi malam berbeda jauh dengan Maggie yang mengataiku nggak punya masa depan dua bulan yang lalu.

"Dari cerita yang mama kamu beberin tadi, kayaknya kamu ada gejala-gejala depresi, deh," ujar Kak Wisnu yakin, yang bikin aku mengerutkan dahi. Jangan-jangan Mama menelepon Kak Wisnu tadi malam setelah aku kembali dari kamar mandi, saat aku benar-benar sudah tidur dan nggak mendengarkan. AKu heran kenapa Kak Wisnu mau meladeninya di tengah malam. Buru-buru, dia menambahkan, "Itu hal normal, kok. Putus dari pacar memang sakit. Belajar dari pengalaman."

Mau nggak mau aku tertawa sedikit. Kadang-kadang, Kak Wisnu memang sering curhat tentang mantan-mantan pacarnya dan cewek-cewek yang tengah dia dekati, meskipun harusnya dia-lah yang menjadi "tempat sampah"-ku. "Kasih saran, dong, yang pacarannya awet," mintanya tempo hari. "Minta aja dia comblangin kamu sama temannya, Kak," jawabku.

Kalau mengingat bagaimana dulu aku lumayan sering cerita tentang Astrid ke dia, aku kembali merasa kosong.

"Eh, tapi seriusan. Kalau menurut pemantauanku, kayaknya kamu sekarang ini lagi merasa terisolasi, deh. Dan bukan karena putus sama si Astrid doang. Belakangan ini, kata mama kamu sekarang kamu lebih sering menutup diri, ya?"

Lamunanku terbuyar. "Itu karena mereka semua—teman-teman sekolahku—merlakuin aku kayak orang sakit." Aku menghela napas, pada akhirnya memberanikan diri untuk membuka segalanya. "Aku cuma pengen balik ke masa SMP, waktu aku masih bisa jadi anak normal yang berteman sama siapa saja tanpa dikasihani."

Kak Wisnu mengangguk. Dia terdiam sebentar, kemudian mengeluarkan selembar pamflet dari kolong meja kopi ruangannya. "Sabtu nanti bakal ada event buat anak-anak seperti kamu," ujarnya. "Mereka nggak bakal menilai kamu macam-macam, kok. Mereka juga nggak bakal nganggap kamu orang sakit."

            Giana menulis tentang perasaannya selama masuk Goodnight Indonesia waktu itu, dan sesuai tebakanku, Giana waktu itu merasa nggak nyaman

Giana menulis tentang perasaannya selama masuk Goodnight Indonesia waktu itu, dan sesuai tebakanku, Giana waktu itu merasa nggak nyaman. Suratnya kali ini dipenuhi coretan koreksi dari gurunya, yang kadang-kadang membuatku sulit untuk membaca tulisannya yang besar kecil nggak beraturan itu. Selain itu, Giana juga memberitahuku kalau dia seorang Gryffindor—yang bikin aku sedikit iri, dia saut asrama dengan The Golden Trio!—dan patronusnya stoat, sejenis musang.

Seakan-akan beliau tahu kalau aku dan Giana diam-diam berhubungan lewat chat untuk saling mengajak kopi darat, Pak Bima kali ini menugaskan kami untuk menulis tentang Surabaya di surat balasan kami.

Salah satu sisi positif dari bersahabat pena adalah kamu bisa kenal sama tempat asal teman kamu," beliau menjelaskan di depan kelas. "Dan sebaliknya, kamu juga bisa ngenalin teman kamu sama kota asal kamu. Surabaya itu unik, lho. Setiap aspek kehidupan di sini—kayak rujak cingur, Patung Buaya, atau bahkan misuh-misuh kalian itu—bisa banget, lho, jadi bahan tulisan."

"Kalo dibandingin sama Bandung, Surabaya mah nggak ada apa-apanya padahal," komentar Raga, yang duduk di belakangku. "Palingan cuman panas, macet, sama bonek doang."

Mau nggak mau aku ikutan nimbrung. "Sama Gang Dolly."

"Gang Dolly udah ditutup, cuk." Raga menoyor kepalaku. "Yang tersisa sekarang cuma panas, macet, sama bonek."

"Sama banjir," aku menambahkan. Aku nggak pernah menduga aku bakal menjelek-jelekkan kota tempat tinggalku dengan teman sekelas yang jarang aku ajak bicara. Mungkin, inilah pertama kalinya aku mendekati normal selama setahun terakhir.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ketika Kita Berdua
35256      4896     38     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
One-Week Lover
1604      845     0     
Romance
Walter Hoffman, mahasiswa yang kebosanan saat liburan kuliahnya, mendapati dirinya mengasuh seorang gadis yang entah dari mana saja muncul dan menduduki dirinya. Yang ia tak tahu, adalah fakta bahwa gadis itu bukan manusia, melainkan iblis yang terlempar dari dunia lain setelah bertarung sengit melawan pahlawan dunia lain. Morrigan, gadis bertinggi badan anak SD dengan gigi taring yang lucu, meng...
Crashing Dreams
241      205     1     
Short Story
Terdengar suara ranting patah di dekat mereka. Seseorang muncul dari balik pohon besar di seberang mereka. Sosok itu mengenakan kimono dan menyembunyikan wajahnya dengan topeng kitsune. Tiba-tiba sosok itu mengeluarkan tantou dari balik jubahnya. Tanpa pasangan itu sadari, sosok itu berlari kearah mereka dengan cepat. Dengan berani, laki-laki itu melindungi gadinya dibelakangnya. Namun sosok itu...
The World Between Us
2225      968     0     
Romance
Raka Nuraga cowok nakal yang hidupnya terganggu dengan kedatangan Sabrina seseorang wanita yang jauh berbeda dengannya. Ibarat mereka hidup di dua dunia yang berbeda. "Tapi ka, dunia kita beda gue takut lo gak bisa beradaptasi sama dunia gue" "gue bakal usaha adaptasi!, berubah! biar bisa masuk kedunia lo." "Emang lo bisa ?" "Kan lo bilang gaada yang gabis...
Dream
609      444     5     
Short Story
1 mimpi dialami oleh 2 orang yang berbeda? Kalau mereka dipertemukan bagaimana ya?
Cowok Cantik
13108      2063     2     
Romance
Apa yang akan kau lakukan jika kau: seorang laki-laki, dianugerahi wajah yang sangat cantik dan memiliki seorang ibu dari kalangan fujoshi? Apa kau akan pasrah saja ketika ditanya pacarmu laki-laki atau perempuan? Kuingatkan, jangan meniruku! Ini adalah kisahku dua tahun lalu. Ketika seorang laki-laki mengaku cinta padaku, dan menyebarkannya ke siswa lain dengan memuat surat cintanya di Mading...
My sweetheart senior
16119      3019     3     
Romance
Berawal dari kata Benci. Senior? Kata itu sungguh membuat seorang gadis sangat sebal apalagi posisinya kini berada di antara senior dan junior. Gadis itu bernama Titania dia sangat membenci seniornya di tambah lagi juniornya yang tingkahnya membuat ia gereget bukan main itu selalu mendapat pembelaan dari sang senior hal itu membuat tania benci. Dan pada suatu kejadian rencana untuk me...
Keep Your Eyes Open
478      326     0     
Short Story
Ketika mata tak lagi bisa melihat secara sempurna, biarkan hati yang menilainya. Maka pada akhirnya, mereka akan beradu secara sempurna.
Accidentally in Love!
410      268     1     
Romance
Lelaki itu benar-benar gila! Bagaimana dia bisa mengumumkan pernikahan kami? Berpacaran dengannya pun aku tak pernah. Terkutuklah kau Andreas! - Christina Adriani Gadis bodoh! Berpura-pura tegar menyaksikan pertunangan mantan kekasihmu yang berselingkuh, lalu menangis di belakangnya? Kenapa semua wanita tak pernah mengandalkan akal sehatnya? Akan kutunjukkan pada gadis ini bagaimana cara...
After Feeling
5230      1759     1     
Romance
Kanaya stres berat. Kehidupannya kacau gara-gara utang mantan ayah tirinya dan pinjaman online. Suatu malam, dia memutuskan untuk bunuh diri. Uang yang baru saja ia pinjam malah lenyap karena sebuah aplikasi penipuan. Saat dia sibuk berkutat dengan pikirannya, seorang pemuda misterius, Vincent Agnito tiba-tiba muncul, terlebih dia menggenggam sebilah pisau di tangannya lalu berkata ingin membunuh...