Ku lirik jam weker di atas nakas,jarum pendek menunjuk angka 2.
Aku mengambil handphone ku yang berdering sejak tadi,aku mengangkat telepon.
Entah siapa yang membangunkanku jam segini,jam tidurku terganggu.
Aku menempelkan handphone ku ke telingaku,aku malas bangkit.
"Halo,Alfa"
Aku melihat siapa yang menelepon
~Beta~
"Ngapain lo nelfon jam segini?"
"Gue insomnia,Alfa"
"Jangan tidur aja sampai pagi"
"Ih,gue suka ngantuk di sekolah"
"Ya udah tidur aja"
"Gak bisa"
"Tumben gak bisa tidur,kenapa?"
"Gue ikut temen ke Cafe tadi"
"Terus?"
"Gue minum kopi"
"Haelah,Bet.Salah sendiri minumnya kopi,yaiyalah insom"
"Fa,tau gak?Kak Sam jadian sama dia,Fa.Gila dia"
"Kalo gila kenapa lo masih suka sama dia?"
"Dia care banget sama gue,Fa.Gue gak bisa lupain semua kebaikannya"
"Ya,te ... rus?"
"Lo mau nemenin gue malam ini,kan?Walaupun cuma lewat telfon,gue harap lo bisa bersedia terjaga buat gue"
"Bet,gue lagi tidur lo ganggu.Lo kira gue gak bisa marah?"
"Jadi lo mau marah sama gue,Fa?
Coba dong,gue penasaran kalo lo marah kaya gimana"
"Bet,udah deh.Gue ngantuk"
"Fa,terserah lo mau tidur lagi atau mau dengerin omongan gue.
Diem ya"
"Ho'oh"
"Alfa,lo adalah temen pertama gue di SMA Tribuana. Temen pertama gue yang rela gendong gue ke UKS dan nemenin gue ke kantin.Padahal,hari itu hari pertama kita belajar efektif.
Gue tau lo itu penyayang.
Semua itu bukan bullshit!
Terbukti dari beberapa perempuan yang deket sama lo.
Mereka nyaman di dekat lo,secuek apapun lo.Gue bisa jamin semua itu,karena gue ngerasain sendiri.
Untuk sahabat,lo adalah sahabat yang paling baik menurut gue.Lo selalu bisa jaga perasaan sahabat lo sekalipun itu nyakitin diri lo sendiri.Tapi untuk menjadi kekasih,gue gak yakin lo suka sama perempuan biasa.
Dari pengamatan gue,semua perempuan yang deket sama lo itu cantik-cantik.Tapi,lo gak kasih hati lo sama siapapun.
Kenapa,Fa?Apa hati lo terlalu berharga buat dimiliki perempuan biasa?Lantas,seluar biasa apa perempuan yang lo cari?
Atau ... lo udah punya pacar?
Jawab, fa!"
"Selamat tidur,Beta"
"Alfa,gue serius!"
"Lo googling ya kata-kata barusan"
"Enggak,"
"Ya udah,gue tidur ya"
"Alfa"
"Beta"
"Seandainya lo terbuka sama gue,lo bisa curhatin semua masalah yang jadi beban pikiran lo sekarang.Tapi gue yakin lo gak akan pernah nyeritain itu semua,lo selalu ingin nyimpen rasa sakit lo sendirian.Lo gak rela bagi masalah lo sama orang lain."
"..."
"Alfa"
"..."
"Alfa,lo udah tidur?"
"..."
"Ya udah,udahan aja nelfonnya.
Selamat bertemu di sekolah,Alfa.
Terima kasih udah jadi sahabat terbaik gue"
-tut-tut-tut
Telfon mati
Aku menyimpan kembali handphone ku.Sebenarnya aku tidak tertidur,aku mendengarkan ucapan Beta sampai akhir.
Bolehkah aku terlalu percaya diri dengan berpikiran bahwa Beta menyukaiku?
Tapi,hal semenarik apa yang ada dalam diriku?
Aku sendiripun bingung kenapa banyak wanita yang mengatakan mereka nyaman di dekatku.Emang aku kasur?Sofa empuk?Bukan,kan?
Handphone ku bergetar,ku raih dan ku baca pesan yang baru saja mendarat di handphoneku.
[Bunda]
Alfa,kapan kamu mau ke rumah?
Bunda sama Ayah baru aja nyampe rumah.
[Alfa]
Nanti,sepulang sekolah aja,bun.
Sekarang Alfa mau beresin barang-barang Alfa di sini.
[Bunda]
Ya sudah,bunda tunggu di rumah.
Aku menyimpan kembali handphone ku, aku langsung bangkit dan membereskan tempat tidur.
Ku lirik jam dinding sudah menunjukkan pukul 3 tepat.
Aku segera mengeluarkan pakaian dan buku-buku sekolahku dari lemari baju.Aku memasukkannya ke dalam tasku yang satu lagi.
Aku menyelesaikan persiapan ini saat alarm dari jam wekerku berbunyi.Alarm itu sudah ku setting untuk berbunyi pada pukul 5.
Aku keluar kamar untuk mandi.
***
"Alfa izin pulang,nek" ucapku pada nenek di ruang tengah
"Memangnya orang tuamu sudah selesai?" tanya nenek
"Udah,nek." jawabku sesingkat mungkin
"Ya sudah,kamu mau pulang kapan?"
"Kayanya sepulang sekolah hari ini"
"Kamu yakin?" tanya nenek
"Yakin,nek.Memangnya kenapa?" tanyaku tak paham
"Bagaimana dengan Maurel,siapa yang akan mengantarnya ke sekolah?Kamu tau kan dia cuma mau sekolah kalo kamu yang anterin"jelas nenek mengingatkanku pada gadis berpipi bakpau itu
Aku menunduk,memikirkan jawaban yang akurat agar nenek bisa mempermudah kepulanganku.
"Tante"
Aku mengangkat wajahku,melihat siapa yang berbicara barusan.
"Gpp kok,Alfa tetep bisa jemput aku sekalipun kita udah pisah rumah" ucap Maurel
Ya,orang itu memang Maurel.
Nenek menatapku dan Maurel bergantian.
"Terserahlah,nenek mau siapin sarapan dulu" ucap nenek kemudian pergi meninggalkanku dan Maurel.
Maurel duduk di sampingku.
"Aisyah, jangan lupain aku ya" ucap Maurel
"Alay,rel.Gue cuma mau pulang ke rumah gue doang.Kita gak tinggal serumah aja,rumah gue juga gak jauh.Kalo mau main,dateng aja" balasku sembari merapikan kerah bajuku dan kemudian melangkahkan kakiku menuju kamar.
"Tapi kamu tetep anterin aku,kan?" tanya Maurel menghentikan langkahku
"Maunya?"tanyaku malah membalas dengan pertanyaan
"Ya,anterinlah"jawab Maurel sangat yakin
"Ya udah" kataku kemudian melanjutkan langkahku yang sempat terhenti
***
Aku menopang daguku dengan tangan kananku.Pasalnya masih pagi begini aku harus ke perpustakaan untuk menemani Beta meminjam buku.
Aku menatap kursi kosong yang berhadapan denganku.
Jadi ingat Resti.
Pertama kali aku bertemu dengan Resti di sekolah ini,ya di kursi itu.
Bagaimana dengannya?
Rasanya sudah lama tak berbincang dengannya.
Beta duduk di sebelahku dengan setumpuk novel.
"Coba pilihin yang mana yang harus gue pinjem?" ucapnya dengan menggeser setumpuk novel ke hadapanku
Ku lihat satu persatu.
Gila,novel romance semua.
"Yang mana ajalah" kataku yang sudah lelah membaca sinopsisnya satu satu.
"Alfa,yang bener" omel Beta
Aku hanya bisa pasrah dan membaca sinopsis novel terakhir yang di sodorkan Beta barusan.
Anggia Julia,wanita itu menunduk pasrah begitu mengetahui bagaimana perasaan kekasihnya padanya.
Aku langsung menegakkan posisi dudukku begitu membaca sinopsisnya di cover belakang.
"Ini aja" ucapku sambil menyerahkan novel itu pada Beta
"Serius?" tanya Beta ragu
"Katanya suruh pilih" balasku jengah
Beta pun menerima buku itu dan menghampiri penjaga perpustakaan untuk menuliskan buku yang ia pinjam.
Aku menatap setumpuk novel yang kini sudah berserakan.
Dengan berat hati,aku menumpuk kembali novel itu.
Dari sekian banyak novel romance,kenapa aku pilih novel yang tadi?
Pastinya karena ada Anggianya.
Entah kenapa hatiku tergerak untuk memilih yang itu.
Anggia,Alfa rindu!
"Woy!" teriak Beta
Aku menoleh dan menghampirinya,
"Gue bukan woy" ucapku kemudian berjalan melewatinya.
"Dih,ninggalin" gerutu Beta kesal
"Mau ke kelas gak?" tanyaku menatap Beta yang masih menggerutu di depan pintu perpustakaan.
"Iya" balasnya kemudian berjalan dengan cepat dan menjajari langkahku yang sudah berjalan duluan.
"Kapan lo pulang ke rumah?" tanya Beta tanpa menatapku,tentu saja tatapannya terfokus pada novel yang baru ia pinjam.
"Kayanya sepulang sekolah" jawabku setelah menatap Beta sekilas
"Beneran?" tanya Beta langsung menghentikan langkahnya,dengan spontan langkahku terhenti juga.
"Iya" balasku singkat dan meneruskan langkahku,Beta berjalan menjajari langkahku.
"Gue bisa berangkat bareng lo lagi dong" kata Beta dengan melebarkan senyumannya
"Nggak bisa" balasku cepat kemudian berbelok menuju kelasku.
"Kenapa gak bisa?" tanya Beta segera duduk di kursinya
"Udah di booking"jawabku setelah menduduki kursiku
"Lo punya pacar?" selidik Beta,dia menatapku intens
"Nggak" balasku santai
"Terus,lo jemput siapa?" tanya Beta
"Selamat pagi anak-anak!" sapa Bu Fitri membuat obrolanku dengan Beta terhenti.
Beta hanya mengumpat kesal kemudian mengeluarkan buku catatan PKNnya.
Sedangkan aku?
Aku tersenyum senang karena tak perlu repot-repot menjelaskan siapa yang akan ku jemput nanti.
***
Aku menatap malas soal-soal yang diberikan Bu Hilda,guru biologiku.Pasalnya dia menunjukku untuk mengikuti olimpiade biologi tingkat provinsi.
Aku bisa sedikit bersyukur karena saat ini di kelasku ada ulangan matematika, dan aku di perbolehkan untuk meninggalkannya karena harus mengikuti bimbingan biologi di perpustakaan.
Tapi tetap saja,aku sudah lelah membaca materi biologi kelas sebelas yang sangat tidak aku mengerti.
"Ini" ucap Kak Restu,kakaknya Resti sekaligus pembimbing biologiku yang ditunjuk oleh Bu Hilda.Dia menumpukkan begitu banyak buku yang berhubungan dengan biologi di depanku.
Aku hanya bisa menghela napasku pasrah.
Ting!
Notifikasi handphoneku berbunyi.
Kak Restu menatapku tajam.
"Izin buka HP,bentar aja" ucapku meminta izin
"5 menit" balas kak Restu kemudian pergi meninggalkanku menuju rak buku yang memuat buku-buku biologi.
Aku membuka pesan yang baru saja masuk.
[Bunda]
Alfa,bunda sudah jemput Zahra.
Barang-barang punyamu sudah Bunda bawa juga.
Kamu langsung pulang ke rumah ya,Sayang.
[Alfa]
Iya,Bun.
Makasih.
Aku menyimpan handphoneku ke dalam saku bajuku ketika Kak Restu mendekat.
"Kamu kerjakan soalnya di rumah ya,saya ada urusan mendadak.Kamu bisa kembali ke kelas sekarang" ucap kak Restu kemudian pergi meninggalkan perpustakaan
Aku membereskan buku-bukuku dan kemudian keluar meninggalkan lautan buku a.k.a. perpustakaan ini.
***
Aku perhatikan,Beta diam saja sejak tadi.Tidak biasanya seperti itu.Tiada gangguan,tiada curhatan,tumben.
Di hanya membuka-buka novel yang ia pinjam tanpa membacanya.
Kenapa dia?
"Alfa"panggil Arka
Aku menoleh padanya,
" Beta kenapa? Sakit?"tanya Arka padaku
Aku hanya mengendikkan bahuku karena bingung harus menjawab apa.
"Beta" panggilku pelan
Beta menoleh,dahinya tertutup oleh poni barunya.
Sejak kapan Beta mempunyai poni?
"Lo kenapa?" tanyaku to the point
"Lo harus janji dulu gak akan ngasih tau siapa-siapa,terutama kak Sam.Dan,lo juga jangan ketawa" jawabnya memberiku syarat
"Emang kenapa?" tanyaku tak paham
"Janji dulu" cerca Beta
"Iya,janji"balasku sambil menunjukkan jari kelingkingku padanya
Beta mengaitkan jari kelingkingnya pada kelingkingku,dia menatapku tajam.
" Awas ya kalo ingkar janji"ancamnya terdengar menyeramkan
Dia mendekatkan wajahnya padaku dan membisikkan sesuatu ke telinga kananku.
"Di jidat gue ada jerawat" bisiknya seketika membuatku tertawa
"Jangan ketawa,kan udah janji" Ucap Beta sambil mencubit tanganku
"Sakit," protesku kemudian mengusap bekas cubitan Beta
"Jangan bilang-bilang sama siapapun" ancam Beta memelototiku
"Iya" kataku malas dan memandang lurus ke depan
Beta pun mengeluarkan cermin kecilnya dan bercermin,lebih tepatnya jerawat jidatnya yang bercermin.
"Jerawat jatuh cinta mungkin" tebakku
"Jatuh cinta?Kalo cemburu sih mungkin" gumam Beta yang masih bisa ku dengar
"Cemburu sama siapa?gue?" tanyaku menoleh padanya
"Bisa jadi" jawabnya membuatku mematung
Ini beneran?
Serius?
Dua rius?
Tiga rius?
Empat rius?
Lima rius?Digoreng dadakan?Lima ratusan?
Eh,
"Ya enggaklah,ini pasti karena gue begadang semalam" ralat Beta
Aku menghela napasku lega,
Jangan terlalu percaya diri,Alfa.
***
Akhirnya aku bisa mengambil motorku juga di parkiran.
Saat aku akan menyalakannya,
handphoneku berdering sangat nyaring.Aku langsung mengangkat telepon,
"Halo!!!!!!"
"Halo"
"Aisyah,kamu jahat ya.Aku udah nungguin kamu dari tadi tau,aku udah malu berdiri depan gerbang sekolah"
"Gue baru bubaran,Rel"
"Ya udahlah,terserah kamu"
"Lo udah pulang?"
"Udah,tadi aku pulang bareng Dheo"
"Oh"
"Aisyah,kamar kamu kosong.Zahra juga udah gak ada.Kamu udah pindahan?"
"Bunda yang bawa barang-barang gue,kenapa?"
"Terus aku berangkat sama siapa besok?"
"Gue jemput"
"Tapi besok hari minggu,Aisyah"
"Emang ke Depok gak jadi?"
"Ke Depok?Ngapain?"
"Lah,bukannya mau nemuin pacar lo?"
"Aku udah putus sama dia,di sosmednya aja dia udah punya pacar baru"
"Jadi hutang gue lunas ya,"
"Iya"
"Alfa,nebeng dong" ucap Beta yang sudah berdiri di sampingku
"Aisyah,jangan selingkuh"gerutu Maurel di seberang sana
Aku langsung mematikan telfonnya
" Naik aja"kataku sambil menyerahkan helm pada Beta
Beta langsung memakainya dan menaiki motorku.
"Maju,bang" ucap Beta sambil menepuk bahuku dari belakang
"Gue bukan abang tukang ojek" balasku kemudian melajukan motorku
Beta hanya tertawa.
Tawamu,bet.
Tawamu ituuuu
Sungguh membuatku semakin mengingat Anggia