Bella Tania Putri.Aku melihat namanya dibawah namaku dalam daftar siswa di kelas yang akan kutempati beberapa bulan ke depan.
Melihat namaku tertera disana membuatku serasa keren.Bagaimana tidak,sekolah yang akan kutempati ini termasuk sekolah favorit dan siswa yang diterima hanya 10% dari keseluruhan calon siswa yang mendaftar.
Jadi,aku beruntung.
Alhamdulillah...
Namaku Alfa.
Bukan Alfa yang maksudnya gak hadir tanpa keterangan bahkan bukan Thomas Alva Edison.
Nama lengkapku Alfatih Adriansyah.
Mengingat hari ini hari pertama aku mulai kegiatan efektif belajar setelah MOS selama seminggu di SMA Tribuana ini,aku tak tau dimana letak kelas yang akan kutempati selama setahun ke depan nanti.
Aku pura pura masih mencari namaku di papan pengumuman.Tiba tiba ada seorang perempuan datang dan juga mencari namanya.Tapi sepertinya dia tidak menemukannya.
"Maaf,namanya ketemu?" tanyaku memberanikan diri untuk bertanya.
"Nggak nih,kayanya nama gue gak terdaftar.Gue harus ke kantor TU kayanya" balasnya tanpa menatapku sama sekali
"Liat aja lagi,emang siapa namanya?"tanyaku lagi
"Bella"jawabnya masih mencari-cari namanya
"Bella?Bella apa ya?kayanya banyak yang punya nama itu"balasku mengingat aku menemukan nama Bella di atas namaku tadi
"Bella Tania Putri"jelasnya sambil menatapku jengah,mungkin karena aku kebanyakan nanya
"Kayanya kita sekelas"kataku langsung connect
"Sekelas?"tanyanya dengan menautkan sebelah alisnya
Aku pun menunjukkan letak namaku,kemudian ku tunjukkan namanya.
"Ini kan?Bella Tania Putri?" ucapku sambil menunjukkan nama itu.
"Iya iya,makasih ya.Oh iya,nama lo siapa?"
Waduh nih cewe,gak kebaca apa yang di atas namanya itu nama gue.
"Alfa" balasku sambil tersenyum agak terpaksa,soalnya dia cantik sih.Harap di maklum
"Al-fa-tih ad-ri-an-syah?" tanyanya memastikan sambil mengeja namaku persuku kata
"Iya"balasku disertai anggukan
"Ya udah,yuk ke kelas"ajaknya ramah
"Ayo!" balasku antusias
"Tunggu!lo tau kan kelasnya dimana,"ucapnya membuatku nyengir kuda
"Gak tau"
"Yaelah,gimana dong gue juga gak tau"katanya mendadak panik
"Kita tanya kakak kelas aja" usulku membuat senyuman terlukis di wajahnya
Setelah kami observasi selama 5 menit,ada kakak kelas yang lewat.Yang satu cowo yang satunya lagi cewe.
"Kak!"panggilku
Keduanya menoleh
"Apaan sih,ganggu aja.Kita sibuk!" ucap si kakak yang cewe ketus
"Maaf kak,kalo kelas 10 IPA-1 dimana ya?" tanya Bella
"Cari aja sendiri,bisa baca kan?" ucap si kakak cewe lagi.
Nyali bella langsung ciut dan dia menunduk.
"Bella,apaan sih lo,ade kelas lagi kebingungan juga!" ucap kakak kelas cowo yang membuat bella menaikkan wajahnya dengan ekspresi yang bertanya tanya.
Mungkin Bella bingung kenapa kakak kelas cowo itu memarahinya.
"Apaan sih Sam,kita kan banyak urusan.Kita mau nemuin guru kan!" balas si kakak kelas cewe ke yang cowo
"Bella,dia kasian"ucap si kakak kelas cowo memelas
"Tapi sam--"
"Gini dek,Coba ade naik tangga dan cari kelasnya,di lantai dua sebelah sana kelas 10 doang kok" jelas si kakak kelas cowo itu
"Oh iya,makasih ya kak" balasku
"Yaudah gue sama Bella duluan yah"pamit kakak kelas cowo itu,dia pun berjalan beriringan dengan yang cewe.
"Jadi,nama kakak yang cewe itu Bella juga?" tanya Bella padaku
"Mungkin"balasku ragu
"Gue gak mau nama gue samaan sama dia yang sombong gitu sama ade kelas.Gue mau ganti nama" rengeknya mirip anak kecil
"Ngapain?"tanyaku bingung karena dihadapkan kenyataan sepahit ini,walaupun dia terlihat manis tapi dia bersikap seolah dia anak SD yang minta dijajanin es krim.
"Ya pokoknya gue mau ganti nama panggilan aja"katanya lagi
"Ribet!Nanti lagi aja" balasku malas
"Kepada seluruh siswa dan siswi diharapkan segera ke lapangan karena upacara akan segera di mulai"
Suara itu menggema seisi sekolah. Sepertinya aku harus menunda keinginanku untuk segera ke kelas.
Aku menatap Bella,
"Upacara," ucapku singkat
"Ya udah,gue deket lo aja!"balasnya tanpa berpikir
"Terserah" kataku cuek kemudian berjalan duluan,kalaupun dia pengen ikut juga ngikutin sendiri.
Seluruh siswa di kumpulkan di lapangan untuk mengikuti upacara bendera.Aku menyimpan tasku di depan kelas terdekat agar mudah membawanya nanti.
Bella berbaris di sampingku.
Pak kepala sekolah menyampaikan amanat yang membosankan,sepertinya Bella sudah mulai pusing.Mukanya pucat dan dia menunduk terus-menerus.
"Ssst" desisku pelan
Bella menoleh dan menatapku
"Ke UKS yuk!" ajaknya
"Ngapain?"tanyaku
" Gue pusing, takut pingsan"jawabnya
Aku menggelengkan kepala dan mengendikkan bahuku.Aku malas beranjak dari tempatku,lagipula akan ada petugas PMR yang menjaga di belakang.Bella bisa jalan sendiri kesana.
'Grap'
Bella mencengkram tanganku sangat keras. Tangan kanannya memengang pelipisnya.
"Anterin," kata Bella dengan muka yang sudah sangat pucat
"Tapi--"
'Hap!'
Tanganku sukses menahan badan Bella yang hampir tumbang.Sepertinya kakinya melemas dan dia akan segera PINGSAN.Oh tidak,aku tidak tega membiarkan dia pingsan di tengah kerumunan lautan manusia ini.Aku menggandengkan tangannya padaku dan membantunya berjalan keluar barisan.Begitu banyak mata yang menyorot kami,tapi aku tidak peduli.
Walaupun Bella berat,tapi aku harus berusaha sekuat tenaga membantunya berjalan menuju kakak-kakak PMR yang baris di barisan paling belakang.
"Kenapa-kenapa?" tanya seorang pria dengan memakai pin PMR di dadanya.
"Ini pusing," jawabku
"Tunggi disini ya,saya ambilkan belangkar dulu." katanya sambil berlalu di hadapanku.
Aku menatap muka Bella yang sudah begitu lesu.Sepertinya dia tidak sarapan pagi,makanya bisa selemas ini.
Aku menatap para anggota PMR yang lain membantu beberapa siswi yang sudah berjalan gontai dengan muka pucat,tapi tidak sepucat Bella.
Kakak tadi belum juga datang,kulihat anggota PMR yang lain gak ada yang nganggur.
Aku celingak-celinguk sebentar.
'Hiap!'
Aku menggendong Bella,dia tidak melawan karena sudah sangat lemas.
Aku mengikuti salah satu kakak PMR yang membawa seseorang yang sedang sakit,pasti dia akan ke UKS.
Dia masuk ke ruangan dengan banyak ranjang berjejer rapi.Aku masuk,disana sangat sibuk.Ada yang batuk,bawain air minum,nyuapin makan,ngobrol.
Aku berteriak asal,
"Kakak!ini pingsan kemanain?!"
"Saya bilang tunggu disana,saya mau ambil belangkar" ucap pria yang tadi bilang mau bawa belangkar tapi gak dateng-dateng.
"Emang belangkarnya dimana?" tanyaku
"Lagi pada dipake,ini juga lagi nunggu" katanya polos.
"Sini dek,baringkan disini"ucap seorang perempuan
Aku mengikuti arahannya dan membaringkan Bella.
Ternyata dia tidak pingsan,tapi terlihat begitu lemas.
"Ini,beri dia minum!" kata perempuan tadi sambil menyodorkan segelas teh hangat,terlihat dari asapnya yang masih mengepul ke atas.
Aku menerima gelas itu.
"Minum dulu" ucapku pada Bella
Dia mengangguk lemah,aku membantu dia duduk.
Aku memegangkan gelasnya dan membiarkannya minum.
"Udah sarapan belum?"tanya kakak perempuan tadi
"Belum kak," jawab Bella lemas
"Kamu,antar dia ke kantin.Suruh dia makan dulu."pinta kakak perempuan itu padaku
Aku hanya mengangguk, kakak perempuan itupun pergi dan mengurus yang lain.
" Mau ke kantin sekarang?"tanyaku pada Bella
Dia mengangguk pelan,
Sepertinya kondisinya mulai membaik sekarang,dia memegang erat tanganku saat turun dari ranjang.
Aku membantunya berjalan,dia hanya diam sepanjang jalan.
"Nama lo siapa tadi?" tanyanya seketika
"Alfa" balasku singkat tanpa menatapnya sedikitpun
"Gue Bella Tania" ucapnya
"Iya tau"
"Makasih ya,udah mau nolongin gue"
"Iya,sama-sama"
"Mana sih kantinnya?"
"Itu,bentar lagi nyampe"
Setelah beberapa langkah, kami sampai di kantin.Di sana hanya ada beberapa orang, mungkin yang lain sudah ada yang di kelas.
Aku membiarkan dia duduk dan memesankannya sesuatu yang mengenyangkan.
"Ini kembaliannya" ucap bibi kantin
"Makasih," balasku kemudian membawa pesananku.
Aku melihat Bella dari kejauhan.Sepertinya dia kurang belaian.Dalam artian,dia tidak punya teman ataupun kekasih yang membuatnya tidak merasa kesepian.
Apa aku harus jadi kekasihnya?
Eh,tidak.
Sahabat mungkin,
Ya,itu lebih baik.
Aku meletakan piring berisi nasi goreng yang masih hangat dan segelas teh hangat di meja tempat Bella duduk.
"Terima kasih," ucapnya pelan kemudian mengambil sendok
Dia pun melahap nasi goreng itu,aku hanya memperhatikan.
Pengen sih,tapi sayang uang.
"Mau?" tanyanya menawarkan
Aku menggeleng cepat,malu kali minta sama cewe.Lagi sakit pula cewenya.
"Gue ke--"
"Kemana?" tanyanya memotong ucapanku dengan menatap mataku intens
"Mau ambil tas dulu" jawabku mendapat alasan yang begitu tepat
"Oh iya,sekalian punya gue ya."
"Iya,"
"Gue tungguin disini,awas kalo lo gak dateng ke sini" ancamnya
"Iya"
Akupun melangkahkan kakiku menuju kelas dekat lapangan tadi.
Dari kejauhan,seseorang menatapku begitu lekat.Makin dekat, aku makin jelas melihatnya.
"Kamu yang tadi nganter siswi ke kantin ya" ucapnya seketika membuatku ingat dia siapa.Iya,kakak PMR yang perempuan.
"Iya,kenapa kak?" tanyaku
"Tas kamu sama yang perempuan tadi di depan kelas dekat lapangan,ya?"ucapnya membuatku merasa dia adalah seorang peramal
" i-ya"balasku nge-flat
"Tas kalian ada di ruang UKS,mau di ambil sekarang?"
"Iya,kak"
"Ya udah ikuti saya" ucapnya kemudian berjalan di depanku menuju UKS
Dia siapa ya,perhatian banget sama ade kelas.Gak kaya Bella yang kakak kelas judes itu.
Dia berhenti.
"Kenapa kak?" tanyaku merasa aneh
Dia berdiri di sampingku.
"Gak enak,harusnya cowo di depan" jawabnya
"Tapi kan saya cuma adik kelas"
"Ya udah,kita berjalan berdampingan.Tidak perlu saling mendahului" katanya bijak
Kamipun berjalan beriringan menuju UKS.
"Kamu kelas berapa?" tanyanya
"10 IPA-2"
"Udah ke kelas?"
"Belum"
"Sebaiknya kamu segera ke kelas,nanti terlambat"
"Iya,kak"
"Nama kamu siapa ya?"
"Alfa,kak"
"Oh,saya Nabila.Saya kelas 11 IPA-3"
Aku hanya mengangguk saja
"Nah,sampe.Yuk masuk!" ajaknya setelah kami sampai di depan UKS
"Bawa aja tasnya,saya mau ke kantor dulu" ucapnya saat aku melihat ke arah meja yang di atasnya tergeletak dua tas,punyaku dan Bella.
"Terima kasih,kak" kataku sopan
"Nabila aja,umur saya tidak terlalu jauh dari kamu." balasnya sambil membereskan obat-obatan yang berantakan di atas meja.
Akupun keluar dengan menggendong tasku dan menenteng tas Bella.
Bel pertama belum di bunyikan,sepertinya para guru masih mengadakan rapat.
Sampai di kantin, ku lihat Bella masih di sana dengan ekspresi muka begitu datar.
"Masih pusing?" tanyaku sambil meletakkan tasnya di meja
"Mendingan,ke kelas sekarang yuk!"
"Ya udah"
Akupun mempersilahkan Bella berjalan duluan,aku hanya mengikutinya dari belakang.
"Ada ide gak?"ucap Bella tiba-tiba sambil menoleh ke belakang,ke arahku.
"Ide apaan?" tanyaku bingung
"Nama gue,"
"Otak gue lagi gak jalan"
Kamipun berhenti di sebuah ruangan bertuliskan 10 IPA-1 di jendelanya.
"Ini kelas kita?" tanya Bella padaku
"Iya," balasku singkat dan mendahuluinya untuk memasuki kelas.
Di dalam sangat gaduh,apalagi murid laki-laki.
Aku hanya menatap malas meja barisan kedua urutan pertama dari depan.Hanya itu yang kosong.
Aku menatap Bella.
"Kita sebangku?emang boleh?" tanya Bella langsung paham kenapa aku menatapnya
"Boleh mungkin,nanti juga di pindahin sama gurunya" balasku sambil menduduki kursi sebelah kanan
Bella pun menduduki kursi di sebelahku.
"Lo telat?" tanya seorang pria di sampingku
"Iya," balasku sambil tersenyum singkat
"Kenalin,gue Arka" katanya sambil tersenyum
"Alfa,"
"Cewe di sebelah lo?"
Bella langsung menoleh pada Arka
"Namanya siapa?" tanya Arka
"Bella Tania Putri"jawab Bella
"Gue manggilnya apa?Bella?Tania?atau Putri?" tanya Arka bertubi-tubi
"Beta aja," jawabku tak sopan,padahal yang di tanya bukan aku loh.
"Oh,Beta toh.Gue Arka!"
Bella hanya tersenyum.
"Gpp 'kan dipanggil Beta?" tanyaku pada Bella
"Terima kasih atas saran namanya" balas Bella sambil tersenyum
Hari ini,saya Alfa Adriansyah mendeklarasikan bahwa yang bernama Bella Tania Putri akan dipanggil dengan nama Beta.
Sekian dan terima kasih
Bel pun berbunyi,seorang guru pun masuk.
"Selamat pagi dan selamat datang di SMA Tribuana.Perkenalkan,nama ibu Fitriani Sundari.Kalian bisa panggil Bu Fitri aja.Selama satu tahun ke depan, saya akan menjadi wali kelas kalian"Jelasnya membuat beberapa murid ber"oh" panjang.
"Untuk peraturan tempat duduk,ibu mau sesuai absen.Setuju?"tanyanya
"Nggak buu"jawab semuanya kompakan
"Yaudah,ibu sebutkan yah..."
Ibu fitri kenapa ya,katanya nanya tapi akhirnya jawaban kita gak berfaedah bu.
" ... Alfatih Adriansyah dengan Bella Tania Putri ... "
Aku menatap Beta dan sebaliknya.
"Oke,satu tahun sama lo"ucap Beta.
Bu Fitri pun menjelaskan peraturan di sekolah ini yang tidak boleh dilanggar.Dia juga mengatakan bahwa dia akan menjadi guru PKN kami.
Bel berbunyi,kulirik jam dinding yang tergantung di tembok depan kelas.
Jam 10.
Bu Fitri pun berpamitan dan keluar kelas.
Beta berdiri,sepertinya mau keluar.
Dia pun pergi bersama seorang perempuan.
Akhirnya,dia punya teman juga.
"Alfa!"panggil Arka
Aku menoleh
"Menyendiri lagi,menyendiri lagi,disaat Beta pergi untuk ke kantin"ucap arka bernyanyi tak jelas.
"Jangan aneh-aneh" balasku
"Hehe,sorry bro.
Oiya,lo sama Beta kenal berapa lama sih?akrab banget gitu"
"Tadi pagi"
"Bener tadi pagi?"
"Iya,"
"Kok kaya yang udah bertahun-tahun ya keliatannya"
"Ke-lia-tan-nya,kan?"
"Iya"
"Gue mau ke luar dulu ya," pamitku kemudian bergegas pergi menuju kelas saudaraku.
Tadi pagi saat aku mencari kelasku,aku menemukan namanya.Dia ada di kelas 10 IPA-3. Lumayan,gak terlalu jauh.
"Alfaaaa!!!" teriakan khas dari seseorang yang berjalan menuju padaku
"Gak usah teriak" ketusku kesal
"Iya iya,lo kelas berapa?" tanyanya
"IPA-1"
"Kenapa kita gak sekelas sih,BT gue"
"Kita sekelas plus sebangku udah berapa lama?Sembilan tahun,dari kelas satu SD sampai kelas sembilan.Emang lo gak bosen" cercaku padanya
"Terus kalo gue mau nyontek sama siapa,kesel gue"
"Sebangku sama siapa?"
"Namanya Revan,tuh!" tunjuknya pada seseorang yang sedang mengobrol bersama temannya
"Kalo lo?" tanyanya padaku
"Cewe"jawabku sesingkat-singkatnya
"Lo sebangku sama cewe?"
"Iyalah,hebat ya gue"
"Awas kalo lo jadi banci.Ih geliii"
"Alay,udah ah gue mau ke--"
"Mau kemana?gue ikut"
"Plis deh,Ya.Mau sampai kapan lo jadi kembaran abstrak gue,elaahhh.Kemana-mana nempel terus"
"Gue gak ada temen."
Akupun melangkahkan kakiku ke kantin bersama dia yang ku panggil YA tadi.
Namanya Arya.Dia adalah anak nenekku dan adik ibuku.Aku selalu memanggilnya paman mudaku karena umur kami hanya terpaut beberapa bulan saja.Kami memang seperti anak kembar sejak kecil.Dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP,kami selalu menjadi table-mate alias teman sebangku a.k.a. partner nyontek.
Dan sekarang,kami tidak sekelas lagi.Kuharap kau cepat berubah,om.
***
Setelah berdesak-desakan menunggu giliran mengambil motor,akhirnya aku bisa mendapatkan motorku kembali.
Aku melajukan mesin motorku menyapu jalanan yang berdebu dengan asap-asap kendaraan yang menderu sepanjang jalan raya.
Di halte bus.Kulihat ada seorang perempuan dengan pakaian SMA sepertiku sedang duduk sambil menghentak-hentakan kakinya kesal.
Sepertinya aku mengenalnya.
Tentu saja,dia Beta.
Teman sebangkuku!
Aku memberhentikan motorku di depannya.
"Hai bet,ngapain?"sapaku ramah
"Nunggu bus lah,orang gue di halte"balasnya sewot
"Ikut gue yuk,jam segini bus udah jarang lewat"
"Masa?enggak ah.Kakak gue juga suka naik bus pulangnya"
"Ayolah bet,kaya ke siapa aja"
"Alfa,kita kan baru kenal"
"Lo kira gue orang jahat apa,
Yaudahlah gue duluan beta"
Akupun memasang helmku.Saat aku memegang stang motor,setetes air jatuh di punggung tanganku.Aku menengadahkan kepalaku ke langit,sepertinya sebentar lagi akan hujan.
Ku lirik Beta,dia terlihat sangat menyesali tawaranku tadi dan mungkin dia gengsi untuk memintanya kembali.Dengan berat hati,aku menawarkannya lagi.
"Gue bilang juga apa,ayo naik.Hujannya keburu gede"kataku menawarkan lagi
"Nggak ah"tolaknya lagi
"Lo mau disini sendirian,terus hujannya gede,ada petir.Mana disini sepi lagi.
Ayolah beta,"bujukku
"Oke oke,gue takut petir.Gue mau pulang bareng lo" ucapnya terdengar seperti orang yang sedang ketakutan
Beta pun duduk di belakangku.
Akupun mulai melajukan motorku.
Sepanjang perjalanan beta ngoceh terus.Cerita dari a sampai z gak ada berhenti nya.
Biasanya kalo orang baru kenal kan canggung.Lah ini?
"Alfa"panggilnya tiba-tiba
"Hm?"tanyaku hanya ber" hm"
"Alfa!"katanya sekali lagi
"Hm?"
"Di dengerin gak sih omongan gue?"
"Di dengerin"
"Tapi kok gak respon apa apa"
"Hobby gue bukan motong omongan orang,Beta"
"Alfa"
"Hm?"
"Makasih ya,"
"Makasih?emang gue udah ngapain?"
"Lo udah anterin gue pulang"
"Belum,Beta"
"Belum apaan,ini"
"Kan belum sampe beta"
"Tapi kan menuju"
"Di depan ada pertigaan,rumah lo belok kanan apa kiri?"
"Lurus aja"
"Jawaban apaan tuh,mentok kalo lurus"
"Kanan,fa"
"Eh,kita searah"
"Masa?"
"Iya,bener"
"STOP!"
"Eh,kenapa?"
"Udah nyampe"
"Ini rumah lo?"
"Iya,makasih ya"
Ucapnya sambil membuka helm dan turun dari motorku
"Kok kita gak pernah ketemu ya sebelumnya"ucapku sambil menerima helm yang ia pakai tadi
"Gue pindahan,baru sebulan disini,emangnya rumah lo di mana?"
"Tuh!" ucapku sambil menunjuk rumahku yang jaraknya hanya 4 rumah dari rumah seberang rumahnya.
Kebanyakan rumah ya^_^
"Ooh,yaudah,gue masuk dulu.Makasih,Alfa"
"Ya sama sama"
Akupun kembali melajukan motorku ke rumahku.Saat aku sampai di depan rumah,aku mendengar keributan.Lagi.
Aku bosan menanggapi nya.
Akupun masuk dan mengucapkan salam.Tapi,tidak ada yang menjawab
"Alfa pulang!" ucapku agak berteriak
Tidak ada respon,tapi suasana menjadi hening
"Ngapain? Berantem lagi?apa apaan sih,gak ada kerjaan,kalo Zahra kena trauma gimana" gumamku sambil menuju kamar.
Yang bertengkar itu orang tuaku.Aku nyaris menjadi korban broken home sekarang.Aku biasa saja menanggapinya.Tapi,aku kasihan dengan Zahra.Dia adik perempuanku dan masih berusia 5 tahun.Untung saja dia sedang di rumah nenek,jadi dia tak akan mendengar keributan ini.Aku tidak tega bila nantinya orang tuaku bercerai,hak asuh Zahra di pertaruhkan.
Akupun mandi untuk sekedar menyegarkan badan dan fikiranku.
Aku pun ke dapur.Seperti biasa,gak ada makanan sedikitpun.Isi kulkas juga cuma coklat sama es krim punya Zahra.
Akupun keluar untuk membeli sesuatu yang bisa di makan,sekalian jemput Zahra juga.Kerjaannya ngerepotin nenek terus.
Aku mengeluarkan motor dari garasi.Saat membuka gerbang depan,kulihat Beta sedang bercanda ria dengan seorang pria.Aku tak berniat menyapanya,tapi Beta nyapa duluan.
"Alfa!" panggilnya
Aku hanya tersenyum,dia dan pria itu mendekat.
"Kenalin,kakak gue,Denny!" ucapnya kembali
"Alfa!" balasku singkat
"Mau kemana?" tanyanya
"Jemput ade gue"
"Oh,hati hati ya"
"Oke"
Akupun segera melajukan motorku.Sore sore begini memang sangat nyaman melakukan aktivitas di luar seperti jalan jalan keliling kompleks.Tapi,di fikiranku hanya satu.Zahra. Nenek juga kasihan melihat orang tua ku yang hampir setiap hari bertengkar.Makanya setiap selesai mandi pagi,aku mengantarnya dan membiarkannya tinggal di rumah nenek untuk bermain bersama Haura,anak dari putri tertua nenek.
Rumah nenek tidak terlalu jauh.Hanya jika dari arah sekolah tadi,rumahku belok kanan,sedangkan rumah nenek belok kiri.Menghabiskan waktu 15 menit dari rumahku.
Sepanjang perjalanan,aku melihat berbagai penjual makanan berjejer sebelum pertigaan.Aku berniat membelikan sesuatu untuk Zahra.Tapi, nanti sajalah setelah Zahra sudah ada.Zahra selalu protes bila aku yang membelikannya.
Sampailah aku di depan rumah nenekku.Akupun masuk dan mengucapkan salam.
"Eh,fa.udah nyampe" ucap Arya,paman mudaku.
"Udah,zahra mana?" tanyaku to the point
"Di belakang, sama haura"jawabnya.
Akupun langsung ke tempat yang Arya maksud.
" Zahra,pulang yuk!"panggilku.
Zahra langsung menghampiriku dan memelukku.
"Bang Alfa,ara nunggu bang Alfa dari tadi" ucapnya begitu manja
"Yaudah,sekarang kita pulang yah"balasku sambil menggendongnya.
"Nek,Alfa pamit yah" ucapku pada nenek yang sedang menggendong Haura.
"Iya Alfa,titip salam pada ibu mu"
"Makasih ya,udah jagain Zahra,nek"
"Kamu ini,makasih terus tiap hari"
"Cuma itu yang alfa bisa nek,alfa gak bisa ngasih apa apa sama nenek"
"Lagian zahra juga cucu nenek.
Oh iya,gimana sekolahmu?"
"Lancar nek,tapi Alfa gak sekelas sama Arya"
"Biarlah.Kalo sekelas,nantinya kalian malah sebangku,udah sebangku gitu, gampang nanti nyonteknya.Kalo kaya gitu,kapan Arya pinternya"
"Haha,iya nek.Yaudah Alfa pamit dulu ya."
"Eh,kamu udah makan belum?"
"Belum nek"
"Makan dulu gih sama Zahra,Arya juga lagi makan tuh"
"Tapi nek,alfa bisa beli sendiri"
"Apa apaan sih,sayang uangnya.Lagian nenek masak banyak"
"Yaudah nek,makasih ya,alfa banyak repotin nenek terus"
Akupun menuntun Zahra menuju meja makan di dapur.Benar saja,Arya sedang makan dengan porsi lima kali lipat dari porsinya Zahra.
Akupun melahap makan soreku sambil menyuapi Zahra.
"Cocok lo jadi bapak!" ucap Arya ketika aku menyuapi Zahra
"Iyalah,daripada lo,cocoknya jadi kuli bangunan"balasku asal
"Hah?kok gitu?" tanyanya tidak mengerti
"Itu,makan lo aja sama kaya jatah makannya Zahra dua hari" balasku sembari melayangkan suapan pada Zahra
"Gpp kali,menghadapi kenyataan perlu tenaga fa"
"Mantan lo udah punya pacar baru yang lebih keren dari lo,hah?"
"Jangan mulai,fa.Gue lagi enak makan nih"
"Haha,iya iya.Abisin,kasian nenek udah masak banyak buat lo"candaku
"Kakak masih sering ribut?"tanyanya seketika membuat tawaku terhenti
"Udahlah,gue benci ngomongin itu.Kasian juga sama anak ini" kataku sambil memutar kepala ke kanan mengisyaratkan anak itu adalah Zahra.
"Oh,yaudah kali.Mereka gak akan sampe cerai"
"Gampang banget lo ngomongnya.Kemaren,mereka bahas surat cerai tau!"
"Wah?masa?kasian zahra"
"Gak kasian sama gue?"
"Lo mah udah bisa kerja sendiri di umur segini,lo udah dewasa.Kalo punya pacar pun lo jadi dapet kasih sayang tambahan,udah mandiri lagi.Tapi Zahra kasian,fa.Dia belum ngerti apa apa"
"Gue juga kasian,tiap hari harus ngungsi kesini.Kalo gak gitu,dia gak keurus"
"Sabar fa,Zahra beruntung masih punya lo,abang yang bertanggung jawab!"
"Udah bang" seru Zahra.
"Oh udah makannya?" tanyaku memastikan
"Iya,ara mau pulang,kangen boneka barbie punya ara" balasnya
"Yaudah,nih minum"
Akupun membantu Zahra untuk minum.Dan setelah itu aku meneguk sisanya.
"Yaudah,makasih ya gue udah di bolehin numpang makan"ucapku pada Arya
"Iya,iya"
"Salam ke nenek ya,"
"Iya bawel"sahutnya kesal
Akupun segera menggendong Zahra keluar,kemudian mendudukannya di motorku.Zahra duduk di depanku.
"Bang,ara ngantuk" ucapnya sambil nguap
"Yaudah,ara tidurnya ke depan,abang pelan kok bawanya"
Anak itu hanya mengangguk,akupun melajukan motorku pelan.Sangat pelan.Oleh tukang becak pun aku tertinggal.
"Zahra,mau beli apa disini?" tanyaku menyadarkan Zahra yang sedang menahan kantuknya.
Zahra mengedarkan pandangannya.
Kami sedang berada di tempat yang tadi aku ingin membelikannya sesuatu.
"Ara mau pulang,ngantuk!" rengeknya.Aku bernapas lega.Uangku masih utuh,perut sudah kenyang.Dan Zahra pun tidak ingin jajan.Lumayan,buat beli paketan.
Akupun meneruskan perjalanan. Saat aku melewati rumah Beta.
Ada manggil,dan itu Beta.
"Siapa?"tanyanya
"Ade,bukan anak"balasku asal sambil meneruskan perjalanan menuju rumahku yang tinggal sedikit lagi.
Setelah sampai,aku langsung menggendong Zahra masuk rumah.Dia sudah tidur.Padahal ini baru jam 7 malam.Mungkin dia kelelahan bermain.
Abang juga lelah de.Orang tua kita gak mikirin kita.
Aku membuka pintu,Ayah dan Bunda sedang duduk di ruang tamu sambil memegang ponselnya.Mereka sibuk dengan ponselnya masing masing.
Aku tidak berniat menyapa mereka.Aku langsung menuju kamarku.Zahra memang sering tidur di kamarku sekarang agar dia tidak kesepian.
"Ara tidur?" tanya Bunda yang membuat langkahku terhenti
"Gak usah sok peduli" jawabku datar dan langsung meneruskan langkahku.Aku masuk kamar dan menidurkan Zahra.
Aku membereskan tas sekolah untuk besok.Saat aku merapikan buku,suara keributan terdengar lagi.
Aku pun keluar kamar.
"Bisa diem gak sih!Zahra lagi tidur!"bentakku
Bunda dan Ayah menatapku.
"Kasian dia,masih kecil harus di hadapkan dengan kenyataan sepahit ini?cuma gara gara hal sepele kalian ngambil jalan cerai!"ucapku makin emosi
"Dari mana kamu tau?" tanya Ayah
"Kalian yang bilang sendiri,alfa denger!" jawabku sambil menghempaskan pintu kamarku.
Aku terduduk sambil bersandar pada pintu kamar,mengacak acak rambut karena frustasi.Zahra terbangun dan merengek.Aku langsung tidur di sebelahnya dan memeluknya.Zahra kembali tertidur
"Ra,abang kasian sama kamu.Kamu masih terlalu kecil menghadapi semua ini"
Akupun mencium keningnya.
Tanpa terasa,setetes air mataku jatuh membasahi rambut Zahra.
Jangan nangis fa,
Lo cowo.
Begitulah kata yang aku ucapkan pada diriku sendiri agar lebih tegar
***
"Hoaamm,abang,abang!"panggil Zahra yang baru bangun.
Aku langsung mendekatinya.
"Ada apa de?" tanyaku memastikan semuanya baik baik saja.
"Ara mau pipis" ucapnya.
Akupun mengantarnya ke toilet yang ada di dalam kamarku,sekalian aku memandikannya.
Zahra memang sudah terbiasa bangun pagi pagi.
"Ke rumah neneknya abang anter ya" ucapku saat Zahra menyisir rambutnya sendiri
"Iya bang,abang mau sekolah?" tanyanya
"Iya,"balasku yang sedang merapikan dasiku
"Ara juga mau sekolah"
"Kamu sekolahnya tahun depan aja ya,abang masih sibuk sekarang"
"Ara di anter sama ibu"
Ibu adalah sebutan Zahra pada tante Rina,ibunya Haura.
"Kasian dia"
"Kemaren ara sekolah kok bang"
"Hah?sejak kapan?"
"Ara cantik kan bang?" tanyanya mengalihkan topik pembicaraan sambil menyisir poninya
"Cantik,yaudah.Ayo berangkat!" Akupun menggendongnya sambil menyelempangkan tasku di sebelah kanan.
Saat aku memakai sepatu di ruang tamu,kulihat bunda sudah bersiap ke kantor.
"Ara mau kemana?" tanyanya
"Ara mau ke nenek" jawab Zahra
"Bunda an--"
"Ayo ra,abang udah selesai" ucapku memotong ucapan Bunda dan langsung menggendong Zahra.
Aku langsung melajukan motorku saat Bunda baru menyalakan mesin mobilnya.
Aku menjalankan motorku dengan kecepatan tinggi.Bukannya takut,Zahra malah kesenangan.Padahal sebenarnya ini bahaya loh.Tapi,namanya juga orang lagi emosi.
Aku gak suka sama sikap bunda yang sok peduli sama Zahra.Kalo emang dia peduli,kenapa dia mau cerai sama ayah?Padahal letak permasalahannya cuma karena gaji Bunda lebih tinggi daripada Ayah.Karena ayah hanya seorang guru SMP dan bunda adalah seorang sekretaris di kantor milik kakek.Ayah memang lebih suka mengajar dibanding kerja kantoran kaya bunda.Bunda selalu merendahkan ayah bahkan sempat menyuruh ayah berhenti bekerja.Karena menurut bunda,gaji ayah hanya cukup untuk membeli bahan makanan sehari saja.Begitulah kalau wanita berkarir????.
"Bang,cepetan,ara bosan" protes Zahra.
Kecepatan motorku memang melambat,karena aku melamun.
Dan,sampai...
Nenek sudah menunggu kami di teras.Nenek langsung memeluk Zahra.
"Katanya zahra sekolah ya?" tanyaku pada nenek
"Iya,dia mau ikut haura terus.Yaudah,nenek daftarin,umurnya juga udah cukupkan masuk TK"
"Makasih ya,nek.Perbulan bayar berapa?"
"Gak usah mikirin biaya,fa.Ayah kamu sebelum ngajar sering kesini kok ngasih dia bekal"
"Beneran nek?"
"Iya,nanti di lanjut saja.Kamu cepat berangkat, nanti telat"
"Iya nek,alfa berangkat ya" akupun mencium tangan nenek dan mengucapkan salam.
"Fa,bareng!"teriak Arya yang baru keluar dari rumah.
"Cepetan!"balasku agak kesal.Arya memang selalu bermalas malasan saat berangkat sekolah.
"Ayo!"ucapnya seketika sudah menaiki motornya.
Kamipun berangkat ke sekolah.Cukup ramai jalanan saat ini.
Dalam waktu 15 menit,aku sudah sampai di sekolah.Akupun ke parkiran untuk menyimpan motorku dan aku melihat dia.Beta.Beta turun dari sebuah mobil.Dan kulihat saat pemilik mobilnya turun.Dia laki laki. Ternyata dia kakak kelas yang kemarin aku menanyakan dimana kelasku.Aku hanya bisa menanggapinya dengan dua huruf.Oh.
Aku langsung ke kelas,kulihat Arka sedang makan. Jadi laper.Aku lupa belum sarapan.Aku mengeluarkan roti yang kudapatkan dari Zahra kemarin.Aku memakannya.
"Yaudah kak,makasih ya,duluan" ucap Beta sambil melambaikan tangan pada kakak kelas yang mengantarnya.
"Uhuk uhuk!"
Aku tersedak.Air mana air.Aku gak bawa air.Tiba tiba Beta di depanku sambil menyodorkan botol air mineral yang Sepertinya masih baru.Terlihat dari tutupnya yang masih di segel.
Aku langsung menyambar air itu dan meneguk setengahnya.
"Makanya pelan makannya" ucapnya saat menaruh tasnya di atas meja.
"Iya iya" balasku agak ketus.
Memang salah sih,harusnya aku bilang makasih.
"Makasih yah" kataku cepat
"Karena?" tanya Beta
"Udah ngasih gue minum" jawabku agak malu
"Iya sama sama" balasnya singkat.
Aku mengeluarkan buku catatan harianku.Mungkin untuk para wanita ini biasa di sebut diary.Tapi,punyaku ini tak pantas di sebut diary.Karena isinya daftar hutang temanku.Aku memang sering meminjamkan uang pada temanku.Tapi,aku tak berani menagihnya.Aku takut mereka bilang aku perhitungan.Aku catat saja di buku ku ini.Agar siapapun dapat mengetahuinya.Walaupun aku tak perna mengizinkan siapapun menyentuhnya.
Guru biologiku sangat ngaret.Padahal jam pelajaran pertama sudah hampir habis.Dia baru datang tepat 15 menit sebelum istirahat.Kami disuruh menyalin tulisan yang ia tulis di papan tulis.Aku dengan senang hati menyalinnya.Aku juga senang menulis,tulisanku juga lumayan bagus untuk standar anak laki laki.Makanya,aku suka sekali melihat tulisanku yang nyaman di pandang oleh mataku ini.
Aku melirik Beta,dia sepertinya mengantuk.Aku tak tau apa yang dilakukannya semalam sampai dia bisa ngantuk separah itu.
"Woyy,"bisikku sambil menyenggol tangannya.
Tak ada respon sama sekali
" Beta"desisku pelan.
Dia masih tetap tidur.
Dan bel istirahat pun berbunyi.
Beta terbangun karena hal itu.
Guru biologiku pamit,tapi dia berpesan terlebih dahulu
"Anak anak,materi yang ini,bisa kalian lihat di buku perpustakaan,kalian lanjutkan menulisnya.Besok ibu periksa"ucapnya,lalu guru biologiku itu keluar.
"Tadi ngapain aja sih?" tanya Beta sambil nguap
"Nyatet!" jawabku sambil menunjuk papan tulis dengan pulpenku
"Mana?" tanya Beta sambil menatap papan tulis.
"Oh,udah di hapus sama gurunya" kataku santai
"Eh,gimana dong.Gue belum nyatet?"
"Gak tau"
"Mungkin gurunya maklumin lah" ucapnya sambil melanjutkan acara sakralnya itu(read=tidur).
Yang ku dengar dari Beta,katanya dia memang tidak terlalu menyukai biologi,karena biologi katanya bikin ngantuk dan terlalu banyak istilah.Beta lebih suka fisika sama matematika. Padahal menurutku,itu yang bikin pusing.Gak ada kepastian sama sekali.Kadang kadang,hitungan kita salah atau mungkin salah nulis negatif-positif aja berpengaruh sama nilai.Entahlah,biarlah itu menjadi favoritnya Beta.
Aku mengedarkan pandanganku.Hampir semua anak di kelas ini pada tidur. Emang semalem ada apa sih?kok aku gak tau ya?