Loading...
Logo TinLit
Read Story - Sekretaris Kelas VS Atlet Basket
MENU
About Us  

Gilang Raynaldi merengut kesal karena ajakan Elvan. Padahal, rencananya ia ingin molor di jam istirahat ini.

“Ngapain sih ngajak gue? Yang lain kan ada. Gue pengen merem dulu tau nggak,” omel Gilang sambil menutup kembali wajahnya dengan jaket abu-abunya.

Kuy lah, kuy lah, masa lo tega sih lihat gue mati kelaperan.” Elvan mencolek pundak Gilang membuat sang empunya menggeliat geli.

“Ogeb lu. Nggak usah sentuh-sentuh gue, kita ini bukan muhrim.”

Elvan malah menoyor kepala Gilang sampai jaketnya terjatuh ke samping.

“Nemenin bentar doang padahal. Ayolah bro, perut gue kempis nih. Laper parah sumpah. Lagian di kelas cuma ada lo sama gue, yaudah dong gue ngajak lo.” Elvan masih memohon agar Gilang bersedia menemaninya ke kantin.

“Bodo amat mau perut lo kempis, lo laper, lo kenyang, lo haus, lo keringetan gue kagak peduli.” Jawaban tak nyambung pun keluar dari mulut Gilang.

“Kalau lo nemenin gue, lo boleh deh ngasih apapun pertanyaan ke gue. Bakal gue jawab. Secara, gue kan orangnya jujur, baik, jarang bohong. Apalagi gue orangnya masih polos banget, jarang berkata kotor yang-

“Ahh, bawel lo. Buruan! Sebelum gue berubah pikiran,” sahut Gilang cepat.

Gilang langsung mendahului Elvan sebelum si Ketua Kelasnya itu nyerocos yang sama sekali nggak ada faktanya. Memang jalan terbaik adalah menuruti kemauan Elvan atau kalau tidak dia bakal berulah yang langsung membuat nama baik IPA 5 tercoreng. Karena anak itu memang tidak punya malu melebihi Gilang.

“Gue heran sama lo, Van. Emang di rumah lo nggak ada yang ngasih makan?” tanya Gilang begitu mereka sampai di kantin sepuluh menit yang lalu. Dan saat ini, sudah ada dua mangkok kosong dihadapan Elvan.

“Ada, sih. Banyak malah.” Gilang pun cuma geleng-geleng kepala.

Alhamdulillah, habis. Ekhem, mbak! Satu mangkok lagi dong,” ucap Elvan membuat mata Gilang melotot.

Dengan gerakan cepat Gilang pun langsung menggelandang tangan Elvan. “Nggak jadi mbak!” teriak Gilang.

“Lo apa-apaan sih Lang? Gue laper, coy.

Pletak

“Wah, piranha lo. Lepas! Gue mau nambah bakso lagi.” Sebelum Elvan berbalik, Gilang langsung menyeret ujung seragam Elvan membuat si empunya ngomel-ngomel.

“Gue udah bela-belain nahan kantuk. Gue udah nemenin lo makan bahkan sampai habis tiga mangkok,” omel Gilang sambil terus menarik Elvan. “sekarang lo harus jawab pertanyaan gue lima belas menit yang lalu.”

“Pertanyaan yang mana?” tanya Elvan langsung berhenti.

Gilang berbalik. “Yang tadi, kutil.”

“Ohh, oke ini lepas dulu.” Gilang melepaskan tarikannya pada seragam Elvan. “cita-cita gue itu... tapi lo jangan ketawain gue.” Gilang cepat-cepat mengangguk. “gue pengen jadi chef.”

CHEF??”

Tidak. Itu bukan suara Gilang.

Dari jendela ruang kelas 11 IPA 2 yang berada di lantai satu sebelah tangga, muncul sebuah kepala dengan rambut kucir satu yang memperlihatkan ekspresi terkejutnya. Jangan lupakan bolpoin yang selalu ada di tangannya.

“Eh, Amira.” Elvan nyengir.

“Ngapain lo nyasar di IPA 2?” tanya Gilang.

“Gue ada bisnis dan lo nggak perlu tahu bisnis gue apa,” jawab Amira sambil menunjuk muka Gilang dengan bolpoin yang dipegangnya.

“Orang gue juga kagak nanya.” Gilang mengernyit dan Amira cuma mendengus.

“Eh, Van. Serius lo mau jadi chef?” Amira beralih ke Elvan yang lagi bersihin matanya dengan ujung seragamnya. Hal yang dilakukan Elvan itu berhasil membuat heboh koridor bawah lantaran cowok itu nggak pakai baju lagi di dalamnya, alias perut kotak-kotaknya kelihatan.

Iya, dia mantan atlet renang dulunya.

Tapi, satu pertanyaannya. Si Elvan ngapain pakai nunjukin adegan itu segala, sih?

Kan Anjir.

“Hooh. Dari kecil gue udah suka masak,” jawab Elvan sambil membenahi lagi bajunya.

“BUAHAHAHA. Jangan ngelawak, Van. Sakit perut gue.” Gilang mengakak tanpa permisi seperti orang sinting.

“Lah, siapa yang ngelawak? Gue beneran suka masak dari kecil,” tegas Elvan lagi namun si Gilang tetap setia pada kegiatan mengakaknya.

“Udah biarin. Otaknya geser kali,” lirih Amira yang diangguki Elvan.

“Gila, perut gue sakit.” Dan Gilang langsung cabut entah kemana masih dengan sisa-sisa tawanya.

Amira dan Elvan hanya saling memandang seolah berkata, kenapa punya temen gitu amat ya? Yang pastinya kalimat itu ditujukan kepada Gilang Raynaldi.

“Tapi Van. Lo itu kan hobinya makan, dan gue juga nggak pernah lihat lo ada di dekat kompor,” ucap Amira yang beberapa kali berkunjung ke rumah Elvan sekedar untuk ngerjain tugas kelompok bareng.

“Gue kan cuma bilang suka, bukan berarti gue ahli.”

Wajah Amira pun berubah datar.

“Ibu Sekretaris, kita tuh generasi penerus bangsa. Bermimpi itu tidak salah asalkan kita mau untuk mewujudkannya. Walaupun hobi dan cita-cita kita tidak sinkron, yang penting kita punya niat. Kita kan selalu pengen Indonesia tambah berjaya kedepannya....”

Amira mengangguk.

“nah, gue pengen jadi chef agar Indonesia tambah kaya akan berbagai macam makanan. Gue ingin membuat makanan khas negeri tercinta dan memperkenalkannya pada seluruh negeri,” lanjut Elvan.

“Gilaa, abis makan apa nih anak?” gumam Amira kemudian menghela napas panjang.

“Yaudah. Balik ke kelas, yuk. Lo udah kelar bisnisnya?”

“Eh, udah. Ya udah bentar gue keluar dulu.”

“Lewat jendela ini aja, Mir.”

“Tai lo.” Elvan cuma nyengir.

Jadi, itulah cita-cita si Kapten kelas. Kenapa dari semua pertanyaan, Gilang malah menanyakan cita-cita dari pada seputar asmara? Ya iyalah orang dia juga jomblo kalau dia membahas pacar entar malah gantian diledekin Elvan.

Elvan itu memang sosok Ketua Kelas yang doyan banget makan tetapi tubuhnya selalu proporsional alias nggak pernah gemuk. Apalagi kakak kelas yang centil-centil itu adalah fans fanatiknya si Elvan.

Bahkan, kegantengan Elvan nggak hanya dibincangkan oleh anak kelas lain. Amira, yang sampai saat ini masih menjadi musuh bebuyutan Gilang juga mengakui kalau Elvan itu ganteng. Namun, giliran ditanya, ‘Kalau si Gilang menurut lo ganteng nggak, Mir? Dia kan fans-nya juga banyak.’

Amira bakal jawab, ‘Ya ampun si Gilang? Ahelah, masih cakepan kutil onta.’

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Perfect Candy From Valdan
3210      1334     2     
Romance
Masa putih abu-abu adalah masa yang paling tidak bisa terlupakan, benarkah? Ya! Kini El merasakannya sendiri. Bayangan masa SMA yang tenang dan damaiseperti yang ia harapkan tampaknya tak akan terwujud. Ia bertanya-tanya, kesalahan apa yang ia buat hingga ada seorang senior yang terus mengganggunya. Dengan seenaknya menyalahgunakan jabatannya di OSIS, senior itu slalu sukses membuatnya mengucapka...
Semanis Rindu
17399      3237     10     
Romance
Aku katakan padamu. Jika ada pemandangan lain yang lebih indah dari dunia ini maka pemandangan itu adalah kamu. (Jaka,1997) Sekali lagi aku katakan padamu. Jika ada tempat lain ternyaman selain bumi ini. Maka kenyamanan itu ada saat bersamamu. (Jaka, 1997) Jaka. nama pemuda jantan yang memiliki jargon Aku penguasa kota Malang. Jaka anak remaja yang hanyut dalam dunia gengster semasa SM...
Iblis Merah
9738      2584     2     
Fantasy
Gandi adalah seorang anak yang berasal dari keturunan terkutuk, akibat kutukan tersebut seluruh keluarga gandi mendapatkan kekuatan supranatural. hal itu membuat seluruh keluarganya dapat melihat makhluk gaib dan bahkan melakukan kontak dengan mereka. tapi suatu hari datang sesosok bayangan hitam yang sangat kuat yang membunuh seluruh keluarga gandi tanpa belas kasihan. gandi berhasil selamat dal...
Unthinkable
13146      2304     6     
Romance
Cinta yang tidak diketahui keberadaannya, namun selalu mengawasi di dekat kita
Senja (Ceritamu, Milikmu)
6651      1652     1     
Romance
Semuanya telah sirna, begitu mudah untuk terlupakan. Namun, rasa itu tak pernah hilang hingga saat ini. Walaupun dayana berusaha untuk membuka hatinya, semuanya tak sama saat dia bersama dito. Hingga suatu hari dayana dipertemukan kembali dengan dito. Dayana sangat merindukan dito hingga air matanya menetes tak berhenti. Dayana selalu berpikir Semua ini adalah pelajaran, segalanya tak ada yang ta...
Phased
6194      1818     8     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...
My Universe 1
4256      1369     3     
Romance
Ini adalah kisah tentang dua sejoli Bintang dan Senja versiku.... Bintang, gadis polos yang hadir dalam kehidupan Senja, lelaki yang trauma akan sebuah hubungan dan menutup hatinya. Senja juga bermasalah dengan Embun, adik tiri yang begitu mencintainya.. Happy Reading :)
Journey to Survive in a Zombie Apocalypse
1364      665     1     
Action
Ardhika Dharmawangsa, 15 tahun. Suatu hari, sebuah wabah telah mengambil kehidupannya sebagai anak SMP biasa. Bersama Fajar Latiful Habib, Enggar Rizki Sanjaya, Fitria Ramadhani, dan Rangga Zeinurohman, mereka berlima berusaha bertahan dari kematian yang ada dimana-mana. Copyright 2016 by IKadekSyra Sebenarnya bingung ini cerita sudut pandangnya apa ya? Auk ah karena udah telan...
The Last Cedess
933      623     0     
Fantasy
Alam bukanlah tatanan kehidupan makroskopis yang dipenuhi dengan makhluk hidup semata. Ia jauh lebih kompleks dan rumit. Penuh dengan misteri yang tak sanggup dijangkau akal. Micko, seorang putra pekebun berusia empat belas tahun, tidak pernah menyangka bahwa dirinya adalah bagian dari misteri alam. Semua bermula dari munculnya dua orang asing secara tiba-tiba di hadapan Micko. Mereka meminta t...
Secret’s
4227      1354     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...