Keesokan harinya, Marvel masih tidak berbicara apapun pada Jena. Dan Jena masih tetap tidak tahu penyebabnya. Lyra pun semakin jarang berbicara dengan Jena semenjak hubungannya dengan Marvel yang kini sudah diketahui oleh hampir semua anak-anak SMA Campbell.
Jena sebenarnya sedih karena ia merasa kehilangan seorang sahabat, sebenarnya ia sudah tahu resiko ini akan ada. Kehilangan seorang teman karena kekasihnya. Tapi Jena berusaha tidak terlalu peduli, ia lebih memilih untuk fokus pada ujian akhir semester minggu depan.
Kamis malam, tiga hari sebelum ujian akhir semester.
Jena mencari-cari buku Fisika tambahan yang dibelinya di toko buku. Ia tidak menemukannya dimana-mana. Ia diam sejenak, mengingat lagi kemana buku itu.
“oh!” Jena baru ingat buku itu di pinjam Ryan, tapi ia tidak punya kontak Ryan jadi ia berniat akan menemuinya besok di sekolah.
Jumat sore, dua hari sebelum ujian akhir semester.
Jena melihat Ryan yang sedang duduk di lapang basket, ia ingin menghampirinya tapi ragu karena di sebelah Ryan ada Marvel. Selama hampir seminggu ini ia belum berbicara lagi dengan Marvel, karena mereka tak sekelas lagi dan kalau tak ada kelas, mereka tidak ada kesengajaan untuk bertemu. Tapi, Jena merasa bodoh kalau hanya karena itu saja ia tidak menemui Ryan. Ia membutuhkan buku itu untuk belajar. Ia pun memberanikan diri berjalan kesana. Kalau Marvel melihatnya, ia akan menyapanya, kalau tidak ia juga tak akan, pikirnya. Tapi jujur, sebenarnya Jena rindu ngobrol dengan Marvel.
“hai Ryan”
“Jena? whats up?”
Marvel yang duduk di sebelah Ryan berpura-pura tak mengetahui keberadaan Jena dan tetap fokus melihat permainan yang sedang berlangsung.
“kamu waktu itu minjem buku fisika aku kan? Can i have that back? I need it”
“oh, ada di George. Dia juga mau pinjem katanya. I texted you actually”
“oh really? Maybe it wasn’t sent”
“no, i read it. it was received. Udah lama banget malah Jen, mungkin seminggu yang lalu”
“oh! Handphoneku rusak minggu lalu”
“oh really? I didn’t know”
“yeah, but thanks. I’ll ask George. Bye”
“bye”
Marvel yang mendengar percakapan itu seakan menyadari sesuatu. Rusak minggu lalu?
“Ry, can i see that text you sent to Jena?”
“what? No, it’s privacy”
“dude. It’s fucking important” Marvel menatap Ryan tajam
“okay,okay calm down bro” Ryan mengeluarkan handphonenya dari saku celana lalu memberikannya pada Marvel.
Saat ia melihat tanggalnya, tanggal itu tepat di malam saat Jena mengajaknya pergi ke bioskop. Marvel diam, tatapannya kosong.
Who the hell ask me then?
Marvel menatap Lyra yang berada di seberang lapangan. Saat menyadari Marvel memandangnya, Lyra melambaikan tangannya penuh semangat.
Is it her?