Marvel menunggu di depan bioskop. Ia melihat jam tangannya, sudah hampir jam setengah delapan. Mereka janjian ketemu jam setengah delapan, Marvel sengaja datang lebih cepat supaya Jena tidak usah menunggu.
Dan dari kejauhan ia melihat wajah yang familiar baginya berjalan menuju bioskop.
“Lyra?”
“hei”
“hai, kamu sendirian?” Tanya Marvel
“mm iya..aku diajak Jena” Jawab Lyra agak ragu
“really? Aku juga” Perasaan Marvel tak enak.
“antriannya panjang, kayaknya kita antri dulu aja deh sambil nunggu Jena” saran Lyra
“yeah, right”
Sudah hampir sepuluh menit mereka mengantri, dan tak ada kabar dari Jena.
“dia gak bales” kata Marvel setelah mengecek chatnya dengan Jena di handphone.
Ofcourse not, bisik Lyra dalam hatinya.
Marvel membuka instagramnya dan melihat-lihat snapgram sambil menunggu di antrian yang super panjang ini karena malam minggu. Dan ia kaget saat melihat snapgram Lucas yang sedang bersama Jena malam itu.
“I thought she hated him”
Lyra melihat snapgram Lucas itu di handphone Marvel. “yeah, Jena is a myterious girl”
“well, tiketnya beli dua aja, i don’t think she’ll come” kata Marvel, nadanya kesal.
“dua ya kak” pinta Lyra pada si penjaga tiket box.
Saat film dimulai, Marvel sulit mengendalikan emosinya. Sebenarnya ada sesuatu yang aneh, ia tak mengerti mengapa Jena mengajaknya menonton bioskop kalau ia akan pergi dengan Lucas di malam yang sama?
Tapi, setelah apa yang telah dilakukan Jena pada Lucas, Marvel berpikir mungkin ia pun bisa tega melakukan hal jahat seperti itu pada siapapun. Seperti sekarang, Marvel ingat kemarin Jena memang menyarankan to date Lyra jika ia sedang ingin punya hubungan, tapi ia tak mengira Jena berani sampai menipunya seperti ini. Padahal juga, baru saja kemarin Jena bilang kalau mereka teman. Marvel kecewa, tak pernah terlintas sekalipun dalam ekspektasinya mengenai Jena kalau dia orang yang seperti ini.
Perasaan Lyra semakin tak enak. Apalagi saat tadi mulutnya tiba-tiba ikut memperpanas Marvel dengan berkata Jena is a mysterious girl. Ia pun bisa merasakan Marvel yang sedang kesal disebelahnya. Tapi tiba-tiba ia merasakan tangan Marvel mengenggam tangannya. Lyra kaget.
Ia melihat Marvel yang tersenyum padanya. Lyra membalas senyuman juga genggaman Marvel, memilih melupakan semua keresahan dipikirannya. Dan menikmati semua harapannya yang sekarang sudah terwujud.
Yeah, maybe Jena was right. Lyra was a good girl, and I should be with her cause we’re the same. While Jena, I’m not worth for her, cause she is a troubled girl who care about herself. She even dare to trick her bestfriend. I was wrong to fell for her.
Pukul sepuluh malam mobil Marvel sampai di gerbang rumah Lyra.
“I’ll pick you up tomorrow okay?”
“okay, bye” Lyra tersenyum lebar, hatinya bagaikan kebun yang sedang berbunga.
“goodnight” Lalu Marvel membawa mobilnya pergi.
Lyra terus tersenyum sendiri sampai ke kamarnya. Ia tak percaya akhirnya bisa mendapatkan Marvel.
New message!
Jena : how’s my phone?
Lyra melempar handphonenya. Kebun yang sedang berbunga di hatinya sekarang seketika terserang kekeringan.