Bel tanda istirahat selesai berbunyi.
“Ly” Jena menepuk pundak sahabatnya itu yang terlihat sedang melamun
“oh” Lyra tersadar dari lamunannnya lalu beranjak berdiri dari kursi. Jena menatap Lyra aneh karena tingkah lakunya itu.
“mm Jen”
Jena menengok ke belakang dan menatap Lyra. Lyra malah diam, bingung apakah harus menanyakannya atau tidak.
“what Ly?”
“kamu sekarang kelas apa?”
“ish kirain apaan. Bahasa, kenapa?”
Lyra menyembunyikan tiket yang dipegangnya ke belakang badannya.
“oh, kirain kelasnya searah. Jadi jalannya bisa bareng”
Dahi Jena mengerut, biasanya pun mereka gak janjian “you’re acting weird” lalu Jena lari menyusul teman-temannya yang sudah meninggalkannya jauh.
Lyra mendengus pelan, menyesal atas perbuatannya pada Jena.
I’m sorry Jen. But when that time comes, I want to be just me and him.
Jena duduk di kursi yang mengitari lapang baseball, meneguk air dari botol minumnya seperti belum minum dua hari. Ia membaringkan tubuhnya yang lelah setelah hampir satu jam latihan.
“hei”
Jena membuka matanya, melihat tubuh besar yang ada di hadapannya. Badannya membelakangi matahari sehingga wajahnya terlihat gelap.
Jena menyipitkan matanya, “Marvel?”
“so have you decide?” tanya Marvel sambil duduk di sebelah Jena.
“decide what” Jena kembali memejamkan matanya
“nonton pertandingan aku”
“basket?”
“congklak, iyalah basket”
“ofcourse not, Lucas will be there”
“Lucas?”
“soccer boy”
“what’s with him?”
“aku terlalu capek buat ngomongin soal dia”
Dahi Marvel mengerut, penasaran ada apa antara Lucas dan Jena.
“kamu bukannya lagi latihan?” tanya Jena
“yeah, kayaknya aku harus balik”
“bye Jen”
Jena melambaikan tangannya asal, karena matanya tertutup. Marvel tersenyum kecil melihat kelakuan perempuan itu, lalu pergi meninggalkan Jena.
Lyra yang sedang latihan cheers di lapang seberang memperhatikan dua anak itu. Kecurigaannya semakin tumbuh.
“Ly, come on!” teriak Abby si ketua cheers saat melihat ia malah melamun.
Jena melahap burger yang di belikan oleh Lyra saat lampu merah menyala. Lyra yang duduk di sebelahnya menggelengkan kepala melihat temannya itu makan seperti binatang. Jena menyadari tatapan Lyra tapi ia tak peduli karena ia lapar sekali saat itu.
“Jen”
“hm?” sambil masih mengunyah burger
“tadi aku liat kamu ngobrol sama marvel”
“mhem”
“apa dia nanyain aku?” Sebenarnya Lyra ingin menanyakan apa yang dia bicarakan dengan Marvel, tapi ia takut terkesan kepo. Karena jauh dalam hati kecilnya ia pun yakin Marvel pasti tidak menanyakannya.
“engga, aku kira juga bakal gitu. dia malah nanyain apa aku nonton tanding basket ato enggak”
As I thought, bisik Lyra dalam hatinya
“terus?”
“ya aku tolak lah aku males ketemu Lucas”
Lyra bernafas lega karena berarti ia tidak harus berpikir apa yang harus ia lakukan kalau Jena bilang kata Marvel tiket yang satu lagi ada padanya. Atau bagaimana caranya membuat Jena batal menonton karena ia ingin hanya berduaan dengan Marvel.
“and I think you need a time just for the two of you” kata Jena sambil tersenyum mengejek
Deg! Jantung Lyra terasa seketika terkena serangan. Ia tertawa awkward setelah mendengar ucapan Jena. Merasa bersalah pada sahabatnya itu yang malah mau mengerti situasinya, tapi ia sendiri egois hanya mementingkan dirinya. Bahkan malah menyogoknya dengan hanya sebuah burger.