Lyra tersenyum lebar pada Jena saat ia datang menjemput Lyra dengan mobilnya.

"you're creepy"

"let me guess, pasti karna texts dari dia"

Lyra menganggukkan kepalanya sambil masih tersenyum.

"Ugh"

"Jadi udah ngobrolin apa aja?"

"cuman ngobrolin soal tanding basket dia sih"

"serius?"

"Yap, dan dia ketiduran. Nih dia baru aja bilang maaf" kata Lyra sambil memperlihatkan chatnya dengan bangga.

Jena hanya diam.  Lovebirds, bisiknya.

Marvel membawa dua tiket pertandingan basket di tangannya, lalu masuk ke ruang santai. Matanya langsung tertuju pada Jena yang sedang asyik bermain tenis meja dengan anak-anak baseball. Tanpa di sadari, senyum kecil terbentuk di wajahnya.

"Marvel!" Teriak Lyra sambil melambaikan tangannya.

Pandangan Marvel teralih ke Lyra, lalu ia berjalan ke Lyra.

"Hei"

“Hai" Lyra berdiri dari lazy chair, senyum lebar terbentuk di wajahnya.

"Ini tiketnya"

Lyra mengambil tiket yang diberikan Marvel padanya. Dahinya berkerut, bingung karena Marvel memberikan dua tiket.

"Mungkin kamu mau ajak Jena, aku yang bayarin"

"Oh, o..okay"

"Ya takutnya kamu sendirian nanti"

"Ohh, ya, gak asik juga ya kalau sendirian"

"Haha I know right"

"AAAH!" Jena berteriak kesal karena bola lawan berhasil lolos dari raketnya.

Marvel dan Lyra bersamaan melihat Jena yang tiba-tiba berteriak.

"Dia lagi gak bisa diganggu kayaknya" 

"Haha iya, it's okay i'll ask her"

"Okay, aku ditungguin anak-anak di kantin"

Marvel memandang Jena sekejap sebelum ia pergi,  berharap Jena menyadari kehadirannya sebelum ia meninggalkan ruang santai, tetapi sepertinya Jena sudah tenggelam terlalu jauh dalam keseruan permainan itu.

"Bye Ly"

"Yeah bye, thanks tiketnya"

Marvel mengangguk sambil tersenyum pada Lyra lalu ia pergi. Lyra menjatuhkan lagi badannya ke lazy chair. Matanya tertuju pada dua tiket yang di pegangnya. Lalu ia menatap sekilas sahabatnya yang masih sibuk bermain dengan anak-anak baseball.

Lyra menggelengkan kepalanya. Tak mungkin pikirnya. Dia bahkan bilang sendiri kalau dia ngajak Jena karena takut ia sendirian saat menonton pertandingan.

But what's with that stare before he leaves the room?