7 Tahun yang Lalu
"Ian ke sana yuk?" Aku menunjuk ke arah tempat pasar malam yang diadakan di lapangan dekat sekolah.
"Nanti mami sama papi kita nyariin gimana?"
"Ayok ke sana" aku menarik-narik baju anak laki-laki itu.
Akhirnya, aku pergi ke pasar malam dengannya. Setelah puas dengan suasana pasar malam itu, kami akhirnya pulang. Sebelumnya, aku dan anak laki-laki yang bersamaku sempat tersesat. Tapi untungnya orang tua dari anak laki-laki yang bersamaku menemukan kami. Mereka diberitahu satpam SD yang melihat kami pergi ke arah pasar malam. Aku akhirnya pulang dengan diantar oleh orang tua anak laki-laki itu. Karena, kata mereka orang tuaku tidak bisa menjemputku pulang. Untungnya, rumahku satu komplek dengan rumah anak laki-laki itu.
???
Sekarang aku sudah kelas 6 SD. Aku tumbuh dengan sifatku yang cerewet, hiper aktif, ceria, dan tentunya sedikit pintar. Karena sifatku ini, aku punya banyak teman. Salah satunya Ian. Nama aslinya Rian, tapi dari kecil aku biasa memanggilnya dengan sebutan itu. Ya, Rian adalah anak laki-laki yang bersamaku dulu saat pergi ke pasar malam. Tepat dua tahun lalu. Dia itu seperti kakak bagiku. Dia selalu ada di sampingku. Bahkan dia pun sudah hafal dengan segala karakterku. Jadi, bisa dibilang Rian adalah kakak spesial untukku.
"Sitta, pulang yuk?"
"Bentar-bentar. Ini lagi nanggung baca bukunya." Jawabku yang masih fokus dengan buku bacaan ku 'Dongeng si Kancil'.
"Bacanya nanti lanjut di rumah aja. Ini nanti kita ketinggalan bis lho." Ya, sekarang kami tidak lagi diantar jemput ke sekolah. Kami selalu pulang pergi dengan naik bis.
"..."
"Nanti aku traktir es krim deh depan komplek."
"Beneran?" Ucapku penuh semangat. Emang, Rian tahu apa yang harus dia perbuat jika aku susah sekali dibujuk. Sebenarnya, dulu aku iseng ngambek tidak mau pulang. Kecuali Rian membelikan es krim untukku. Tapi akhirnya, keisenganku berujung kebiasaan. Jika dihitung-hitung, entah sudah berapa lembar uang yang Rian keluarkan untuk mentraktirku es krim depan komplek.
Kami pun pulang. Sesuai janjinya, Rian mentraktirku es krim. Selama Rian memesankan es krim untukku, aku masih fokus dengan buku bacaan ku. Setelah selesai memesankan es krim untukku, Rian mendekatiku sambil menyodorkan es krim itu. Rian lantas bertanya.
"Kayaknya seru banget bukunya?"
"Hm."
Kami memasuki komplek perumahan.
"Ian, kamu tahu gak caranya nulis cerita?" Tanyaku tiba-tiba.
"Gak tahu. Emang kenapa?"
"Hm, Ian kalo aku nulis cerita ada yang mau baca gak ya?" Sepertinya aku mulai bergairah menjadi seorang penulis.
"Bisa iya, bisa tidak."
"Ish, Ian. Yang bener jawabnya!" Omelku. Lalu tanpa aku sadari, Rian sedang mengelap tanganku yang sudah kotor kena es krim yang meleleh. Ini sudah biasa. Aku emang tidak pernah benar kalau makan es krim. Sudah bikin uang Rian melayang untuk mentraktir es krim, eh juga merepotkan Rian buat mengelap jejak lelehan es krim di tanganku. Tak apa. Dia juga yang mau. Aku pun suka.
Sayangnya ini telah berakhir. Rian dan keluarganya memutuskan pindah ke luar negeri saat kenaikan kelas 8 SMP. Sejak itu, hari-hariku berubah sepi. Sepi bergelut rindu dengannya.
Sebelumnya, sempat aku menemukan surat yang terselip di novel yang sedang ku baca.
Dear, Sitta
Sebelumnya selamat telah menemukan surat ini. Selamat membacanya sampai akhir, hehe. Langsung saja ya, kamu tahu kan aku mau pindah ke luar negeri? Pasti tahulah, apa yang enggak kamu tahu dari aku sih//terharu.
Selamat tinggal ya, jangan nangis terus kalo gak ada aku. Nanti air sungai di mata kamu habis. Dan jangan ubah sifatmu itu! Nanti pas pulang, bisa-bisa aku gak kenal kamu lagi. Huhuhu sedih deh rasanya//slalp: haha lebay banget ya aku nulisnya. Tapi gpp deh ini juga yang baca cuma kamu.
Oiya, Sitta kamu katanya mau jadi penulis kan? Saran aku kamu tulis aja apa yang ada di pikiran kamu. Tapi aku minta yang ada aku nya ya! Tentang kita kalo bisa. Eh, maksa malah. Atau pas aku pulang, kamu nanti harus ganti sejumlah es krim yang pernah aku belikan untuk kamu. Aku maksa banget ya, hehe. Tapi beneran lho ya, kalo kamu mau buat cerita, harus+wajib+must ada aku. Kalo bisa aku di sana harus ganteng, most wanted, apapun deh asal peran utama.
Gitu aja ya. Maaf kalo kepanjangan. Pasti kamu ngantuk baca surat ini ya kan? Hahaha
Bye, Sitta
Baik-baik my little girl ?
Rian (AGSK--Anak Ganteng Satu Komplek) jangan protes!.
We love Sitta
Comment on chapter One