Hari keberangkatan ke Pacet pun tiba. Tas ranselku jadi menggelembung maksimal karena segala keperluan untuk dua hari satu malam disana. Tak lupa jaket aku sampirkan di lengan. Setelah cium pipi kanan kiri dengan ibu, kakakku mengantarku ke kampus yang memang jaraknya hanya 15 menit dari rumah. Sesampainya disana aku bertemu Siska di masjid dekat jurusan.
"Mbak Fia!!" teriaknya sambil melambaikan tangan padaku. Aku hanya tersenyum. Di sampingnya ada laki-laki yang juga menoleh padaku.
"Belum sarapan?" tanyaku pada Laili yang duduk di belakang Siska memegang sebungkus nasi kuning di pangkuannya.
"Belum mbak, sarapan mbak?" menawariku. Aku menggelengkan kepalaku.
"Kebiasaan mbak emang Laili, susah kalau di suruh makan. Liat kalau makan juga lama banget bikin gregetan!" Siska jadi cerewet aku hanya tersenyum.
"Di jurusan belum ada orang kah?"
"Aku nggak tahu mbak, aku dari tadi disini. Eh, mbak yang tadi itu siapa? Pacar?"
"Pacar?? Masku itu. Kalau begtu aku ke jurusan dulu, mau liat ada orang atau nggak." Kataku sambil berjalan menuju jurusan.
"Lha kita di tinggal." Gumam Siska.
Kampus terasa sepi sekali, karena semua mahasiswa sudah libur setelah UAS dan ini hari sabtu. Panitia sudah stand by di jurusan, beberapa ada yang ku kenal karena anak 2014 yang juga aku ikuti kelasnya. Ku lihat bu Mia dan mbak Ita duduk di dekat tangga. Melambaikan tangan padaku. Aku menghampiri mereka.
"Sarapan dek?" kata mbak Ita sambil menyodorkan roti padaku.
"Makasih mbak, tapi aku nggak biasa makan apapun kalau mau pergi jauh."
"Kenapa? Nggak takut masuk angin?"
"Sudah biasa mbak."
Semakin lama semakin banyak yang datang. Setelah berbaris sesuai dengan grup dan di absen, kami diberi nasi kotak untuk sarapan. Dengan terpaksa aku mengatakan bahwa aku sudah dapat, daripada aku harus membuang makanan lebih baik aku tolak. Dari jauh, aku lihat di deretan dosen, pak Andre bercengkrama dengan pak Ito yang merupakan dosen sekaligus Dekan Fakultas Teknik. Aku tundukan pandanganku dan ngobrol dengan teman segrupku. Untungnya aku bukan perempuan sendiri, masih ada Ruri teman transfer juga yang satu grup denganku.
Menuju Pacet, kami naik bus besar. Karena jaraknya lumayan jauh jadi kuputuskan untuk menghabiskan waktu dengan ngobrol dengan teman-teman dan tidur. Sesampainya disana kami di brefing dan di bagi-bagi kamar. Aku sekamar dengan semua teman-teman perempuan transfer berisi 8 orang sisa 2 tempat tidur diisi oleh Laili dan Nabila karena kamar di lantai atas sudah penuh.
"Mbak Fi, kamarku diatas, kalau mau main ke kamarku." Kata Siska saat aku meletakkan tasku di kamar dan ia sedang menjenguk Laili yang tadi saat di bus ia mabuk. Aku hanya tersenyum.
"Siapa dek?" Mbak Ita menceletuk.
"Anak 2015 kelas pagi mbak."
"Dari di bus sampai disini nempel terus ke kamu. Cocok kalau jadi adekmu."
"Aku sudah punya adik di rumah mbak dan nggak ada keinginan untuk nambah."
Setelah itu acara outbond dimulai, dari mulai main balon, estafet tali simpul, tongkat estafet dan nyunggi tempeh (menaruh baki yang terbuat dari besek diatas kepala) setelah makan siang acara dilanjutkan di dalam ruangan seperti melepaskan simpul pramuka, memasukkan paku di dalam botol dan tebak gaya. Menyenangkan, lumayan buat refreshing setelah berkutat dengan ujian. Udara disini dan suasanya memang menyenangkan. Walaupun tadi ada insiden kecil, salah satu mahasiswa dari luar Jawa kurang suka dengan kegiatan yang aneh ini. Ya mungkin saat di sekolah dulu ia belum pernah merasakan Latihan Kepemimpinan Dasar Siswa atau disingkat LDKS yang banyak di suruh ini itu dengan senior. Di insiden itu hampir saja ada baku hantam antara mahasiswa itu dengan senior yang juga tersulut amarahnya namun setelah dilerai dan diberi tahu oleh para dosen akhirnya berakhir dengan tenang dan dapat dianjutkan.
Sebagai penutup outbond semua disuruh berkumpul di sekitar kolam renang untuk melihat perang bantal di atas galah. Karena kolam renang berada di depan penginapan dosen maka dosen-dosen pun ikut menonton sambil menyemangati mahasiswa dari jurusannya masing-masing. Pak Andre memegang kamera SLR dan mulai membidik segala tingkah laku mahasiswa. Sesekali aku mencuri pandang padanya yang semakin lama semakin mendekat ke area panitia perempuan berada dan mengobrol, lalu aku kembali menyoraki grupku yang sedang perang bantal. Lalu tak lama kemudian hujan deras mengguyur, kami yang perempuan kocar kacir lari ke kamar sendiri-sendiri sedangkan yang laki-laki malah asyik sendiri dengan hujan-hujanan sambil cebur-ceburan di kolam.
Malamnya setelah makan malam, kami semua mahasiswa baru dikumpulkan di aula, selesai beberes dan siap ke aula aku mengajak teman-teman untuk foto-foto bersama karena aku bawa kamera semi SLR sebelum acara dimulai. Aku lebih banyak yang motret mereka karena aku lebih senang memfoto daripada difoto.
Melihatku menenteng kamera, anak 2015 bergantian minta difoto juga, dengan senang hati aku foto. Lumayan buat menambah skill memotretku. Setelah itu kami masuk ke aula, masih sepi. Kami lanjut foto-foto dengan background spanduk di stage.
"Dek, ayo ikut foto juga, dari tadi nggak ikut foto." Kata bu Mia.
Aku mencari tempat yang bagus untuk menaruh kameraku supaya tidak jatuh dan posisinya bagus. Beberapa jepretan dengan aku diantara yang lainnya.
"Mbak fotoin kita juga." Teriak Ferdi anak 2015. "Mumpung lagi kumpul ini."
Aku membidikkan kameraku pada anak 2015 yang bergerumbul di dekat pintu belakang. Beberapa kali jepret, aku mendapat hasil yang bagus.
"Mbak Fia, jadi juru foto sepertinya." Celetuk seseorang saat aku mengecek hasil jeperatanku tadi.
"Oh, pak Ian." Kataku kaget.
Beliau adalah dosen sekaligus Pembantu Rektor II. Aku mengambil tiga mata kuliah yang beliau pegang dan juga beliau kenal dengan dosenku dulu di D3. Di sebelah pak Ian berdiri pak Andre. Pak Andre tersenyum melihatku. Aku menundukkan wajahku. Tak lama mc mengumumkan untuk segera memulai acara, aku pun kembali ke tempat teman-temanku berada.
Acara malam ini dimulai dengan sambutan-sambutan, bapak Rektor yang kebetulan baru menjabat dan berasal dari Fakultas Teknik member sambutan singkat dan petuah-petuah untuk seluruh mahasiswa baru lalu dilanjutkan dengan sambutan dari bapak-ibu Kepala Jurusan dan Ketua Panitia, terakhir acara puncak. Hiburan dari band-band mahasiswa, stand up komedi, tukar kado tak lupa juga dosen ikut menyumbangkan nyanyian. Termasuk pak Andre, setelah di bujuk oleh mc dan para panitia ia pun maju kedepan dengan malu-malu.
"Saya tidak bisa nyanyi, jadi kalau suara saya fals jangan di 'huuuuh' ya." Ujarnya.
Ia menarik salah satu panitia laki-laki di sampingnya untuk menemaninya bernyanyi.
Setelah bisik-bisik, suara intro lagu Linkin Park – Leave Out All the Rest yang merupakan OST Twilight. Diam-diam dalam hati aku bersorak sorai, aku adalah penggemar berat Twilight saga serta suka beberapa lagu dari Linkin Park. Para mahasiswi bersorak histeris saat pak Andre mulai nyanyi. Suranya berat dan pelafalan Inggrisnya juga jelas, aku tak tahu ternyata suaranya bisa pas untuk genre music yang sedikit Rock. Karena sangat menikmati lagu ini, tak ayal aku ikut mendendangkanya. Lalu aku mengambil kesempatan ini untuk membidikan kameraku ke arah Pak Andre. Setelah selesai, tepuk tangan dan suitan riuh terdengar. Setelah itu ia kembali ke belakang bersama mahasiswa laki-laki.
Semuanya begitu hanyut dalam acara ini. Aku juga ikut mendendangkan beberapa lagu yang diputar atau bergerak bersama anak-anak lain kecuali ketika lagu dangdut. Tapi entah mengapa jam 9 malam mataku sudah tak tahan. Biasanya di rumah jam 12 masih terang benderang. Bisa jadi karena suasananya yang mendukung yaitu dingin disertai hujan gerimis, membuat mata semakin mengantuk. Jam 10 lebih 10 menit acara selesai. Kami disuruh kembali ke kamar masing-masing. Aku langsung meletakkan hp dan kameraku di tas lalu mengambil bantal dan bergegas tidur.
Jam 4 subuh setelah sholat subuh aku melihat ada orang yang membuka pintu kamar kami dan memberi pengumuman bahwa jam 6 sudah harus kumpul untuk jalan-jalan pagi. Jam 6 tepat aku ambil hp dan kameraku, kubawa untuk ambil foto.
‘Aku tak boleh melewatkan pemandangan apapun saat jala-jalan nanti’, pikirku.
Aku bersama bu Mia dan mbak Ita, berangkat lebih awal dari pada yang lainnya. Udara pagi benar-benar segar serta sejauh mata memandang adalah pegunungan dan sawah yang mirip karpet hijau. Jalannya naik turun karena memang ini daerah dataran tinggi. Saat ada turunan, jalan terasa seperti di dorong dari belakang tapi saat naik, kaki rasanya berat. Di perjalanan kami bertemu dengan Pak Ito dan lagi-lagi pak Andre.
"Silahkan menikmati bu jalan-jalan paginya, saya sudah turun tadi."
"Iya pak." Kata mbak Ita.
"Mbak Fia, banyak ambil gambar yang bagus ya." Kata pak Ito padaku sambil melirik kamera yang menggantung di leherku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum.
"Hati-hati waktu turun." Sahut pak Andre, ia tersenyum padaku. Delusional aku rasa, dia bukan hanya terseyum padaku tapi juga pada mbak Ita dan bu Mia. Aku pun jalan mendahului bu Mia dan mbak Ita.
Mengapa aku merasa dia ada di mana-mana ya? Delusional lagi kah? Lalu perhatianku teralihkan saat menuruni bukit. Aliran air di antara padang rumput, karpet hijau terbentang luas. Gunung yang tersamarkan oleh kabut. Ada gubung kecil di tengah-tengah sawah juga. Banyak sekali pemandangan yang bisa aku potret tak lupa berselfie ria bersama mbak Ita dan bu Mia. Lalu tak lama anak-anak lain ikut menyerbu meminta foto. Aku potret setiap gerak gerik mereka, melihat macam-macam ekspresi di wajah mereka, aku tersenyum sendiri. Foto bersama juga tak tertinggal. Setelah itu kami kembali ke penginapan dan sarapan. Karena aku terlalu lelah, aku memilih makan di kamar bersama teman-teman yang lain juga. Setelah sarapan kami ganti baju dan bersiap untuk acara resmi yang juga di aula. Kami disuruh memakai jas almamater.
"Mbak Fia..." seru Siska padaku. Saat aku keluar kamar hendak ke aula.
"Ada apa?"
"Aku sudah mengutarakan perasaanku pada pak Andre." Bisiknya. Aku memandangya tak percaya.
"Lalu jawabannya?" Mendengar pertanyaanku ia cemberut.
" 'Kamu mau nilai apa semester ini? C?' gitu mbak katanya." Mau tak mau aku tersenyum. Sudah kuduga.
"Ceritain ke aku detailnya sambil jalan ke aula."
Ia menceritakan padaku, bahwa ia tadi pagi tidak ikut jalan-jalan dan menunggu pak Andre kembali. Jadi saat pak Andre selesai jalan-jalan dan sedang duduk-duduk sendirian di sebelah kolam renang, Siska menghampirinya dan mengutarakan perasaannya.
'Aku suka dengan pak Andre.' Begitu katanya.
'Kamu mau nilai apa semester ini? C?' Dan jawaban itu diutarakan dengan santai oleh pak Andre kata Siska.
Apa pak Andre sering menemui mahasiswi seperti Siska?
"Ya sudah, sekarang kamu fokus saja dengan kuliah. Lagipula kamu sudah punya pacar dan juga gap usia kamu dengan pak Andre cukup jauh. Serta hal ini bisa mengganggu hubungan antara dosen dengan mahasiswi. Jadi sudah ya cemberutnya dan kembali semangat."
Aku tak tahu apakah dia mendengarkan atau tidak. Tapi memang ia harus kembali ke posisinya sebagai seorang mahasiswa. Tak lama acara pun di mulai. Pak Andre duduk di sebelah panggung, bisa dibilang di sebelah aku dan teman-teman duduk. Jadi jarak kami dengan pak Andre hanya 1 meter. Mataku pertemu pandang dengannya. Aku memasang wajah datarku begitupun beliau. Mataku kembali ke mc yang sedang memberi prakata sebagai pembukaan.
"Sepertinya pak Andre marah mbak. Tadi sempat lihat kesini dan wajahnya datar." Bisik Siska.
Aku hanya diam mendengarkan mc berbicara lalu dilanjutkan dengan materi yang dibawakan oleh pak Ito. Membahas tentang beberapa prestasi mahasiswa di bidang non-akademik.
"Disini ada contoh bagus yang saya harap bisa ditularkan ke mahasiswa lainnya. Salah seorang mahasiswi transfer pernah ikut berkompetisi di Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan tapi di kampusnya terdahulu. Menariknya produk yang ia ciptakan sangat berhubungan erat dengan jurusan yang diambilnya sekarang. Mbak Fia silahkan berdiri." Beliau menujukku. Aku yang tolah-toleh tidak paham, dengan kikuk aku pun berdiri.
"Menghadap ke mahasiswa yang lain." Aku pun balik badan, seluruh mahasiswa seaula memandangku. Aku kurang suka menjadi pusat perhatian seperti ini.
"Mbak Fia ini ketika di mata kuliah technopreneur melakukan tugas presentasi tentang produknya yaitu komposter 2 in 1 yang bisa menghasilkan kompos dua jenis hanya dengan 1 alat sederhana." Aduh malu, sumpah! Aku pun tersenyum terpaksa dan berbalik lalu duduk kembali. Sekitarku bisik-bisik melirikku.
"Mbak kok nggak bilang tugas kemarin itu PKM, tahu gitu aku ikut tim mbak saja kemarin."
"Iya mbak, kita jadi nggak perlu susah-susah membuat baru." Celetuk beberapa teman transfer.
Memang itu maksudku untuk tidak mengatakannya karena aku yakin aku jadi sasaran empuk para mahasiswa malas. Bukan masalah pelit atau apa namun semua sahabat-sahabatku yang tahu tentang sifatku yang terlalu baik jadi mereka selalu mewanti-wanti supaya jangan jadi orang yang mau di manfaatin.
Aku masih menundukkan wajahku untuk menenangkan deru jantungku karena perasaan kaget tadi. Materi terus berjalan selama 45 menit. Setelah itu pengumuman pemenang lomba proposal, kelompok bu Mia menang juara satu dengan proposal tentang fashion show baju recycling. Idenya memang keren dan cocok dengan situasi kota Surabaya yang menggalakan recycling sampah menjadi barang layak pakai. Setelah semua acara selesai, kami berfoto bersama. Setiap jurusan dipersilahkan untuk berfoto bersama dengan background banner acara ini. Saat giliran Teknik Lingkungan, aku meminta tolong panitia untuk mengambilkan foto menggunakan kameraku. Semuanya sudah siap, aku bingung harus berdiri dimana. Akhirnya aku berdiri di pinggir dan ada seseorang yang berdiri di sebelahku sehingga dia yang paling pinggir. Tak kuhiraukan karena aba-aba dari si cameramen, aku fokus ke kamera.
"Sebelum naik ke bis, bisa ngobrol sebentar?" Ujar orang ini agak berbisik sehingga hanya aku yang bisa mendengar.
Setelah sesi pemotretan selesai aku mendongakkan wajahku untuk melihat siapa yang berbicara dan berdiri di sampingku ini. Pak Andre.
"Bisa?" katanya padaku sambil tersenyum.
Bingung. Kira-kira mau bicara apa? Anggukan kecil dariku membuatnya tersenyum lagi dan pergi berlalu. Kuambil kameraku dan kembali ke kamar dengan perasaan campur aduk.