“Julian dirumah, kan? kalo gitu saya masuk”.
“Maaf Mbak…” Melihatnya masuk begitu saja dengan wajah yang sembab membuat Mbak Ning tidak dapat berbuat apa-apa. Ia sedikit khawatir karena sebentar lagi majikannya akan sampai dirumah. Namun apa boleh buat, ia sudah terlanjur membiarkannya masuk.
Sheina mencari-cari dimana kamar Julian, hingga akhirnya ia menaiki anak tangga dan memasuki pintu pertama yang ia lihat.
“Julian…” pintu kamar itu terbuka secara tiba-tiba dan membuat Julian spontan menoleh.
“Shein?”
“Julian.. aku capek. Selama ini aku ga pernah dengerin kata-kata kamu bukan karena aku dibutain sama cintanya Dito si brengsek itu. Tapi, supaya kamu terus-terusan perduli sama aku…!” ucapnya dengan sesenggukan. Ia sangat menyesal selama ini tidak pernah berusaha menjadi lebih baik lagi, tapi justru berulah untuk terus mendapatkan perhatian Julian.
“Kenapa kamu kaya gini? Shein...”
“Sejak kita putus aku ga pernah jatuh cinta sama siapa pun lagi selain perasaan aku yang masih ada buat kamu! Aku nerima Dito, karena aku juga mau kaya kamu yang udah nemuin pengganti aku! Aku selalu nelfon kamu, minta kamu dateng dengan alesan minta solusi atas sikap Dito yang kasar, itu semua aku lakuin karena aku kangen sama kamu! Julian, kenapa kamu dengan mudah ninggalin aku dan jatuh cinta sama dia. Kenapa kamu ga sadar kalo selama ini aku cuma cari-cari alasan supaya kamu mau nemuin aku, kenapa!” Sheina berteriak dan meluapkan semua emosi yang ada dalam dirinya. Sementara itu, Julian hanya diam mendengarkan semua ucapan Sheina yang juga secara tiba-tiba memeluknya.
Perempuan ini memang keras kepala dan sangat pendendam. Ia cukup terkejut dengan pengakuan Sheina. Pantas saja selama ini Sheina terus mempertahankan hubungannya dengan Dito meskipun Julian berkali-kali menyadarkannya.
“Ok.. tapi kenapa harus dengan cara itu, hah? Shein, Dito itu cowok kasar. Berkali-kali dia nyakitin kamu, berkali-kali aku dateng buat bantu masalah kamu tapi ternyata semua itu cuma alasan? kamu rela dia pukul, dia tampar cuma untuk dapetin keperdulian dari aku? kekerasan ga selucu itu, Shein!” dengan cengkraman yang kuat dilengan Sheina, Julian melepaskan pelukan tersebut.
Sheina sangat menyesali selama ini telah membuang-buang waktunya dengan percuma. Harusnya ia katakan saja apa yang sebenarnya ia mau. Ia harusnya mengatakan bahwa ia ingin kembali dengan Julian.
“Karna aku butuh perhatian kamu! Aku ga bisa liat kamu sama dia! kenapa kamu ga liat arti dari tingkah bodoh aku..? Aku tau, aku sadar dia memang lebih baik dari pada aku. Tapi, kamu ketemu dia waktu kita baru putus, gimana bisa sekarang kamu dan dia jadi sama-sama terus!?”
Tangisan Sheina pecah merasakan dada nya semakin sesak. Ia ingin sekali mengutarakan semua yang ada diotaknya, namun mengapa tidak ada kata-kata yang lebih bisa mewakili perasaannya yang sebenarnya. Bodoh, ia semakin memperlihatkan betapa kasihan dirinya dihadapan Julian. Penyesalan yang menghantuinya hampir satu tahun terakhir ini, sudah membuatnya merasa sangat muak.
Mau bagaimana pun juga, Julian tetap tidak bisa melihat Sheina seperti ini. Bahkan, Sheina sudah tidak sanggup berdiri lagi karena kaki menjadi sangat lemas, tangannya juga gemetar saat memegangi legan Julian. “Ga begini, Shein. Kamu inget? dulu kamu yang biarin aku nyerah sama hubungan kita. Kamu, pilih Dito…”
“Aku ga ada perasaan apa-apa buat Dito! Bahkan sampe sekarang. Dari dulu aku cuma mau kamu jaga jarak sama cewek-cewek dikelas kamu, tapi kamu selalu anggep kemarahan aku itu bukan apa-apa!” suaranya yang semakin keras, membuat emosinya juga tidak terbendung lagi. Mungkin dibawah sana Mbak Ning juga bisa mendengarnya dengan jelas.
“Semua itu masa lalu. Kita udah lama masing-masing. Kalaupun ada yang bisa diperbaikin, ga mungkin banyak” suasana saat ini membuat Julian semakin merasa bersalah kepada perempuan yang pernah ia cintai. Berbulan-bulan, Sheina rela membiarkan dirinya bersama laki-laki brengsek demi mendapatkan perhatiannya.
Bahkan, saat ia sudah melalui banyak kebahagiaan bersama Kinan, Sheina masih terus ingin terlihat olehnya. Sheina tidak pernah berubah, selama mereka masih bersama pun ia selalu memberikan banyak hal yang terbaik untuk mendapatkan perhatian dan menjadi satu-satunya milik Julian.
Sheina terus menangis padahal nafasnya sudah sesak. Selama beberapa saat, tidak ada satupun diantara mereka yang berbicara. Sedari tadi, tanpa sadar mata Julian memerah melihat Sheina tertidur dibawah dengan kepalanya yang tersandar disofa. Ia kehilangan kata-kata, fikirannya pun sudah buntu entah apa yang harus ia lakukan. Setelah memindahkan Sheina ke tempat tidurnya, Julian pergi untuk membasuh wajahnya. Ia bersandar disofa untuk menenangkan fikirannya sambil memejamkan mata.
Saat awal-awal ia putus dengan Sheina dan mulai dekat dengan Kinan, ia pikir perasaannya terhadap Sheina sudah benar-benar mati. Namun, semua itu mungkin hanya sedang teralihkan karena Kinan. Beberapa bulan lalu Sheina sempat dilarikan kerumah sakit, Sunny memberitahu nya dan ia langsung datang untuk memastikan keadaan Sheina. Tentu saja hal itu tidak diketahui oleh Kinan, karena Julian juga berusaha untuk menjaga perasaan Kinan meskipun sampai saat ini mereka berjalan tanpa adanya status hubungan.
Suara gembok yang berbenturan dengan pagar ketika sedang dibuka sebenarnya terdengar hingga kamar Julian, namun kali ini ia sama sekali tidak mendengarnya. Julian bahkan masih terdiam dan tidak menyalakan lampu kamarnya, padahal hari sudah gelap dan kamar nya pun hanya mendapat cahaya dari lampu luar lewat jendela besarnya.
“Ning, Heels siapa ini? milik Sunny atau ada Kinan didalam?” begitu memasuki rumah, Broto tidak sengaja melihat heels yang tidak pernah ia lihat sebelumnya di rak sepatu.
Sore tadi setelah tidak sengaja mendengar keributan dikamar Julian, Mbak Ning memilih untuk duduk diluar dan menyimpan heels milik Sheina yang dilepas begitu saja ditangga-tangga teras.
“Tadi ada perempuan masuk nyariin mas Julian, Pak. Wajahnya sembab kelihatannya juga sangat lelah dan buru-buru ke atas. Tapi, bukan mbak Kinan.”
“Anak itu.. !”
Apa lagi yang terjadi, Broto sama sekali tidak mengerti dengan anaknya. Dulu Julian mengajak perempuan kerumah tanpa memberitahunya, sekarang dengan siapa lagi anaknya memiliki hubungan? Setelah meletakkan tas dan jas nya di kamar, Broto segera ke kamar Julian untuk memastikan apa yang terjadi diantara anaknya dengan perempuan yang satu ini.
“Siapa perempuan itu? kamu buat masalah apa?” suara Broto yang terdengar lebih tegas membuat Julian terkejut.
Sebenarnya Julian tidak tau bagaimana harus memperlihatkan wajahnya ketika seorang perempuan sedang tertidur dengan wajah sembab dikamarnya. Ia pun menyalakan lampu dan tetap berdiri disana. Broto yang sedari tadi menunggu jawaban Julian, hanya bisa menyorot mata Julian dengan tajam meski terlihat raut wajah Julian sedang sangat kacau.
“Kamu tidak mau jawab pertanyaan Papa? Ada apa!”
Tanpa berfikir panjang, Julian kembali menatap Broto yang masih berdiri didepan pintu kamarnya. “Sheina..”
Belum sempat Julian menjelaskan, Broto langsung menyela ucapannya dengan penuh emosi, “ Sheina? Dia mantan pacar kamu. Selama 3 tahun itu? Yang kamu acuhkan setelah bertemu dengan Kinan?” tanya Broto dengan lantang. Tentu saja ia mengetahui hal itu setelah mendengar cerita dari putrinya.
“Saat ini Julian ga butuh campur tangan dari Papah. Jadi Julian minta, Papah jangan nambahin beban pikiran saya lagi”
“Apa yang bisa kamu lakukan setelah membuat 2 perempuan menjadi begitu sangat mengharapkan kamu? sehebat itu kamu sampai berulah seperti ini disaat Papa terus meminta kamu untuk fokus kuliah! Kamu sudah dewasa!!”
Ia diam, diam merasakan lelah, “Julian minta maaf…”
Broto berusaha merendam kan amarahnya, setelah melihat Julian yang berdiri tanpa ekspresi tiba-tiba mengeluarkan air mata. Ia berfikir, Julian masih sangat muda untuk menangis seputus asa ini.
“Selesaikan. Besok pagi, temui Papa dibawah” nada bicaranya berubah menjadi pelan. Ia tidak ingin membuat anaknya semakin tertekan dan membiarkannya menyelesaikan semuanya dengan caranya sendiri.
Pukul 11 malam, Julian baru saja sampai dirumah setelah mengantarkan Sheina pulang. Sebelumnya, saat Julian sedang menerima panggilan dari Kinan tiba-tiba Sheina terbangun sambil memegangi kepalanya. Julian tau saat itu Sheina pasti sangat pusing karena suhu badannya naik. Ia pun mengantarkan Sheina ke dokter sebelum mengantarkannya pulang. Hatinya semakin berat untuk membicarakan hal tadi lagi nanti.
Begitu sampai dikamarnya, Julian langsung merebahkan tubuhnya. Tidak membutuhkahkan waktu yang lama, ia sudah terlelap padahal belum sempat berganti pakaian.
Tepat pukul 7 pagi, Julian terbangun dengan mata yang terasa tidak nyaman. Benar, semalam ia telah melewati suasana yang buruk.
Namun, pagi ini setelah ia mandi dan sarapan. Ia masih harus bertemu dengan Broto. Entah apa yang akan ia terima lagi kali ini, mungkin Broto akan memintanya untuk melepaskan Kinan dan Sheina.
“Duduk dan buka map coklat dimeja itu. Baca tanpa ada protes! Papa tidak ingin mendengar bantahan apapun!”
Perlahan Julian membuka dan membacanya. Sesaat setelahnya, ia sangat marah sekaligus tidak mengerti mengapa disaat ia belum menyelesaikan masalah yang sebelumnya, kini ia sudah harus menerima masalah yang lebih berat. Map coklat tersebut berisikan dokumen-dokumen sebuah formulir dan informasi mengenai sebuah kampus diluar negeri.
“Kenapa? kenapa kamu diam?” suara Broto menyadarkan lamunannya. Julian tidak yakin kali ini ia bisa menanganinya meskipun dengan segala kuasanya.
“Apa kali ini Papah mau nerima penolakan Julian? Masalah kemarin masih belum selesai, tapi Papa udah nambah masalah Julian!” jawabnya dengan putus asa sekaligus emosi.
“Kamu anggap keputusan Papa sebagai masalah? Begitu cara kamu menghormati orang tua? Diam dan ikuti perintah Papa. Mulai besok Papa yang akan antar kamu kuliah sampai proses pindah selesai, bahkan sampai kamu pergi ke bandara!” perintah Broto dengan penuh emosi yang sama sekali tidak bisa terbantahkan. Julian bahkan kehabisan kata-kata mengetahui hal ini.
---
Tidak terasa hari-hari berlalu sangat cepat. Sejak menerima keputusan dari Broto, Julian tidak bisa pergi sesuka hatinya karena kemana pun ia pergi selalu diantar Broto. Ponselnya juga sudah berada ditangan Broto, ia bahkan tidak diijinkan untuk bertemu dengan Kinan namun justru diantarkan kerumah Sheina untuk menyelesaikan masalah dan menemukan solusi yang terbaik. Ia hanya diperbolehkan fokus mengikuti kelas sampai proses pindah nya benar-benar selesai.
Salah satu alasan Broto tidak mengijinkan Julian berhubungan dengan Kinan adalah supaya Julian bisa menjalani hidupnya dengan lebih baik lagi. Sebelumnya ia bertanya apa hubungannya dengan Kinan selama ini, setelah mengetahui mereka berjalan tanpa status hal itu mempermudah Broto untuk mengambil keputusan ini. Julian hanya harus berada ditempat yang tepat untuk meniti masa depannya tanpa harus menghadapi masalah sendirian. Toh tidak akan membutuhkan waktu yang lama, setelah mereka putus kontak. Mereka akan saling melupakan dan menjalani hidup mereka masing-masing, mereka bisa menggunakan waktu sebaik-baik nya untuk memperbaiki masa depan dan kebahagiaan nya.