Read More >>"> Renata Keyla (Nge-date) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Renata Keyla
MENU
About Us  

Hari ini gue nggak ada kelas, makanya sekarang gue tengah berleha-leha gempulingan di atas kasur sambil menonton live streaming Chanyeol Oppa di Instagram. Sumpah, keindahan Tuhan mana lagi yang bisa dulunya melihat wajah mulusnya seorang Park Chanyeol. Kalau sudah seperti ini, dunia ini berasa milik gue teluk sama Chanyeol.

Lagi asyik-asyiknya komentar di live Chanyeol, gue lihat ada pesan masuk di ponsel gue. Gue lihat di notifikasinya, terbukti dari Kak Juna. Oke, kalau Kak Juna itu masa depan gue. Jadi, pesan dari dia takkan gue abaikan.

Akhirnya ikhlas nggak ikhlas, gue berhenti menonton live streaming Chanyeol itu. Kini gue ganti pesan masuk dari Kak Juna tadi. Sewaktu baru gue buka, sayang terkejut gue ganteng lihat isi pesan itu kalau Kak Juna ajak gue nge-date hari ini.

Alhasil, gue langsung uring-uringan sambil teriak-teriak seperti orang gila. Dan teriakan gue sukses terhenti karena perhatian terihatan lebih keras dari Kak Sica di luar.

"Woi! Berisik! ”Teriak Kak Sica dari luar. Memang ya, sekencang-kencangnya gue teriak, teriakan gue bakal kalah kencangnya sama pilihan mak lampir milik Kak Sica. Sayang, cantik cantik kok waktu teriak kesannya malah buat ilfeel.

Akhirnya gue langsung diam. Gue tak berani kalau harus balas teriakan Kak Sica. Soalnya kalau gue balas, yang ada gue langsung masuk rumah sakit dan operasi telinga gara-gara nggak kuat terdengar serentetan omelannya.

Setelah gue balas pesan dari Kak Juna, gue langsung berlari ke kamar mandi untuk Membersihkan diri. Dari pagi memang gue belum mandi. Kenapa? Karena ini kebiasaan gue. Gue biasanya kalau hari libur itu bangun pagi mandi sakit. Biar lah gue jorok juga, kan ada pepatah bilang, cewe cantik jarang mandi, makanya gue nurut sama pepatah itu.

Tapi kali ini, dengan segenap hati nurani, gue jadi nggak mandi sakit hari ini. Karena gue nggak mungkin nge-date dengan Kak Juna tapi gue nggak mandi dulu?

Kali ini juga gue nggak mandi ala capung cebok lagi, gue sekarang benar-benar mandi. Pokoknya, gue mau menghabiskan satu sabun buat gosok badan gue ini biar wangi, biar Kak Juna nggak ilfeel ke gue.

***

Gue mematut bayangan diri gue di depan cermin. Setelah selesai, gue langsung melesat keluar untuk menemukan Kak Juna yang sudah menunggu di luar rumah. Gue sengaja tidak mengajak dia masuk dulu, gue takut nanti dia akan di amuk mak lampir yang ada di rumah ini. Mak lampirnya bukan ibu gue ya, ingat! Dia tak pernah peduli ke gue. Mak lampirnya itu, siapa lagi kalau bukan Kak Sica. Dia terlalu sensitif tahu gue jalan dengan pria. Dia benar-benar cukup MakAble pokoknya.

"Nunggu lama?" Tanya gue waktu gue udah memposisikan diri duduk di sebelah Kak Juna.

“Nggak kok, langsung jalan aja ya?”

Gue jawab dengan anggukan. Akhirnya Kak Juna menyebar mobilnya kemudian langsung melesat dari pekarangan rumah. Gue dan Kak Juna tidak dibilang benar-benar nge-date sih, kita hanya nongkrong-nongkrong biasa saja di cafe.

“Pesen apa?” ??Tanya Kak Juna yang kini tengah melihat menu buku.

“Samain sama Kak Jun aja.” Jawab gue. Kak Juna hanya menjawabnya dengan mengangguk pelan.

Setelah pelayan itu pergi untuk mengambil pesanan kami, gue cuma umbar dengan aplikasi Instagram di ponsel gue. Siapa yang tau hidup dari Chanyeol belum selesai, kan? Biar gue bisa lihat lagi. Masa masa depan gue sekarang sedang di depan mata, tetap saja gue tak ikhlas kalau harus tinggalkan live streaming dari Chanyeol. Kayaknya ada yang kurang gitu. Tapi, saat ini sudah buka Instagram lagi, hiduplah sudah tidak ada. Gue sedih? Jelas. Gue kan belum tuntas melihat langsung nya.

“Kenapa sih lihatin hp nya sampe cemberut gitu?” Tanya Kak Juna karena melihat raut wajah kecewa gue.

Gue menggeleng lalu langsung tersenyum, “Nggak, gak papa.” jawab gue. Gue takkan jujur kalau gue sedih gara-gara ketinggalan live streaming Chanyeol. Yang ada nanti gue di hapus dari daftar gebetan Kak Juna. Ingat kan dulu gue pernah diputusin gara-gara cemburu sama oppa Korea?

Akhirnya pesanan kami datang. Dan kami pun mulai menyantap makanan yang sudah dipesan tadi.

“Btw, kamu pacaran ya sama Devin?”

Pertanyaan Kak Juna sontak membuat gue yang tengah makan menatapnya dengan raut wajah terkejut. “Nggak Kak, kata siapa?”

“Kak Jun cuma nebak aja sih, habisnya kalian kan sering tuh keliatan bareng-bareng terus.”

“Nggak Kak, nggak!” seru gue sambil mengibaskan tangan tidak sabaran. Masa iya sih Kak Juna mendeklarasikan kalau gue pacaran sama si Vivin, nggak lah! “Aku sahabatan sama dia.”

“Masa sih? Kayanya Devin nganggep kamu lebih dari itu deh!” seru Kak Juna lagi.

“Nggak Kak, kita sahabat. Gak mungkin Devin nganggep lebih dari itu.”

“Oke.” seru Kak Juna. “Tapi, kalo seandainya Devin nganggep kamu lebih dari sekedar sahabat gimana? Kamu juga bakalan nganggep dia lebih?”

Mendengar pertanyaanya semakin membuat gue membelalak tak percaya. “Aku gak pernah punya fikiran kaya gitu Kak. Lagian itu gak mungkin terjadi.”

“Mungkin aja, di dunia ini gak ada yang gak mungkin.” seru Kak Juna lagi.

Gue menghela nafas pelan, “Aku gak akan nganggep Devin lebih dari sekedar sahabat aku Kak. Jadi, jangan bahas Devin lagi.” seru gue seolah memerintah Kak Juna untuk berhenti membahas Devin.

Gue paling tak suka jika gue tengah jalan dengan orang yang gue sayangi, terus orang itu malah bahas orang lain.

***

Selesai makan bersama Kak Juna, kita pergi ke sebuah toko buku untuk membeli buku komik pesanan ponakan Kak Juna. Gue membiarkan Kak Juna untuk memilih buku komik sendirian. Soalnya gue sendiri tidak terlalu suka komik, makanya sekarang gue lagi ada di barisan tempat buku-buku novel berada. Sekalian kan, berhubung gue lagi di toko buku, makanya gue ikut beli buku novel favorit gue juga. Hitung-hitung hemat ongkos bensin daripada harus beli sendiri nanti.

Gue sekarang tengah melihat-lihat buku novel tentang Comedy-Romance. Kebetulan gue juga tidak suka novel yang bergenre horror. Kenapa? Karena menurut gue, kisah hidup gue bahkan lebih horror dari pada cerita di novel horror tersebut.

Saat tengah asyik-asyiknya melihat novel, gue dikejutkan dengan suara seorang pria yang kini sudah berdiri di sebelah gue.

“Kebiasaan, milihnya novel Romance terus.”

Gue mendelik ke arah pria itu. Yap! Dia adalah Devino Xavier. Kenapa juga gue harus bertemu Devin disaat seperti ini. Tahu kan Devin dan teman-teman gue paling nggak suka kalau melihat gue dekat dengan Kak Juna?

“Kenapa sih lo sukanya novel yang genre kaya gitu? Biar ikutan baper pas bacanya ya?” seru Devin lagi dan gue cuma mendelik kesal ke arahnya. “Kasian banget hidup lo. Kelamaan gak ada yang baperin, makanya yang baperinnya cuma naskah novel!” serunya sambil memasang muka memelas dan geleng-geleng kepala.

Sontak tangan gue langsung memukul kepala bagian belakang Devin hingga Devin terhuyung ke depan dan refleks keningnya mengenai rak buku. Dia mengerang kesakitan sementara gue hanya menahan tawa dan siap meluncur pergi dari hadapan Devin karena takut perbuatan gue bakal dibalas lagi oleh Devin.

“Kenapa senyum-senyum gitu?” tanya Kak Juna karena sekarang gue langsung menghampiri Kak Juna yang tengah asyik memilih buku komik.

Gue menggeleng pelan, “Nggak.” jawab gue, padahal nyatanya gue tengah menahan tawa mengingat kejadian tadi bersama Devin.

“Woi Donat, kurang ajar lo! Jidat gue sakit pe’a!” teriakan Devin kini sukses menggema membuat pengunjung toko buku kini menatap Devin dengan tatapan aneh.

Gue melihat ke arah Devin yang kini tengah menghampiri gue. Tapi, dia tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika menyadari ada Kak Juna yang kini tengah berdiri di belakang gue.

Gue lirik Kak Juna sebentar lalu gue menatap Devin kembali. Entah ini perasaan gue saja atau tidak, tapi yang jelas, ada raut tidak mengenakan dari Devin saat memandang Kak Juna, begitu pun sebaliknya. Kenapa dengan mereka?

Akhirnya gue hanya berdehem sebentar untuk memecah kecanggungan yang kini tengah melanda kami.

“Oh! Lo di sini?” tanya Kak Juna pada Devin. Tapi bagi gue, itu seperti bukan pertanyaan, melainkan seperti teguran. Dapat gue lihat dari nada bicara Kak Juna yang seakan tidak senang melihat Devin di sini.

Gue lihat Devin tersenyum mengejek lalu kembali memandang Kak Juna. “Kenapa kalo gue di sini? Ini bukan termasuk wilayah bokap lo, kan?”

“Mm.. tentu saja. Kalo ini wilayah bokap, gue gak akan biarin sembarang orang buat menginjakkan kakinya di sini.” seru Kak Juna lagi.

“Gue tau, lo cuma bakalan ngijinin orang yang punya hubungan darah aja sama lo kan yang boleh menginjakkan kaki di wilayah bokap lo? Cih, nempel terus di ketek bokap!” seru Devin anarkis.

Gue melihat Kak Juna mulai terpancing log. Ini ada apa sih? Hubungan darah? Apa? Gue sama sekali tidak mengerti tentang apa yang tengah mereka bicarakan.

Akhirnya gue menghela nafas angin untuk mengalihkan Kak Juna. “Kak, udah kan nyari komiknya? Yuk pulang sekarang. ”Ajak gue sembari menarik pelan Kak Juna untuk segera menangguhi Devin.

Gue bertanya dengan mereka, mereka punya masalah apa sih hingga saling menyambung satu sama lain sampai sebegitunya? Tidak mungkin kan masalah gara-gara memperebutkan gue? Aduh! Otak gue mulai tak waras lagi. Mana mungkin mereka memperebutkan gue!

"Vin, gue duluan!" Seru gue karena tak mau terus berlama-lama dalam suasana akkward yang Kak Juna dan Devin buat saat ini.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • SusanSwansh

    Karna --> karena.

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Kreole
94      84     1     
Romance
Apa harus ada kata pisah jika itu satusatunya cara agar kau menoleh padaku Kalau begitu semoga perpisahan kita menjadi ladang subur untuk benih cinta lain bertunas
Maaf katamu? Buat apa?
663      405     0     
Short Story
“Kamu berubah. Kamu bukan Naya yang dulu.” “Saya memang bukan Naya yang dulu. KAMU YANG BUAT SAYA BERUBAH!”
Forever Love
2945      936     6     
Romance
Percayalah cinta selalu pulang pada rumahnya. Meskipun cinta itu terpisah jauh bermil-mil atau cinta itu telah terpisah lama. Percayalah CINTA akan kembali pada RUMAHNYA.
Marry Me
414      287     1     
Short Story
Sembilan tahun Cecil mencintai Prasta dalam diam. Bagaikan mimpi, hari ini Prasta berlutut di hadapannya untuk melamar ….
Havana
635      284     2     
Romance
Christine Reine hidup bersama Ayah kandung dan Ibu tirinya di New York. Hari-hari yang dilalui gadis itu sangat sulit. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Sampai suatu ketika ia menyelinap kamar kakaknya dan menemukan foto kota Havana. Chris ingin tinggal di sana. New York dan Indonesia mengecewakan dirinya.
Cinta Si Kembar
8798      1612     2     
Romance
Lala dan Lulu adalah saudara kembar yang memiliki kepribadian dan pekerjaan yang berbeda,tetapi mereka mempunyai permasalahan yang sama yaitu mereka berdua dijodohkan oleh orang tua mereka.Akankah mereka akan menyetujui perjodohan tersebut dan akankah mereka akan menyukai calon tunangan mereka.
Save Me From Myself
1716      717     1     
Romance
"Kau tidak akan pernah mengerti bagaimana rasanya menjadi aku."
Cute Monster
611      339     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Balada Cinta Balado
13924      2636     19     
Humor
"Hidup atau dilahirkan memang bukan pilihan kita, tapi dalam HIDUP KITA HARUS MEMILIKI PILIHAN". Mungkin itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupanku sekarang ini. Kehidupan yang sangat Liar Binasa menyedihkan. Aku sering dijadikan bahan bertema kehidupan oleh teman dan juga keluargaku sendiri. Aku tidak pernah menyangka rencana kehidupanku yang sudah disiapkan dengan ...
Ocha's Journey
277      227     0     
Romance
Istirahatlah jika kau lelah. Menangislah jika kau sedih. Tersenyumlah jika kau bahagia. Janganlah terlalu keras terhadap dirimu sendiri.