Dua
Sudah seminggu ini kuhabiskan waktuku untuk melatih otot-otot yabg berada di tubuhku dan alhasil kini aku bisa menggerakan anggota tubuhku walau sedikit canggung. Laki-laki itu juga selalu mengunjungiku setiap hari. Laki-laki itu juga jika datang mengunjungiku selalu memakai masker dan topi serba hitam dan jika ia berada di ruangan ia membuka makser dan topinya. Entahlah, apa alasan ia melakukan itu.
Kutatap laki-laki yang selama ini datang mengunjungiku dan merawatku tengah sibuk dengan handphonenya. Aku yakin dia juga yang membiayai perawatan rumah sakitku selama ini. Sebenarnya siapakah nama laki laki ini? Apa sebenarnya hubunganku dengan dia?
Pintu cokelat sebelah kiriku terbuka dan tampaklah seorang laki-laki berbadan gempal muncul sambil membawa paper bag. Nafasnya terengah- engah. Kurasa ia berlari menuju kearah sini/
"Ini barang lo! Jangan lupa nanti malam kita ada jadwal di "Everybody Can Sing!" ucap laki-laki berbadan gempal. Laki-laki yang tadi yang sedang sibuk memainkan handphonenya tampak mendongak dan mengambil paper bag tanpa bersuara.
"Kenzo!" teriak laki-laki berbadan gempal itu. Kenzo? Nama laki-laki itukah?
"Kenapa?" ucap Kenzo datar. Laki-laki berbadan gempal tadi mengehela napas akan paham sifat laki laki ini langsung menyerahkan paper bag itu dengan kasar. Laki laki bertubuh gempal itu keluar dengan wajah kesal. Kulihat kedua sudut Kenzo terangkat. Apa maksudnya itu?
"Namaku Rebecca, mungkin dulu aku tak paham akan sifatnya itu, tapi sekarang aku paham akan arti sifatnya itu:"
Bagus banget
Comment on chapter Prolog