Prolog
Nafasku kembali terengah-engah dan keringat mengucur deras tubuhku. Kaki ku sudah sangat lemas tetapi kupaksakan agar tetap terus berjalan. Penampilanku juga sudah sangat kacau. Kuncir rambutku kini telah lenyap sudah. Ketaksaan kini mulai merambat masuk ke dalam pikiranku.
Semua orang kini menatap heran kepadaku. Persetan bagi mereka semua! Kulanjutkan langkahku dengan perlahan-lahan. Kuangkat daguku dan kubusungkan dadaku. Renjana akan harapanku itulah menjadi prioritasku sekarang. Kulenyapkan semua pikiran yang mengangguku karena itu bukan yang kubutuhkan sekarang
Hujan menetes turun perlahan ke bumi hingga membasahi tubuhku. Sialan! Aku memekik histeris. Kepalaku terasa pusing dan berdenging ketika hendak berjalan lagi. Aku terdiam sejenak. Badanku serasa mati daya. Aku terjatuh ketanah. Hujan kini bak menarik kembali tetesannya kembali naik ke langit. Aroma petrikor tercium jelas. Pandanganku mulai mengabur dan mengangsur menjadi gelap.
Bagus banget
Comment on chapter Prolog