Loading...
Logo TinLit
Read Story - Taarufku Berujung sakinah
MENU
About Us  

Aida Safitri

Hari ini adalah hari yang benar-benar akan menjadi sejarah untukku, sejarah yang akan menjadi bukti bagaimana aku akan menjalani hidupku keesokan harinya, bersama orang yang kini akan menjadi imamku. Doaku setiap detik yang slalu kuucap Allah akan memberikan jodoh yang terbaik diantara jodoh-jodoh yang terbaik.

Kini aku telah mengenakan kebaya, wajahkupun telah dirias dan terlihat sangat berbeda dari biasanya, aku berharap auraku kini bisa terpancar, bagaimanapun juga aku sebentar lagi akan melepas masa lajangku. Terlihat disampingku bunda yang juga sedang merias diri dengan 2 orang perias yang memang khusus dipersiapkan untuk membantu. Dibawah terlihat tatanan yang sangat bisa dikatakan sempurna. Entah siapa yang meminta, yang jelas kali ini pernikahanku bernuansakan coklat susu warna yang sangat aku gemari, bahkan pakaian yang nanti malam kami kenakan disaat resepsi atau walimatul urs pun juga berwarna coklat susu.

“selamat menikah ya ounti, love you” ujar anak laki-laki yang kira-kira baru berusia 3 tahun, dia memang jarang bertemu denganku namun ia sangat begitu dekat. Ujarnya sambil memberikanku kado berwarna coklat susu dengan perpaduan pita berwarna putih.

“makasih sayang” ujarku sambil tersenyum

“ounti itu Azril beli pakek uang Azril sendiri lo ounti” ujarnya sambil memasang wajah lugunya

Azril adalah anak dari mas Fazri, ia adalah kakak kandungku, satu-satunya kakakku yang paling baik yang paling perhatian dan yang paling tersayang, jadi inget kalo dulu aku pulang main nangis, slalu mas Fazri datangin temenku sambil marah-marah “siapa yang berani bikin nangis adikku” katanya. Kalo lihat mas Fazri pada lari semua deh. Sampai suatu ketika aku gak ada yang nemenin gara-gara takut semua sama mas Fazri, jadi geli sendiri rasanya.

Bunda memang sedikit membedakanku dengan mas Fazri, bukan berarti apa. Tapi bunda tahu bahwa anak laki-laki kelak akan memikul tanggung jawab yang lebih besar dari anak perempuan, jadi bunda mengizinkan mas Fazri kuliah sampai ke negeri orang. Selain itu mas Fazri memang memiliki otak yang lebih jernih dariku jangan jangan kaget kalo kini mas Fazri menjadi salah satu dosen dikampus ternama di Perancis.

5 tahun lalu menikah, memang mas Fazri juga agak aneh, ia berhasil menyembunyikan hubungannya dengan mbk Naura, selama 6 tahun lama, hubungan LDR tak membuat kisah mereka kandas. Akhirnya pada pada 14 januari 2013 mas Fazri resmi meminang mbk Naura. Kalo diinget emang agak aneh lihat mas Fazri bisa sebegitunya memperjuangin mbk Naura yang memang hubungan mereka dulu sedikit terganjal restu orang tua mbk Naura, namun kesetiaan mbk Naura menanti mas Fazri dengan hubungan yang jarak jauh, membut mereka kini dapat disandingkan dengan ikatan suci pernikahan.

Anda waktu itu ayah tahu, mas Fazri pacaran dengan mbk Naura, entah apa yang bakal dilakukan ayah. Maklum dikeluargaku tak mengenal system pacaran yang ada hanyalah taaruf, untung saja ayah mengetahuinya setelah mereka resmi menikah bahkan setelah mas Fazri memboyong mbk Naura ke Perancis untuk menemaninya disana. Jika ayah membahas hal itu mas Fazri slalu menjawab “ayah aku juga tahu batasannya, orang aku pacaran juga jarak jauh, mana mungkin bisa melampui batas, bahkan aku juga tak bisa berduaan dengan Naura” ujar mas Fazri dengan begitu gamblang. Memang ayah slalu mengehela nafas yang sedikit agak panjang ketika harus berbicara dengan mas Fazri, maklum anak laki-laki. Namun hal ini tak membuat tawadhu’ mas Fazri kepada ayah kendor. Suatu ketika mas Fazri sedang sakit, mungkin ayah tak tahu kalo mas Fazri sedang sakit. Ayah meminta mas Fazri untuk menemaninya bermain golf, hal itu tak membuat mas Fazri berkata tidak untuknya, mas Fazri yang memang jarang dirumah, tak mau menyianyiakan waktunya bersama ayah, akhirnya mas Fazri mengiyakan, eh belum ada setengah permainan mas Fazri pingsan, kadang aku juga bingung melihat tingkah mas fazri yang kadang aneh, tapi kadang juga baik abnget kayak malaikat, disitu saya kadang merasa bingung.

“adiknya kakak udah mau nikah aja” ujar mas Fazri yang memang dari tadi melihatku dan Azril

“iyalah, orang ditinggalin aja. Gimana mau tahu kalo adeknya udah gede” ujarku sambil menggelayut ditangan mas Fazri

“itu Azri beli pakek uangnya sendiri lo” ujar mas Fazri

“makasih sayang” ujarku kepada Azril yang sedang berdiri disampingku

“sama-sama ounti, aku mau ke mami dulu ya ounti, papi” ujarnya sambil meninggalkan aku dan mas Fazri

Aku dan mas Fazri hanya memberikan senyuman kecil tanda mengiyakan apa yang dikatan anak berusia 3 tahun itu.

“Da” panggil mas Fazri

“apa mas?” jawabku

“mas mau ngomong” kata mas Fadil sambil menyeret sebuah kursi agra lebih dekat duduk denganku

“iya” jawabku singkat

“Aida ikhlas dengan pernikahan ini” tanya mas Fazri tiba-tiba

Aku tak heran jika hari ini mas Fazri bertanya hal ini padaku, jujur memang mas Fazri kurang setuju dengan adanya perjodohan ini. Namun mas fazri juga gak suka kalau ada pacaran yang dilakukan kayak anak jaman now. Bagi mas Fazri biarkan mereka yang memilih pasangannya sendiri, namun caranya sesuai dengan syariat.

Kepulangan mas Fazri ini memang disengaja untuk mendampingiku menuju pelaminan, mas Fazri yang memang baru tahu 2 minggu lalu, harus segera mengurusi izin kekampus, dan ternyata baru kemarin sore bisa datang. Tak langsung kesini karena mas Fazri tahu disini pasti repot dan kedatangan mas Fazri pasti membuat kerepotan menjadi double, mengingat mas Fazri yang baru saja menjalani perjalanan jauh tak mungkin bisa membantu, malahan jadi beban. Akhirnya mas Fazri dan mbk Naura memutuskan untuk pulang kerumah orang tua mbk Naura yang tak jauh dari sini untuk melepaskan kepenatan, dan paginya baru mas Fazri dan mbk Naura disertai Azril baru datang kesini.

“Aida ikhlas” jawabku dengan pelan

Mas Fazri memelukku dan mengecup keningku

“semoga apa yang kamu katakana tulus dari hati ya sayang, bukan hanya saja kamu ingin membahagiakan ayah dan bunda. Jika memang iya semoga apa yang kamu lakukan saat ini akan menjadi baik dikemudian harinya” ujar mas Fazri dengan bijaksana

“iya mas” jawabku singkat yang masih belum mau melepas layutanku ditangan mas Fazri

“Da pernikaha itu bukan permainan, bukan boneka yang kamu mainin kamu bawa kemana-mana, kalau kamu gak suka terus kamu buang, gak bisa sayang. Ketika nanti Adi sudah mengucapkan ijab qabulmu iya resmi menjadi imammu, itu artinya kamu harus rela mengabdikan diri sebagai makmum yang setia untuk imamnya. Surgamu bukan lagi dikaki bunda, namun dikaki suamimu. Kamu bukan lagi menjadi tanggung jawab ayah atau mas, tapi kamu sudah menjadi tanggung jawab imammu. Kamu gak bisa lagi nangis ngerengek ke mas, karena kamu sudah bukan menjadi tanggung jawab mas lagi. Kalo kamu ada masalah, kamu gak boeh lari ke mas. Karna udah ada yang mampu menampung masalahmu. Pernikahan itu bukan tentang kamu dan Adi tapi tentang keluarga kita dan keluarga Adi, kamu harus baik-baik menjaganya, terutama silaturahminya harus adil, jangan sampai kamu berat sebelah. Ingat Da ketika kamu menjadi seorang istri, lakukan semua hal yang dilakukan sewajarnya seorang istri. Taati perintah seperti mana kamu mengikuti perintah ayah dan bunda, buatlah dia bahagia seperti mana kamu slalu ingin membuat ayah dan bunda tersenyum. Jadikanlah suamimu menjadi lelaki yang paling bahagia karena mendapatkan istri sepertimu” nasihat mas Fazri yang ia katakana sambil meneteskan air mata dan mengakhirinya dengan kecupan dikeningku

Aku juga menitikkan air mata yang tiada hentinya, aku memanglah anak yang cengeng, kalo ada masalah dikit aku langsung nangis dan mas Fazrilah yang menjadi radio harianku yang slalu dengerin semua curhatanku keluh kesahku, meskipunia jauh, tapi aku tak pernah absen untuk menganggu ketenangannya ketika ketenanganku terusik, beruntung mbk Naura tahu, tak ada lagi orang yang bisa kuusik selain mas Fazri, mbk Naura juga tahu kalo aku sama mas Fazri udah kayak lem sama perangko lengket banget, bahkan meski mas Fazri kini sudah memiliki Azril kalo kita ketemu pasti berantem dan jika melihatnya, mbk Naura hanya bisa tersenyum kecil melihatnya sambil menggelengkan kepalanya.

“mungkin ini yang bisa mas katakana sebelum kamu lepas dari tangan kakak, jangan nangis hari ini hari kamu dan kamu harus seneng, hapus air matanya, dan love you Aida” ujar mas fazri sambil berlalu meninggalkanku, mungkin ia faham kalau terus bersamaku air matanya akan terus mengalir dan membuatku terus pula menitikkan air mata.

 

Suara sholawatpun telah dimainkan, hatiku seakan bergetar lebih kencang, bibirku tak bisa membunyikan apapun kecuali sholawat kepada Nabi, berharap acara hari ini lancar tanpa adanya suatu kesalahan apapun, aku duduk dikamar didampingi dengan mbk Naura, warda dan Pricil. Untuk kali ini Pricil terlihat begitu anggun, ia mengenakan hijab yang senada dengan Warda yang memang aku desain khusus untuk mereka dihari pernikahanku.

“bismillah” ujarku dalam hati, Allah tahu yang aku butuhkan, Allah tahu apa yang terbaikku untukku. Insyaallah ini akan menjadi sekali seumur hidup, dalam sejarah perjalanan pernikahanku.

“pengantin laki-lakinya sudah datang” ujar Pricil yang sedang mengintip dari atas blakon

“kamu siap-siap ya sayang” ujar mbk Naura

Aku hanya mengangguk pasti, entah apa yang terjadi dibawah. Aku memang tak diperbolehkan turun kebawah sebelum ijab dan qabul berhasil dilakukan. Genderang hatiku semakin menabuh kencang tat kala terdengar suara mas ayah yang mewakilkan pernikahanku kepada mas Fazri selaku kakak kandungku. Air mataku menetes sesekali, ditambah aku mendengar suara mas Fazri yang sedikit serak seperti menahan air mata.

Air mataku semakin bergemuruh tat kala mas Fazri mengucapkan ijab dan langsung disambar dengan cepat oleh mas Adi

“qobiltu Nikaakhahaa wa tazwiijahaa Aida Safitri binti Ahmad Farhat Hisyam bil mahri khaalan”

Sambaran yang sangat cepat oleh mas Adi menandakan aku telah menjadi milik orang lain, surgaku bukan lagi di kaki bunda namun, telah berpindah kekaki mas Fazri. Pernikahan yang memang aku niatkan untuk membuat ayah dan bunda bahagia, semoga juga akan menjadi kebahagiakan untukku.

Aku turun didampingi warda dan Prcil didepan ada mbk Naura bersama Azril sambil membawa ikatan bunga yang sangat indah. Entahlah aku tak tahu harus bagaimana aku, haruskan aku tersenyum atau aku harus bersedih. Perasaanku begitu hambar, tak bahagia seperti kelebihan gula, begitu pula tak bersedih tat kala kelebihan garam. Semua terasa pas dan tak tahu bahkan apa yang sedang aku rasakan.

Satu persatu anak tangga kuturuni, banyak teriakan yang gemuruh dari bawah yang meneriakiku, banyak yang mengatakan aku terlihat begitu cantik, dengan abaya berwarna putih aku terlihat begitu anggun. Ada yang mengatakan aku begitu elegan dengan make up yang sederhana namun terkesan mewah, aku hanya bisa membalas ucapan mereka semua dengan senyumam.

Mataku melirik tepat ditengah ruangan terlihat wajah mas Adi begitu berseri-seri, Alhamdulillah gumamku. Aku bersyukur mas Adi bahagia atas pernikahan ini, tak terlihat ada beban sedikitpun dimatanya, bahkan kini mas Adi berdiri berdekatan dengan mas Fazri yang membuat aku begitu haru. Dibelakang mereka ada mama dan papa mas Adi yang terlihat begitu bahagia, disamping mereka terlihat sumber kabahagiaanku, tersenyum bahagia sedikit air mata tertiti dimata bunda wanita yang telah mempertaruhkan nyawanya 21 tahun lalu. Namun ia slalu menyembunyikan air matanya agar tak satu orangpun tahu.

Aku bersyukur hari ini benar-benar aku bisa lepas tersenyum bahagia, boleh saja aku merasa hambar, namun kebahagiaan diruangan ini, hari ini, saat ini, detik ini. Tak akan bisa terulang dengan moment yang sedemikian rupa dapat direncanakan dan dibuat semirip mungkin.

Kini aku telah melampui anak tangga terakhir, tugasku kini menemui imamku yang telah menunggu kedatanganku beberapa saat lalu.

“assalamualaikum ya zauji” ujarnya padaku tat kala aku sampai dihadapannya

“waalikumsalam ya zaujan” jawabku

Entahlah ini apa, namun ada yang mengatakan alangkah lebih baiknya, jika setelah mengucapkan ijab qabul dan bertemu dan pengantin laki-laki hendaknya memulai pembicaraan kepada sang mempelai wanita, bertujuan agar sang mempelai wanita mampu patuh kepada sang suami

Bersyukur mas Adi melakukannya padaku, semoga dengan ini, aku benar-benar menjadi isti yang solekhah yang mampu berbakti dan patuh terhadap suami.

Setelah itu, aku menjabat tangan mas Adi, terdengar ia membacakan sebuah doa tepat diubun-ubunku, aku menangis karena aku bersyukur. Lelaki yang kini aku nikahi ia memiliki ilmu agama yang insyaallah lebih diatasku, sehingga ia kelas bisa membimbingku dan keturunkan yang insyallah akan menjadi anak yang soleh dan solekhah.

Acarapun dilanjutkan dengan sholawat Thola’al badru yang dibacakan, kini air mataku menetes bukan apa, memang disetiap acar pernikahan ketika sholawat ini dibacakan air mataku selalu menetes entah mengapa dan kini aku yang dibacakan sholawat ini sambil meminta restu dan doa kepada semua tamu yang hadir.

Langkahku terhenti sejenak ketika aku harus memisah keriduan bersama Warda dan Pricil, air mata mereka terlihat begitu penuh dimata, namun terihat mereka enggan meneteskannya karena dihari yang sangat bersejarah ini ia tak mau menangis, nafasnya kemabng kempis sambil memberikan senyuman termanisnya untuku.

Ketika berhadapan dengan mereka tanpa menunggu lama kupeluk tubuh mereka dengan erat, seakan aku ingin mengatakan good bye guys. Yang dulunya bisa setiap hari ketemu sekarang undah gak bisa. Yang biasanya malam mingguan bisa tidur dirumah salah satu dari kita, sepertinya harus absen, jalan-jalan ke mall, atau bahkan hanya sekedang  makan bakso di kantin kampuspun sepertinya aku harus absen. Tapi aku yakin mereka tahu itu, karena sekarang aku tak sendiri ada mas Adi kini yang menjadi imamku.

Kulepaskan pelukan dari mereka, karena aku tahu masih banyak tamu undangan yang belum aku salami, mereka melapaskan pelukan dariku sambil mengahapus air matanya, terlihat berat. Tapi harus, aku membalas dengan senyuman agar mereka tahu hari ini aku bahagia. Tat kala mas Adi menjumpai mereka dan menyalami mereka terdengar kata.

“titip Aida ya mas” suara Pricil terdengar sesak

“pasti” jawab mas Adi tegas

Mas Adi yang slalu berada dibelakangku membuatku aku tau apa saja yang ia bicarakan, karena dia berjalan tepat dibelkangku.

 

Aku manarik nafas panjang, tanda lega aku bersyukur hari ini berjalan dengan lancar. Tinggal malam nanti, acara resepsi digelar disebuah hotel mewah yang memang sengaja dipesen kedua orangtuaku dan mas Adi, yah mengingat aku anak bontot dan mas Adi yang memang anak laki satu-satunya membuat acara resepsi in terlihat begitu mewah dengan tamu undangan yang mencapai 1500 orang membuat malam panjangku ini akan serasa melelahkan, dimana aku harus duduk dipanggung utama, sambil memasangkan senyum termanis yang aku pasangkan. Selalu siap kapan saja tamu undangan ingin meminta foto, seakan taka da yang tahu bagaimana deritaku didepan sini, menggunakan high hills yang tinggi, mana aku harus mengenakan baju adat minangkabau dengan hiasan kepalanya yang aduhai serasa membuat kepalaku pening. Yah setidaknya dalam semalam aku bisa merasakan menjadi putri dari kerajaan Minangkabau.

Andaikan aku ditanya aku mau pernikahan yang seperti apa, aku hanya ingin menikah yang sederhana resepsi yang sederhana tak usah berlebihan seperti ini. Bagiku sebuah pernikahan yang penting sakralnya dan bukan kemewahannya. Sayang hal ini bertolak belakang dengan keinginan ayah dan papanya mas Adi yang memang berasal dari Minang. Penikahan mas  Fazri yang memang menggunakan tema modern klasik yang membuat ayah mengalah, kali ini papa tak akan mengalah lagi. Ditambah pernikahan kakaknya mas Adi yang juga menikah tidak menggunakan adat Minangkabau menjadi sasaran empuk mengapa aku dan mas Adi harus menikah menggunaka adat ini.

Acar semakin malam, namun tak ada satupun yang merasa letih, mungkin Cuma aku saja. Terlihat wajah keluargaku dan mas Adi yang masih sumringah bahakan ayah bunda dan mama papanya mas Adi tak terlihat letih, padahal mereka juga ikut mendampigiku menyalami tamu undangan, kalau kita mengundang 1500, berarti kurang lebih kita menyalami 3000 undangan. Wow dalam semalam seakan aku mencetak rekor menyalami orang terbanyak untuk diriku sendiri.

 

Acara sudah selesai aku tak mau apa lagi, selain membaringkan tubuhku kedalam kasur yang terasa begitu nikmat sekarang. Wajahku yang sudah pucat membuat mas Adi mengajakku untuk masuk kedalam kamar yang memang sudah dipesankan khusus buat kita dihotel ini.

“kamu suka?” tanya mas Adi tat kala aku melihat kamarku yang sekarang menjadi kita berwarna coklat susu

“kok jadi kolam susu mas kamarnya?” tanyaku

“entahlah karya Risda dan mbk Rifa, katanya kamu suka warna coklat susu” uajrnya sambil melepas baju yang sedari tadi terlihat begitu memberatkan tubuh mas Adi

“kok katanya, emang mas gak tahu warna kesukaanku apa?” tanyaku menyambar

Mas Adi tersenyum kecil, ia menghampiriku dan berkata

“aku tahu semuanya, aku tahu warna kesukaan kamu, makanan kesukaan kamu, minuman kesukaan kamu, lagu kesukaan kamu, film, bahkan aku tahu kartun kesukaan kamu, semuanya aku tahu” ujarnya sambil melaluiku.

Ia berlalu meninggalkanku, ada rasa sesal mengapa aku menanyakan hal itu padanya, ia melaluiku dan pergi meninggalkanku, aku deg-degan apa yang akan kita lalui mala mini, jujur aku takut. Jika harus sekang aku belum siap, lagi pula aku sekarang juga sedang kedatangan tamu. Tapi kalau mas Adi meminta apa yang aku katakana, bukankah seharusnya malam ini menjadi malam yang sangat membahagiakan bagi mas Adi, tak mungkin jika aku harus menolaknya, namun tak mungkin juga aku harus mengiyakannya. Bukankah dalam melakukannya sang suami dilarang memaksa istrinya, namun sang istri juga tak boleh menolak keinginan suaminya, bukankah sebagai seorang istri aku harus menjalankan tugas melayani suami dengan sepenuh hati. Ada rasa deg-degan melanda hatiku tak kusangka mas Adi telah selesai mandi kini ia berada disebelahku sayang aku tak melihatnya hingga ia melepaskan lamunanku.

“Da, Aida kamu ngelamun” ujarnya tat kala berada disampingku

“ehehe, enggak mas” jawabku singkat

“kok gak dilepas, ini berat lo Da. Sini aku bantu” ujar mas Adi sambil membantuku melepas satu persatu hiasan dikepalaku

Kali ini aku benar-benar menjadi seorang ratu, entah mengapa melihat mas Adi dengan telatennya melepaskan satu persatu hiasan kepalaku membuat aku menjadi tersipu malu, masih ada rupanya lelaki seperti mas Adi yang baik, dan yang alhamdulillahnya kini ia menjadi suamiku, tak aka nada lagi wanita yang bisa merebutnya dari genggamanku.

“Da, Aida kenapa. Kok kamu senyum-senyum sendiri” ujar mas Adi yang mungkin melihatku sedang senyum-senyum sendiri. Dan kali ini memang lamunanku, ah kok jadi mikirin mas Adi sih gumamku dalam hati

“enggak kok mas, gak papa” ujarku sambil tersipu malu

“aku kamu letih, kamu bersih-bersih setelah itu tidur. Aku tahu kamu letih sekalikan, wajah kamu begitu pucat”

“iya mas” jawabku singkat

Aku berlalu kekamar mandi, aku membersihkan mukaku dengan apapun yang ada. Dengan semangat aku membersihkan setiap make up yang menempel diwajahku, tat kala aku menyisir rambutku dikamar. Ada rasa sesak dihatiku, bagaimana caraku keluar kamar. Tanya tanya besar aku lesatkan, bagaimana tidak akankah aku harus melepas hijabku, ataukah tetap menggunakannya. Setidaknya aku yakin dengan apa yang aku lakukan. Sungguh aku merasa tak karuan iya enggak, enggak iya. Sudah hampir satu jam aku berada dikamar mandi, untuk memikirkan lepas atau tidak. Tat kala aku mengiyakan pernikah dengan mas Adi, aku sudah mehyiapkan semuanya menta jawaban terutama tat kala aku harus dihadapkan dengan mertua, dan kali ini aku meluapakn satu hal yang belum aku siapkan, bukankah ini yang paling penting. Ah entahlah, dan kali ini aku benar-benar merasa bingung. Keluar atau tidak, jika enggak pasti mas Adi menunggu dan berfikir yang tidak-tidak. Bismillah aku mantapkan langkahku kukenakan hijabku, masalah nanti fikir disana aja, yang penting aku nyaman untuk saat ini.

“lama banget da kamu dikamar mandinya kenapa?” tanyanya

“enggak mas, enggak. Mas Adi belum tidur” tanyaku sedikit terbata-bata

“ya masak aku gak nungguin kamu sih Da”

Pernyataan yang sontak membuatku ragu untuk duduk dikasur itu, wajah mas Adi berseri seakan menandakan sesuatu aku mengeruncitkan alisku, perlahan aku berjalan menuju sudut kiri kasur, berharap tak akan sesuatu yang menyambarku kali ini. Wajahku sedikit pucat, bahkan aku ragu untuk merebahkan badanku dikasur yang terlihat begitu nyaman ini, tapi sayang mungkin malamku tak nyenyak ada mas Adi, pasti aku akan tidur dihantui rasa was-was.

“kalau kamu mau tidur, tidur aja duluan. Wajah kamu pucat banget” ujar mas Adi

“mas Adi gak ikut tidur juga?” tanyaku dengan sedikit berhati-hati.

“kamu tidur duluan, mas lagi ngurus sesuati nih” ujar mas Adi sambil memegang beberapa berkas yang terlihat begitu penting, ditambah tablet yang berada digenggamannya menandakan iya begitu sibuk. Aku tak tahu dan aku juga tak pernah tanya apa pekerjaan mas Adi yang aku tahu ia sudah bekerja diperusahaan dan sebagai pegawai tetap, masalah jabatan dan yang lainnya aku tak pernah tanya, tapi mengapa bosnya mas Adi masih saja memberikan pekerjaan kepada mas Adi meskipun iya baru saja menikah, ah entahlah setidaknya, aku bisa sedikit memejamkan mata hari ini.

 

Mataku terbuka lebar, seakan ada yang salah mengenai prediksiku semalam, bukannya aku tak bisa tidur lelap, eh malah kesiangan, entah jam berapa ini, yang jelas matahari sudah menyoroti sinarnya dari luar jendela, syukur ada yang berbaik hati menutupkan jendela kamarku.

Aku tersontak tat kala sadar bahwa kini aku tak tidur sendiri, mas Adi sudah tak berada disampingku dengan muka yang masih acak-acakkan aku melihat jam disebelah kasur, jam 7 gerutuku dalam hati, aku melihat disebelah kana nada sebuah nampan yang berisi makanan ada tulisan, “good morning sayang”. Hatiku beregmuruh dari siapa ini, mas Adi mungkin tada tany besar.

Tiba-tiba lelaki berbadan tegap adri balik pintu menemuiku, terlihat wajahnya yang begitu fresh mungkin ia sudah mandi.

“mas Adi yang nyiapin ini” tanyaku dengan mata yang sedikit sembab karna tidur malam

“iya, Kamu makan ya” ujarnya sambil membuka jendela tepat dihadapanku, silau matahari menyilau mataku, menandakan matahari benar-benar sudah terbit.

“mas Adi gak makan?” tanyaku

“udah tadi dibawah” jawabnya singkat

“jadi mas Adi makan dibawah dan eggak ngebangunin aku, mas kalo orang tuanya mas tahu mau ditaruh dimana mukaku” ujarku

Mas Adi tersenyum sambil menghampiriku, ia mengelus kepalaku sambil berkata

“mereka sudah tahu kali Da, orang tadi kita makan dibawah rame-rame bareng ayah bunda mama papa juga” jawab mas Adi

“kok akunya ditinggal sih mas, jahat banget” ujarku sambil menyaplok sepotong roti

“aku tahu kamu capek, kita semuanya juga tau kamu letih. Lagian kamukan kedatangan tamu, kenapa kamu harus bangun pagi. Aku juga sengaja gak baru bukak gordennya sekarang. Supaya kamu bisa tidur lebih nyenyak” ujar mas Adi

“tapikan mas, seharusnya aku yang nyiapain makanan buat mas. Bukan sebaliknya” tambahku

“aku menikahi kamu untuk kujadikan istri, bukan pembantu aku. Selagi aku bisa kenapa aku harus meminta bantuanmu, sudahlah kamu mandi beres-beres dan kita turun ya” ujar mas Adi

Kali ini perkataan mas Adi benar-benar membuatku tenang, mungkin ini salah satu alesan ayah bunda memilih mas Adi untukku, iya orang yang baik. Entah mengapa dan bagaimana, tiba-tiba aku nyaman dengannya, dengan orang yang pernah kuragukan sebelumnya. Apakah ini yang dinamakan cinta setelah pernikahan, semoga. Aku hanya berdoa kepada Allah, agar menumbuhkan benih-benih cinta yang akan menjadikan sakinah, mawaddan dan warohmah dalam rumah tanggaku.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Lavioster
4043      1133     3     
Fantasy
Semua kata dalam cerita dongeng pengiring tidurmu menjadi sebuah masa depan
Sendiri
459      304     1     
Short Story
Sendiri itu menyenangkan
Reminisensi Senja Milik Aziza
908      485     1     
Romance
Ketika cinta yang diharapkan Aziza datang menyapa, ternyata bukan hanya bahagia saja yang mengiringinya. Melainkan ada sedih di baliknya, air mata di sela tawanya. Lantas, berada di antara dua rasa itu, akankah Aziza bertahan menikmati cintanya di penghujung senja? Atau memutuskan untuk mencari cinta di senja yang lainnya?
Meet Mettasha
259      208     1     
Romance
Mettasha Sharmila, seorang gadis berusia 25 tahun yang sangat senang mengkoleksi deretan sepatu berhak tinggi, mulai dari merek terkenal seperti Christian Loubotin dan Jimmy Choo, hingga deretan sepatu-sepatu cantik hasil buruannya di bazar diskon di Mall dengan Shabina Arundati. Tidak lupa juga deretan botol parfum yang menghiasi meja rias di dalam kamar Metta. Tentunya, deretan sepatu-sepat...
No, not love but because of love
3527      778     2     
Romance
"No, not love but because of love" said a girl, the young man in front of the girl was confused "You don't understand huh?" asked the girl. the young man nodded slowly The girl sighed roughly "Never mind, goodbye" said the girl then left "Wait!" prevent the young man while pulling the girl's hand "Sorry .." said the girl brushed aside the you...
Princess Harzel
17051      2512     12     
Romance
Revandira Papinka, lelaki sarkastis campuran Indonesia-Inggris memutuskan untuk pergi dari rumah karena terlampau membenci Ibunya, yang baginya adalah biang masalah. Di kehidupan barunya, ia menemukan Princess Harzel, gadis manis dan periang, yang telah membuat hatinya berdebar untuk pertama kali. Teror demi teror murahan yang menimpa gadis itu membuat intensitas kedekatan mereka semakin bertamba...
November Night
385      276     3     
Fantasy
Aku ingin hidup seperti manusia biasa. Aku sudah berjuang sampai di titik ini. Aku bahkan menjauh darimu, dan semua yang kusayangi, hanya demi mencapai impianku yang sangat tidak mungkin ini. Tapi, mengapa? Sepertinya tuhan tidak mengijinkanku untuk hidup seperti ini.
Tentang Kita
1952      834     1     
Romance
Semula aku tak akan perna menduga bermimpi pun tidak jika aku akan bertunangan dengan Ari dika peratama sang artis terkenal yang kini wara-wiri di layar kaca.
RAHASIA TONI
40959      5364     62     
Romance
Kinanti jatuh cinta pada lelaki penuh pesona bernama Toni. Bukan hanya pesona, dia juga memiliki rahasia. Tentang hidupnya dan juga sosok yang selalu setia menemaninya. Ketika rahasia itu terbongkar, Kinanti justru harus merasakan perihnya mencintai hampir sepanjang hidupnya.
Kinanti
1635      730     1     
Romance
Karena hidup tentang menghargai yang kamu miliki dan mendoakan yang terbaik untuk masa nanti.