Loading...
Logo TinLit
Read Story - NYUNGSEP
MENU
About Us  

TERIMA DIKASIH

 

“Eh, ngapain ada Alien disini?” Ibray yang menatap sebal ke arah Bintang.

“Lo itu ya, masih baik gue mau nengokin lo,” ucap Bintang kesal.

“Udah jangan berantem, heran deh gue sama kalian berdua, akur sebentar emang nggak bisa?” Reno bergantian menatap Ibray dan Bintang.

“Nggak,” ucap Ibray dan Bintang bersamaan.

Tobi terkekekh. “Udah lah Ren, mereka emang nggak akan pernah bisa akur.”

Reno menghela nafas. “Gimana keadaan lo udah enakan?”

“Ck, mau pulang tapi belom boleh, tersiksa gue disini.”

“Salah lo sendiri, kalo nggak bisa balapan yang jangan ikut balapan,” celetuk Bintang. Membuat Ibray kembali kesal.

“Heh, gue semalem itu cuma lagi apes aja.”

Bintang mengendikkan bahu. Membuat Ibray melotot ke arahnya.

Kalau keadaanya begini memang susah buat mereka untuk akur kembali pikir Reno.

“Bawa pacar lo pulang deh Ren, bikin emosi aja, yang ada ntar gue malah terkena penyakit darah tinggi.”

Reno terkekeh.

Bintang cemberut. “Ditengokin malah ngusir,” ucapnya kesal. “Kita pulang aja yuk, Kak,” ajaknya pada Reno.

Reno mengangguk. “Kita pulang dulu Bray. Eh kalian juga pulang sekarang atau entar?”  tanya nya pada Tobi dan Siti yang malah asik pacaran di sofa yang ada di ruang itu.

“Sekarang, mau nganterin Siti, tapi ntar gue balik lagi deh, kasihan Bos Ibray yang sekarat sendirian.”

Gurauan Tobi membuat Ibray menatapnya tajam, tidak terima di katain sekarat.

***

Ini hari pertama Ibray masuk sekolah setelah kecelakaan itu. Sebenarnya badannya masih terasa sakit, tetapi dia memaksakan berangkat daripada mati dirumah karena merasa bosan. Hari ini dia dijemput Reno yang bisa disebut menjadi supir dadakan karena Tobi juga meminta Reno untuk menjemputnya.

“Lo kenapa Bray?” tanya Tobi saat mereka turun dari mobil Reno.

Ibray sibuk mengamati dirinya sendiri. “Kok gue ngerasa kayak mumi ya?” Ibray merasa ngeri sendiri karena berasa kayak mumi, padahal bukan sekujur tubuhnya yang diperban, hanya sedikit di beberapa bagian tangan dan kakinya saja

Tobi dan Reno tertawa. Berjalan mendahului Ibray menuju kelas.

“Heh kalian, tungguin gue!” Ibray berjalan cepat menyusul dengan kaki yang masih sedikit pincang.

Tobi dan Reno mengabaikannya.

***

Jam pelajaran terakhir membuat Ibray mengantuk, bosan dengan penjelasan materi dari Pak Cecep.

“Pak Cecep saya izin ke UKS ya,” ucap Ibray tiba-tiba.

“Tidak boleh, ada-ada saja kamu ini,” ucap Pak Cecep galak.

“Yah, Pak ... saya kan masih sakit, jadi boleh dong kalo izin ke UKS ....”

“Halah alesan saja kamu, paling juga mau tidur.”

“Ck,” decak Ibray sebal. Benar-benar mengantuk dia sekarang, penjelasan materi dari Pak Cecep sama sekali tidak masuk ke otaknya jadi percuma saja jika dia memaksakan untuk mendengarkan. Tidur di kelas pun dia tidak nyaman, punggungnya terasa sakit bila dia membungkukkan badan untuk meletakkan kepalanya dimeja.

“Udah sini tidur di pundak gue aja Bos,” ucap Tobi sambil menepuk pundaknya.

Ibray menatapnya jijik.

***

“Bintang, kalo pulangnya bareng-bareng sama Ibray sama Tobi nggak apa-apa kan?” tanya Reno. Mereka sekarang berjalan menuju ke parkiran.

“Hah? Bareng Ibray ya? Mending aku naik angkot aja deh, Kak.”

“Eh jangan, entar gue bilangin ke Ibray deh biar nggak cari gara-gara,” tolak Reno. “Eh lha Siti mana?”

“Dia pulang telat, ada ekskul.”

Reno mengangguk.

Disamping mobil Reno yang berada di parkiran, sudah ada Ibray dan Tobi yang menunggu disana.

“Lama bener, pasti si Alien ini nih yang bikin lelet,” ucap Ibray, memandang kesal ke arah Bintang.

Bintang tak terima, hendak memaki Ibray tetapi tak jadi karena Reno sudah terlebih dahulu berucap, “Sudah-sudah, bikin ulah gue tinggal ntar lo Bray.”

“Loh, kok gue?” ucap Ibray tak terima.

Reno menyuruh Bintang masuk, mengabaikan Ibray.

Bintang melirik Ibray yang duduk di jok belakang lewat kaca sepion. Rasanya Bintang ingin tertawa melihat Ibray yang terlihat mengenaskan dengan beberapa perban di tubuhnya.

Ibray menyadari itu. “Apa lo lihat-lihat?” tanyanya galak.

“Siapa yang ngelihatin elo?” jawab Bintang santai.

“Lha tadi?”

“Itu gue nggak sengaja melirik ke sepion, kok tampaknya seperti ada mumi dibelakang gue,” ucap Bintang sambil menahan tawa. Sedangkan Reno dan Tobi malah sudah terpingkal-pingkal.

“Apa lo bilang?”

Bintang mengendikkan bahu yang membuat Ibray semakin tambah kesal. Di jambaknya rambut Bintang.

“Aw ... sakit.” Bintang menoleh ke belakang, menatap Ibray kesal.

“Apa lo?”

“Kalian ini so sweet bener, gue sampe-sampe merasa cemburu loh,” celetuk Reno lalu terkekeh.

“Gue juga jadi ngiri, mana Siti nggak ada lagi,” ucap Tobi.

“Apaan sih? Aneh bener kalian berdua. Eh lo juga tambah aneh Ren, atau mungkin sedang nggak waras, kok bisa ya suka sama Alien jelek ini?” Ibray menjitak kepala Bintang.

“Aw! Sakit tau.” Bintang kembali mengaduh, kemudian menoleh ke belakang. “Apa-apaan lo ngata-ngatain gue jelek? Yang ada lo nya itu yang jelek pake banget, kayak mumi, nggak laku pula.”

Ibray melotot.

Reno sembari tertawa bersama Tobi menyaksikan pertengkaran konyol antara Bintang dan Ibray yang malah semakin menjadi-jadi, saling mengatai. Hingga akhirnya,

“Udah-udah capek gue ngeliat kalian berantem. Sekarang diem, duduk manis, kita pulang.” Reno memacu mobilnya keluar dari parkiran sekolah.

***

Hari ini begitu melelahkan bagi Bintang, pusing dengan banyak tugas. Ditambah pula dengan kejadian saat satu mobil bersama Ibray, membuat sebal saja. Mana mau Bintang bersikap baik padanya jika Ibraynya sendiri saja seperti itu.

Bintang membaringkan badannya di atas kasur. Melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku kemudian mengipas-ngipas wajahnya yang berkeringat, siang ini udaranya terasa panas sekali. Perlahan rasa kantuk mulai berdatangan. Bintang menutup mata. Namun suara ponsel yang berdering menghambatnya untuk terlelap.

Reno ternyata.

“Iya kak, ada apa?

“Nanti sore kamu sibuk nggak? Mau aku ajak kerumah Ibray kalau kamu nggak sibuk.”

“Hah ? Mau ngapain Kak kerumahnya Ibray?” yang Bintang tak mengerti.

“Temenin aku ya, mau ngerjain tugas kelompok bareng dia.”

“Harus aku temenin ya, kak?”

“Iya, soalnya kalo cuma berdua dengan Ibray itu yang ada nggak jadi ngerjain tugas malahan main PS. Kalo ada kamu kan ada yang ngingetin entar.”

“Lalu kak Tobi nggak ikut?”

Reno tahu jika Bintang ingin menolak. “Nggak, dia ada urusan katanya.”

“Ya udah deh aku temenin,” ucap Bintang pasrah. Tak enak juga menolak Reno.

“Nah gitu dong, makasih ya pacar aku yang cantik.”

Pipi Bintang bersemu merah. Tertawa pelan kemudian. “Iya.”

“Sampe bertemu nanti sore.”

“Iya ....”

Reno memutus sambungan teleponnya.

Sebenarnya ada suatu misi yang menjadi alasan Reno mengajak Bintang ke rumah Ibray, tidak untuk mengerjakan tugas. Sebenarnya juga, Tobi yang tidak bisa ikut itu hanya alasan Reno belaka, karena jika Reno mengajak Tobi juga urusannya nanti akan menjadi rumit.

***

“Lo ngapain ngajak Alien sih Ren?” ucap Ibray kesal. Dia sedang duduk diruang tamu, sibuk mengganti perban-perban di tubuhnya.

Tuh kan bener Ibray menyebalkan, batin Bintang. Jika bukan karena Reno yang meminta Bintang untuk menemani, Bintang mah ogah bener ke rumah Ibray.

“Ck, udah lah, biar nanti ada yang ngingetin gue kalo nanti tergoda sama godaan lo buat main PS bukannya ngerjain tugas,” jelas Reno.

“Ck, alesan. Sini lo bantuin gue dulu benerin perban, ribet banget nih.”

“Mana bisa gue, eh, Bintang kamu kan anak P3K kan?”

Bintang mengangguk

“Pasti tau dong tentang masalah ganti perban? Kalo gitu kamu aja ya yang bantuin Ibray ...” pinta Reno. Sebenarnya dia sendiri tak enak tadi meminta Bintang ini itu,tapi mau gimana lagi.

Bintang menatap Ibray yang juga sedang menatapnya dengan kedua alis terangkat. “Pasti menolak nih anak,” bantin Bintang.

“Ya udah cepetan sini ganti perban gue.” Ibray menyodorkan kakinya kepada Bintang. Bintang menatapnya terheran-heran karena Ibray tak menolak.

“Cepetan!”

Bintang bersungut-sungut mendekat, duduk di sofa sebelah Ibray. Sedangkan Reno malah berjalan menuju dapur Ibray, mengambil minuman dingin dari kulkas. Salah siapa, tamu kok nggak diberi minum, ya sudah dia ambil sendiri.

Bintang melepas perban satu persatu secara perlahan. Mengganti satu persatu perban yang terbalut di lengan dan kaki Ibray.

“Pelan-pelan, sakit,” ucap Ibray.

“Ini udah pelan,” ucap Bintang kesal. Perasaan dia sudah perlahan sekali melakukannya.

Reno kembali dari dapur dengan segelas jus jeruk dengan ponsel yang menempel ditelinga.

“Iya, aku pulang sekarang,” ucap Reno pada orang yang berada di seberang. Lalu memutus sambungan.

Kata Reno telepon tadi dari ibunya yang menyuruh untuk cepat pulang, sangat penting katanya.

Bintang segera bangkit dari duduknya. Senang karena akan pulang dan terbebas dari pekerjaan mengurusi luka-luka Ibray. Namun dia justru menyenggol luka di tangan Ibray.

“Wadoh ... sakit!” seru Ibray kesakitan.

“Eh, iya-iya maaf, nggak sengaja juga gue nyenggol luka lo”.

“Eh Bintang, kamu disini dulu saja ya, kasihan kan Ibray, gantiin perbannya juga belum selesai. Maaf ya aku tinggalin kamu, aku harus segera pulang, penting banget soalnya,” Reno menatap Bintang  tak enak.

Bintang menghela nafas, mengangguk.

“Pulang dulu Bray.”

“Lha tugas kelompok kita bagaimana? Gue nggak mau ngerjain sendiri ya.”

“Ntar gue aja yang ngerjain” jawab Reno lalu segera meluncur pulang, meninggalkan Bintang berdua dengan Ibray.

Bintang kembali duduk. Jika bukan karena ada sedikit rasa menyebalkan yaitu merasa kasihan dengan Ibray yang merupakan mantan sahabatnya, Bintang mah sudah berlari pulang. Hingga beberapa saat tak ada satu pun diantara mereka berucap. Bintang yang hanya diam sembari fokus mengganti perban Ibray satu persatu. Suasana menjadi canggung. “Yang bener saja nih kak Reno, masa ninggalin pacarnya sendiri berduaan dengan cowok lain, kalo Ibray macam-macam gimana coba,” batin Bintang.

Ibray berdehem.

“Apa?” tanya Bintang.

“Apa?” Ibray balas bertanya.

Bintang menghela nafas kesal. Lalu kembali fokus dengan luka Ibray.

“Makasih,” ucap Ibray pelan, nyaris seperti berbisik hingga Bintang memintanya untuk mengulang.

“MAKASIH!” ucap Ibray keras-keras hingga membuat tawa Bintang meledak.

“Kok malah ketawa?” tanya Ibray tak mengerti.

“Bisa juga lo bilang makasih,” jawab Bintang setelah tawanya berhenti.

Ibray menatapnya sebal. Memincingkan mata, mencondongkan badannya, mendekatkan kepalanya ke Bintang hingga membuat Bintang refleks menarik kepalanya ke belakang karena jarak mereka begitu dekat. Nafas Ibray terasa hangat diwajah Bintang.

“Ma ... mau ngapain lo?” tanya Bintang patah-patah, jantungnya berdegup cepat.

“Lo itu bener-bener nyebelin ya,” ucap Ibray kemudian.

 Terdengar suara ketokan pintu. Bi Ipeh ternyata. Ibray menarik kepalanya yang tadi berdekatan dengan Bintang. Bintang menghembuskan nafas lega.

“Bi Ipeh darimana? Tanya Bintang.

“Dari rumah saudara bibi, ada sedikit urusan. Tumben Nak Bintang kemari?”

“Iya Bi, terpaksa,” jawab Bintang sambil melirik sebal ke arah Ibray.

“Eh?” tanya Bi Ipeh tak mengerti.

“Udah Bibi istirahat aja dulu, pasti capek kan?”

“Iya den, bibi ke kamar dulu.”

Ibray mengangguk.

“Eh, bukan gue loh ya yang nyuruh lo kesini, tapi mau lo sendiri.”

“Maunya kak Reno bukan mau gue.”

“Terus kenapa lo nggak nolak? Mau aja disuruh-suruh dia, bego lo,”

“Ya ... gue nggak enak aja kalo nolak.”

“Lo itu pacarnya atau pembantunya?”

Bintang terdiam.

“Ck,” decak Ibray. “Udah cepet selesain kerjaan lo kalo nggak pengen lama-lama disini sama gue.”

***

“Bintang, gue nggak ngerti, gue suka sama kak Reno, gue pacaran sama dia, tapi rasanya itu seperti berbeda, berbeda ketika gue menyukai Ibray dulu,” batin Bintang. Dia sedang bersandar didekat balkon kamarnya, menatap ribuan bintang yang bersinar kerlap-kerlip, indah diatas sana.

“Bintang? Kok belum tidur?” tanya Mama Bintang yang sudah berdiri dibelakang Bintang. Tadi ia melihat lampu kamar Bintang masih menyala terang, jadi memutuskan untuk kemari untuk melihat siapa tahu Bintang lupa mematikannya karena ketiduran.

Bintang terkejut. “Eh Mama.”

“Ngapain nggak tidur Bin?”

“Belom bisa tidur.”

Mama Bintang berjalan mendekat, berdiri disebelah Bintang. “Kayaknya anak mama ini sedang ada masalah ya? Cerita dong sama mama.”

“Ma, salah nggak sih kalo Bintang benci sama Ibray?”

“Hah? Yang benar saja kamu?”

Bintang menceritakan semua yang terjadi antara dirinya dan Ibray sejak dia kembali ke kota ini, Ibray yang menjadi berandal, keras dan semena-mena terhadapnya.

“Sepertinya perceraian antara orang tuanya itu yang membuat dia bandel seperti sekarang Bintang, dia merasa tertekan dengan kejadian itu hingga melampiaskannya dengan caranya sendiri. Tapi, soal dia yang kesal sekali dengan kamu itu sepertinya mungkin ada kesalah pahaman,” ucap Mama Bintang kemudian setelah mendengar semua cerita Bintang.

“Bintang rasa juga seperti itu Ma, tapi Ibray nggak mau jelasin ....”

“Mungkin kamu punya salah ke dia sebelum kita pindah dulu?”

Bintang menggeleng. “Bintang nggak tahu,”

“Kamu sudah coba minta maaf ke dia?”

“Ha? Lah kan aku nggak tahu apa salahku, kok harus minta maaf?”

“Bintang, lebih baik itu kamu minta maaf walaupun tidak tahu apa kesalahan kamu, Nak. Mama yakin Ibray mau memaafkan jika kamu meminta, percaya deh sama mama”.

“Tapi kan Ma_“

“Menurut mama kamu nggak seharusnya juga ikut kesal ke dia. Kamu juga harus sabar, jangan hadapi kebencian dengan kebencian, itu tidak akan menyelesaikan masalah Nak, yang ada justru akan semakin memperparah keadaan.”

“Tapi dia semakin menjadi-jadi kalau tidak dilawan, Ma. Lagipula semua kesabaran Bintang buat ngehadepin dia, baik-baikin dia sewaktu Bintang kelas sepuluh itu tidak merubah apapun, jadi percuma saja,” jelas Bintang.

“Mungkin jika kamu mau bersabar sedikit lagi pasti ceritanya akan berbeda.”

“Tapi_“

“Sudah sekarang tidur dan jangan lupa segeralah mencoba meminta maaf padanya, dalam hal ini mama rasa kamu yang memiliki kesalahan, bukannya mama nyalahin kamu loh ya,” potong Mama Bintang kembali.

Bintang terdiam. Mamanya pergi setelah sebelumnya mengusap rambut Bintang.

“Kalo gue minta maaf yang ada Ibray nggak maafin malah justru menertawai gue,” gumam Bintang lalu berjalan menuju ranjang dan memutuskan untuk tidur.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 1 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Secret Love Story (Complete)
11504      1676     2     
Romance
Setiap gadis berharap kisah cinta yang romantis Dimana seorang pangeran tampan datang dalam hidupnya Dan membuatnya jatuh cinta seketika Berharap bahwa dirinya akan menjadi seperti cinderella Yang akan hidup bahagia bersama dengan pangerannya Itu kisah cinta yang terlalu sempurna Pernah aku menginginkannya Namun sesuatu yang seperti itu jauh dari jangkauanku Bukan karena t...
Phased
6327      1841     8     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...
Koma
19748      3586     5     
Romance
Sello berpikir bisa menaklukkan Vanda. Nyatanya, hal itu sama halnya menaklukkan gunung tinggi dengan medan yang berbahaya. Tidak hanya sulit,Vanda terang-terangan menolaknya. Di sisi lain, Lara, gadis objek perundungan Sello, diam-diam memendam perasaan padanya. Namun mengungkapkan perasaan pada Sello sama saja dengan bunuh diri. Lantas ia pun memanfaatkan rencana Sello yang tak masuk akal untuk...
ONE SIDED LOVE
1557      689     10     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...
Blue Rose
301      249     1     
Romance
Selly Anandita mengambil resiko terlalu besar dengan mencintai Rey Atmaja. Faktanya jalinan kasih tidak bisa bertahan di atas pondasi kebohongan. "Mungkin selamanya kamu akan menganggapku buruk. Menjadi orang yang tak pantas kamu kenang. Tapi rasaku tak pernah berbohong." -Selly Anandita "Kamu seperti mawar biru, terlalu banyak menyimpan misteri. Nyatanya mendapatkan membuat ...
When the Winter Comes
61456      8305     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
My world is full wounds
495      352     1     
Short Story
Cerita yang mengisahkan seorang gadis cantik yang harus ikhlas menerima kenyataan bahwa kakinya didiagnosa lumpuh total yang membuatnya harus duduk di kursi roda selamanya. Ia juga ditinggalkan oleh Ayahnya untuk selamanya. Hidup serba berkecukupan namun tidak membuatnya bahagia sama sekali karena justru satu satunya orang yang ia miliki sibuk dengan dunia bisnisnya. Seorang gadis cantik yang hid...
Sejauh Matahari
570      354     2     
Fan Fiction
Kesedihannya seperti tak pernah berujung. Setelah ayahnya meninggal dunia, teman dekatnya yang tiba-tiba menjauh, dan keinginan untuk masuk universitas impiannya tak kunjung terwujud. Akankah Rima menemukan kebahagiaannya setelah melalui proses hidup yang tak mudah ini? Happy Reading! :)
BlueBerry Froze
3436      1071     1     
Romance
Hari-hari kulalui hanya dengan menemaninya agar ia bisa bersatu dengan cintanya. Satu-satunya manusia yang paling baik dan peka, dan paling senang membolak-balikkan hatiku. Tapi merupakan manusia paling bodoh karena dia gatau siapa kecengan aku? Aku harus apa? . . . . Tapi semua berubah seketika, saat Madam Eleval memberiku sebotol minuman.
CATATAN DR JAMES BONUCINNI
3235      1036     2     
Mystery
"aku ingin menawarkan kerja sama denganmu." Saat itu Aku tidak mengerti sama sekali kemana arah pembicaraannya. "apa maksudmu?" "kau adalah pakar racun. Hampir semua racun di dunia ini kau ketahui." "lalu?" "apa kau mempunyai racun yang bisa membunuh dalam kurun waktu kurang dari 3 jam?" kemudian nada suaranya menjadi pelan tapi san...