Malam hari itu gandi dan risa sampai disebuah rumah besar yang berada di kompleks perumahan elit. gandi membalikan badannya ke arah risa dan dengan nada suara datar "selamat datang di rumahku yang besar dan membosankan ini.", risa terlihat sangat kagum matanya terbelalak melihat rumah tempat tinggal gandi itu. "ayo masuk.." ajak gandi, mereka pun memasuki pintu gerbang depan rumah itu, bersamaan dengan masuknya mereka pintu rumah itu terbuka. terlihat seorang wanita dewasa cantik sebari menangis berlari ke arah gandi dan langsung memeluknya. "bodoh! kalau kau akan pulang telat bilang donk! aku dengar katanya kau berhadapan dengan anggota tetua topeng bayangan tadi siang kan!?" wanita itu terlihat marah, tapi disisi lain juga khawatir seperti seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya.
Wanita itu tidak lain adalah ayu adik dari ibu kandung gandi, seketika ayu melirik kearah risa dengan tatapan aneh. "disana ada seseorang ya?" ayu bertanya pada gandi sambil menunjuk kearah risa. "ah iya, aku sampai lupa risa perlihatkan wujudmu padanya. dia ini adalah satu-satunya orang yang bisa ku anggap sebagai orang tuaku." gandi meminta risa menampakan wujudnya. meski ayu adalah adik dari alisa ibu kandungi gandi, tapi dia tidak memiliki kekuatan spiritual yang besar sehingga ayu tidak bisa menjadi ahli spiritual. ayu hanya memiliki kepekaan terhadap hal-hal gaib, ditambah lagi indra keenamnya hanya berguna untuk merasakan bahaya atau keberadaan makhluk gaib. perlahan wujud risa mulai terlihat oleh ayu, mulai dari ujung kepala sampai akhirnya ujung kaki. ayu sangat terkejut baru kali ini dia melihat sesosok gadis secantik itu, kecantiknya bahkan mengimbangi kakak kandungnya alisa.
"cantiknya..." secara refleks ayu berkata seperti itu setelah melihat keseluruhan wujud risa. "cantiknya! imut juga!" tiba-tiba ayu memeluk risa dan menggesekan pipinya dengan pipi risa. "gandi dari mana kamu dapet gadis secantik ini? jangan bilang kau menculiknya!?" sambung ayu sambil menatap curiga pada gandi. "ah tidak begitu kok, aku disuruh ketua zaenal untuk membawanya pulang." dengan agak panik gandi menjelaskan situasinya pada ayu. "mmmm..." ayu yang masih curiga terus menatap gandi, "yah sudahlah, jika itu perintah si tua zaenal apa boleh buat. kamu boleh tinggal disini selama yang kau mau." ujar ayu yang terus memeluk risa dengan gemas. risa hanya menanggapinya dengan senyuman kaku, dia memaklumi sifat ayu yang seperti itu. "tapi! kamu harus tidur di kamar tamu oke. oh iya namamu tadi risa kan? ayo kita masuk ke dalam risa." ayu melepaskan pelukannya dan menunjuk kearah gandi, seolah memperingatkan agar tidak berpikir mereka akan sekamar dirumah ini. ayu pun menarik lengan risa masuk kedalam rumah di ikuti oleh gandi.
Malam itu pun berakhir dengan penuh keceriaan, ayu terus menerus mengajak risa melakukan banyak hal. mulai dari memasak, mencuci piring, mandi, sampai makan bersama dengan gandi dan ayu, lalu malam itu pun berakhir. jam dinding di kamar tempat risa tidur menunjukan pukul 00.00 tengah malam, risa pun bangkit dari tempat tidurnya dan pergi menuju kamar gandi. "masuklah." ucap gandi merasakan hawa keberadaan risa didepan pintu kamarnya. risa membuka pintu kamar yang tidak terkunci itu, saat masuk dan menutup kembali pintu kamar itu gandi jadi penasaran akan sesuatu. "boleh aku bertanya sesuatu? bukannya harusnya kau bisa dengan mudah menembus dinding atau pintu dalam wujud gaibmu kan? " gandi yang bergitu penasaran akhirnya bertanya pada risa. " eh itu, kalau aku sedang menggunakan wujub yang bisa terlihat oleh manusia, aku juga harus mengikuti hukum alam didunia manusia. jadi secara teori sekarang aku seperti manusia biasa." risa menjawab sambil memegang pipinya dengan jari telunjuknya dengan mata yang melihat ke arah langit-langit. "lagi pula aku ini sebuah senjata yang memiliki wujud fisik, itulah sebabnya aku juga bisa melakukan kontak fisik dengan manusia." sambung risa "oh begitu, baiklah soal cerita yang ingin kau dengar saat di rumah sakit. aku akan menceritakannya sekarang jadi duduklah dimana pun tempat yang membuatmu nyaman." gandi memberi instruksi pada risa saat akan mulai menceritakan kejadian masa lalunya pada risa.
Tiba-tiba risa pun duduk disamping gandi yang duduk di pinggir tempat tidurnya. "gak perlu sedekat ini juga kali." gandi merasa gugup saat risa duduk disampingnya. "tapi disini terasa sangat nyaman kok." dengan senyuman polos yang amat manis risa menanggapi perkataan gandi. "hmmm...haaah...." gandi menarik nafas untuk menghilangkan rasa gugupnya, lalu dalam seketika kembali memasang wajah tenang. "ini dimulai saat aku berumur 14 tahun, saat itu aku belum menjadi seorang ahli spiritual secara resmi." gandi pun mulai bercerita.
POV Gandi
Aku yang berusia 14 tahun saat itu masih belum berpengalaman, tapi aku sangat ahli dalam membasmi makhluk gaib yang bermasalah. saat itu kak riana yang sering disebut sebagai orang jenius dari keluarga bulan merah sudah memiliki surat izin sebagai ahli spiritual, kemampuannya memang tidak bisa diragukan. gelar jenius yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya bukan lah isapan jempol semata, tapi tidak sedikit juga orang yang iri dengan bakatnya. saat kami kecil dan belum ada diantara kami yang memiliki surat izin sebagai ahli spiritual, kami sering menjadi korban percobaan penculikan oleh para dukun. itu semua karena anggota keluarga bulan merah yang memiliki darah terkutuk hanya tinggal kami berdua, tapi kami terus diawasi oleh pengawal yang disewa oleh bibi ayu. pengawal tersebut memiliki hutang budi pada kepala keluarga bulan merah terdahulu yang tidak lain adalah ayahku. nama pengawal itu adalah yuda ardians, dia adalah ahli spiritual yang sangat berpengalaman dan cukup kuat. berkali-kali kami tertolong oleh keberadaannya sebagai pengawal, dia terus menerus menggagalkan penculikan terhadap kami yang dilakukan oleh dukun-dukun penganut ilmu hitam.
Hari-hari kami yang penuh ketegangan berawal dari situ, sampai akhirnya kak riana pun lulus dalam ujian untuk mendapatkan surat izin sebagai ahli spiritual. saat seseorang mendapat surat izin sebagai ahli spiritual mereka akan dianggap sebagai seorang profesional, mereka juga diizinkan menggunakan kekuatan mereka dengan bebas selama mengikuti 2 aturan utama serikat ahli spiritual. pertama, dilarang membunuh sesama anggota serikat ahli spiritual, kecuali atas permintaannya sendiri atau saat sang ahli spiritual sedang dikendalikan oleh orang lain. kedua, dilarang keras menggunakan teknik yang membutuhkan tumbal nyawa manusia. selama kedua aturan itu terpenuhi kami para ahli spiritual bebas menggunakan kekuatan kami, kapan pun dan dimana pun kami membutuhkannya. yuda dan diriku merasa lebih tenang saat kak riana mendapatkan surat izinnya, namun semua itu adalah kesalahan paling fatal yang pernah kami perbuat. kak riana yang sudah kelas 1 SMA saat itu terpisah dengan diriku yang masih SMP kelas 2.
Yuda saat itu hanya memfokuskan penjagaannya pada diriku yang belum mendapat surat izin, beberapa bulan awal tidak ada kasus penculik terhadap salah satu diantara kami. benar-benar terasa sangat damai saat itu, sampai kami benar-benar melonggarkan penjagaan kami. hari itu pun tiba dimana yuda tidak bisa mengawasiku karena hari itu istrinya melahirkan anak keduanya, namun kak riana saat itu sedang libur karena ada rapat guru untuk UAS anak kelas 3 akhirnya menggantikan tugas yuda untuk menjagaku saat itu. disitulah letak kesalahan paling fatal yang penah kami alami dalam hidup ini, tepat pukul 12.00 tengah hari bel istirahat kedua sekolahku pun berbunyi. kak riana yang terlihat sedang asik mengobrol dengan satpam penjaga sekolahku menghentikan percakapan mereka, dia pun memberi kode padaku kalau dia ingin mencari makan dulu diluar sebentar. setelah kak riana pergi dan menghilang dari pandanganku yang sedang makan cemilanku didekat gerbang sekolah, orang itu pun muncul. orang yang menggunakan jas hitam menggunakan topeng merah, saat dia masuk dua langkah kedalam sekolah dalam sekejap dia menembak kepala satpam penjaga sekolahku. tanpa sempat bereaksi satpam sekolahku pun tewas seketika tertembak tepat dibagian kepala, gerbang sekolah pun tertutup dengan sendirinya tanpa perlu disentuh oleh pria bertopeng merah itu.
Saat itu aku belum mengenal yang namanya serikat dukun topeng bayangan, aku bahkan tidak tau mereka itu ada. perserikatan dukun yang mengumpulkan dukun-dukun aliran sesat dari yang kuat sampai yang lemah dengan tujuan menghancurkan serikat ahli spiritual yang melarang sihir atau teknik yang membutuhkan tumbal nyawa manusia. pria itu melihat area sekitar sekolahku dari pintu gerbang, dia memegang dagunya sambil berkata "ternyata sekolah ini indah juga ya. baiklah anak buahku kalian boleh mengamuk sepuasnya disekolah ini, tapi jangan lupa temukan anak keturunan bulan merah yang terkutuk itu." pria itu membentangkan kedua tangannya, tiba-tiba satu persatu pria bertopeng hitam muncul dari belakang tubuhnya. setelah mencapai 20 orang mereka berhenti bermunculan, beberapa detik kemudian siswa yang paling dekat dengan pria-pria bertopeng itu langsung terpenggal kepalanya.
Aku yang merasakan tekanan energi spiritual yang sangat kuat dari orang-orang itu. selain itu aku dapat melihat dinding energi spiritual yang tak kasat mata mengelilingi area sekolahku seperti kubah. saat ada anak yang berteriak, aku langsung melarikan diri bersama beberapa siswa yang berlarian ketakutan. tanpa sadar aku pun sampai di gudang sekolah area paling jauh dari gerbang tempat pembantaian itu, tanpa pikir panjang aku memasuki gudang tua milik sekolahku. saat aku mengunci pintu gudang sekolah dari dalam, tiba-tiba aku dikagetkan dengan hawa keberadaan seseorang dibelakangku. saat aku membalikan badanku melihat ke sumber hawa keberadaan itu, mulutku langsung dibekap oleh orang tersebut. "ssttt..." orang itu menyuruhku untuk diam, samar-samar aku mulai bisa melihat siapa orang itu. meski didalam gudang itu sangat gelap dalam beberapa saat mataku langsung terbiasa, orang itu tidak lain adalah guru kesenianku bu ifah. dia guru muda yang cantik, dia juga sangat paham dengan yang nama ahli spiritual karena dia adalah mantan anggota serikat ahli spiritual.
Dia pensiun dini dari serikat ahli spiritual karena mendapatkan luka yang sangat serius dibagian tenggorokan, tapi dia sudah mengajar di sekolahku selama 3 tahun, pihak sekolah enggan mengeluarkannya dari sekolah dan tetap mempekerjakannya sebagai guru seni. bu ifah menulis sesuatu di smartphonenya saat itu, "jangan berisik, nanti orang-orang mengerikan itu datang kesini." begitulah tulisan yang dia tunjukan padaku lewat smartphonenya. dia menarik smartphonenya dan kembali menulis sesuatu "aku harus bisa keluar dari penghalang yang dibuat oleh orang-orang bertopeng itu, agar aku dapat mengirim sinyal SOS pada maskas ahli spiritual." saat membaca tulisan itu aku teringat soal kak riana yang berada diluar penghalang. aku pun menceritakan detail situasinya pada bu ifah saat itu, setelah mengerti situasinya kami menyusun rencana untuk bisa keluar dari sekolah.
Jalan tercepat menuju gerbang sekolah dari gudang adalah melewati kantin dan menerobos ke arah lapangan akan langsung sampai ke depan gerbang sekolah. namun disitu lah pusat kekacauan dan pembantaian terjadi, kami berdua pun memutuskan untuk menyusuri area kantin dan memutar melewati ruang lab sains. saat itu aku tidak bisa bertarung karena aku tidak membawa stok darah bersamaku, kami keluarga bulan merah hanya dapat mengendalikan darah yang sudah berada diluar tubuh. waktu itu bisa saja aku mengambil darah dari area lapangan, hanya saja identitasku yang merupakan buruan mereka pasti langsung terungkap. sebelum menjalankan rencana meloloskan diri kami bersiap dengan membawa tongkat besi dari gudang itu, setelah mengecek situasi di luar gudang kami pun bergegas menuju area kantin. "apa area kantin aman?" aku bertanya pada bu ifah yang melihat area kantin, saat bu ifah memberikan isyarat aku pun keluar dari persembunyian dan menyusulnya. suara teriakan siswa sekolahku masih terus terdengar, bahkan terdengar sangat jelas dari area kantin yang terhalangi gedung kelas berlantai 2. kami terus berlari sampai akhirnya sampai di ujung kantin, saat bu ifah mengintai area ruang lab sains dia menyuruhku berhenti. dia segera mengambil smartphonenya dan menulis sesuatu, "didepan ada pria bertopeng hitam yang sedang memojokan 2 orang siswi. ibu akan kesana menolong mereka, kamu tunggu disini..." begitulah tulisan di smartphonenya.
Tanpa menunggu jawaban dariku dia segera belari menghampiri pria bertopeng itu, dia menyerang pria bertopeng itu dengan tongkat besi yang ia bawa dari gudang. sayangnya serangannya itu berhasil dihindari dengan mudah, bu ifah langsung berdiri melindungi 2 orang siswi yang terlihat sangat ketakutan itu. "hahahahahaha..." pria bertopeng itu tertawa keras sekali sampai aku bisa mendengarnya. bu ifah terlihat sedang melapisi tongkat besi yang ia pegang dengan energi spiritual, melihat hal yang dilakukan oleh bu ifah si pria bertopeng langsung memasang pose siaga. meski hanya tongkat besi tapi kalau sampai dilapisi dengan energi spiritual kekuatannya akan meningkat paling tidak 10 kali lipat. tanpa menunggu lagi bu ifah langsung mengibaskan tongkatnya ke arah pria bertopeng itu dalam posisi yang tidak bisa di jangkau oleh tongkat besi milik bu ifah, tapi pria bertopeng itu tetap menghindari arah ayunan tongkat besi bu ifah. "boom...! prank...!" kaca dan dinding gedung kelas yang berada tepat dibelakang pria bertopeng itu hancur. aku memanfaatkan kekacauan itu untuk menyelinap ke jalan kecil di belakang gedung ruang lab sains, aku berlari secepat yang ku bisa agar terhindar dari pertarunga bu ifah dengan pria bertopeng itu. tanpa kusadari itu adalah pilihan paling fatal yang pernah ku ambil dalam hidupku, mengacuhkan perintah guru yang jauh lebih berpengalaman dari ku saat itu. singkatnya aku berhasil sampai di dekat gerbang utama sekolahku itu, namun di depan pintu gerbang pria bertopeng merah sedang berdiri menjaga gerbang itu.
Sementara itu diwaktu yang sama kak riana yang baru saja selesai makan pasti sudah berada didepan gerbang sekolah. dilihat dari jenis penghalangannya kemungkinan yang terlihat dari luar penghalang bukanlah sekolah kami melainkan tanah kosong, itu salah satu jenis penghalang yang hanya bisa dihancurkan dari dalam. aku pun teringat sesuatu yang diajarkan ayahku dulu tentang jenis-jenis penghalang, dimana untuk jenis penghalang sekala besar membutuhkan syarat khusus yang sangat tidak boleh dilanggar. ada beberapa syarat yang ku ketahui dari ayahku dulu, pertama adalah benda keramat (sebuah pusaka yang memiliki kekuatan gaib sangat besar) untuk yang satu ini tinggal menghancurkan benda keramatnya saja. kedua, tumbal (menumbalkan makhluk hidup untuk mengaktifkan penghalang), tapi sesuatu seperti itu tidak mungkin dilakukan karena tumbalnya harus memiliki energi spiritual yang besar. ketiga, lingkaran mantra sihir (menggunakan kekuatan spiritual diri sendiri atau makhluk gaib panggilan untuk mempertahankan kekuatan lingkaran sihir penghalang) kemungkinan yang satu ini cukup besar, tapi butuh energi spiritual yang sangat besar untuk mempertahankan penghalang jenis ini. ada juga yang keempat, mustika sekali pakai (mustika yang hancur setelah digunakan) , tapi menggunakan mustika sekali pakai itu harusnya memiliki batasan waktu. namun orang ini malah tetap berdiam dan membiarkan anak buahnya mengamuk sesuka hati disekolah ini.
Aku bisa mengambil kesimpulan syarat ketigalah yang dia gunakan untuk menciptakan penghalang ini. "cih, jadi cara satu-satunya itu menyerang pria bertopeng merah yang super berbahaya ini." itulah yang kupikirkan saat harus menyerang orang yang sangat berbahaya itu. namun niatanku untuk menyerang pria itu terhenti karena kedatangan salah satu anak buahnya, aku tidak tau persis apa yang anak buahnya katakan padanya. satu hal yang ku tahu itu bukanlah kabar baik untukku, tiba-tiba si pria bertopeng merah itu menyuruh anak buahnya mendekat. saat pria bertopeng merah itu menyentuh anak buahnya seketika mereka bertukar tempat, anak buahnya yang menggantikan tempatnya terlihat kesakitan. pria bertopeng merah itu merapihkan jas dan dasi hitamnya, lalu menengok tepat kearah tempatku bersembunyi. hal itu membuatku sangat merinding seolah kematian sudah berada didepanku saat itu, namun saat aku membalikkan badanku untuk mundur seketika itu juga pria bertopeng itu muncul di hadapanku. "mau kemana kau bocah terkutuk?" sesaat setelah dia berkata seperti itu, dia langsung menembakku dengan pistolnya. dia menembakku dua kali, pelurunya tepat mengenai pinggang dan juga pahaku. "arghhh....." rasa sakitnya sangat luar biasa saat tertembak seperti itu, tanpa buang waktu pria itu menyeretku ke area lapangan sekolahku. pria bertopeng merah itu melempar tubuhku kedalam sebuah lingkaran sihir yang sangat besar, lingkaran sihir itu terbuat dari darah dan dibuat tepat di tengah lapangan sekolahku. aku lihat di pinggir lapangan banyak sekali mayat siswa dan juga guru dari sekolahku, aku saat itu sangat sulit menggerakan tubuhku.
Tiba-tiba tubuhku terasa seperti terangkat dan melayang, aku baru sadar lingkaran sihir ini mulai akhir. "mari kita mulai ritual pemanggilan iblisnya!" sambil membentangkan kedua tangannya pria bertopeng merah itu berteriak. aku melihat kilatan merah muncul dari lingkaran sihir tersebut, kilatan seperti petir itu langsung menyambar tubuhku yang melayang di tengah lingkaran sihir itu. "arghhh...." sambaran dari kilatan merah pada tubuhku terasa sangat menyakitkan seolah menyambar seluruh saraf pada tubuhku melalui aliran darah diluka bekas tembakan tadi. "boom..." tiba-tiba ditengah rasa sakit yang menjalar keseluruh tubuhku, aku mendengar suara dentuman benda keras yang menghantam tanah. aku pun memaksakan diri membuka mataku sambil menahan rasa sakit ini, kulihat bu ifah menyerang pria bertopeng merah itu dengan tongkat besinya. "walah-walah, hebat juga mantan ahli spiritual bisu satu ini. kau bisa mengalahkan beberapa anak buahku ya?" ujar pria bertopeng itu sambil membersihkan jasnya dari debu bekas serangan bu ifah. tanpa sepatah kata pun bu ifah melancarkan serangan kuat dengan tongkat besinya pada pria bertopeng merah itu, namun seluruh serangan itu dapat dihindari dengan mudah oleh pria itu. setelah beberapa serangan dilancarkan terus menerus oleh bu ifah dengan mudah tongkat besi yang diayunkan dengan kuat itu ditahan dengan satu tangan oleh pria bertopeng merah itu. "sudah cukup main-mainnya. kau tidak bisa menyamakan diriku dengan anak buahku tau..." ujar pria itu, di ikuti oleh bu ifah yang melepas tongkat besinya. "hoh... kau sadar ya.." tiba-tiba tongkat besi itu berubah jadi serpihan abu, seketika itu juga aku merasakan energi spiritual yang meluap-luap dan terasa sangat mengerikan dari pria bertopeng merah itu.
Bu ifah yang merasakan kekuatan itu langsung ikut mengeluarkan seluruh kekuatannya, kemungkinan bu ifah sadar jika ini adalah pertarungan yang berat sebelah. pria bertopeng merah itu langsung menyerang dengan cepat, namun sebelum serang itu mengenai bu ifah "duar.." sebuah kapak merah berukuran raksasa jatuh dari langit dan menghalangi serangan pria itu. "aduh... satu persatu pengacau muncul ya." ujar pria bertopeng itu sambil menghindari kapak raksasa yang jatuh dari langit itu. sesosok wanita yang sangat ku kenal mendarat tepat di gagang besar milik kapak merah itu, sosok tersebut tidak lain adalah kak riana . "tak kusangka ada yang bisa menembus penghalang secepat ini. harusnya anak buahku masih kuat menahan penghalang ini selama 30 menit lagi." ujar pria bertopeng merah itu sambil terus memasang pose seperti orang yang sedang berpikir. kak riana menegok ke arahku wajahnya terlihat sangat marah, dengan sekali hentakan kaki dia membuat kapak merah raksasa yang jadi pijakan terlempar ke udara. kak riana pun menangkap gagang kapak merah yang sangat besar itu dengan satu tangan, seketika itu juga beton tempat dia berdiri hancur akibat berat dari kapak yang di pegang kak riana. tanpa membuang waktu kak riana langsung melompat dan menghantamkan kapak merah raksasa itu ke arah pria bertopeng merah. "duar...!" beton lapangan sekolahku hancur seperti bukan apa-apa bagi kapak itu, serangan ganas itu dihindari dengan mudah oleh pria bertopeng merah. dalam sekejap kak riana manipulasi darah dan merubah kapak raksasa itu menjadi sebuah meriam raksasa. "boommm...!" serangan meriam itu pun berhasi dihindari oleh pria bertopeng merah, namun gedung ruang guru yang tadi berada dibelakangnya lenyap. "waduh bisa gawat kalau kena. meriam angin itu hebat banget." dengan santai dia mengomentari meriam angin yang terbuat dari darah itu.
Tanpa mengatakan apa pun kak riana dengan cepat kembali merubah meriam itu menjadi sebuah pedang yang sangat panjang dan mengayunkan pedang itu dengan cepat kearah pria bertopeng merah. lagi-lagi pria itu bisa menghindarinya dengan mudah, namun kali ini gerakan kak riana berbeda. saat pria itu menghindar kak riana langsung merubah pedang yang panjangnya sekitar 40 meter itu menjadi sebuah rantai, dalam hitungan detik kak riana mengikat pria itu di udara dengan rantai merahnya. kak riana langsung menarik rantai itu sekuat tenaga dan menghantamkan tubuh pria bertopeng itu ke gedung kelas bertingkat 2 sekolahku, "duar...boom..." dinding gedung itu pun hancur berantakan karena hantaman tersebut. "waduh.. pakaianku sampai kotor begini. duduh... sakit juga ya seranganmu barusan." ujar pria bertopeng itu sambil membersihkan jasnya dari debu puing-puing bangunan yang dia hantam. pria bertopeng merah itu adalah monster yang sesungguhnya, bahkan ahli spiritual pun akan terluka parah jika terkena serangan seperti itu. tanpa kusadari kilatan yang menyambar tubuhku menghilang, lingkaran sihir yang berada di bawah tubuhku mengeluarkan cahaya merah terang dan membentuk penghalang darah tipis di lingkaran terluarnya. aku masih bisa melihat ke luar lingkaran, aku melihat kak riana menoleh kearahku dengan wajah pucat. "apa yang mau kau lakukan pada adikku!?" kak riana berteriak dengan penuh emosi, "tenang saja dia hanya akan menjadi wadah untuk iblis yang sedang aku panggil dalam ritual ini." jawab pria bertopeng merah itu dengan santai.
Bu ifah terlihat mencoba menghancurkan dinding darah tipis yang melindungi lingkaran sihir ini denga pukulan energi spiritualisnya. "hahahahaha.... percuma saat ini ritualnya hampir selesai. yang bisa masuk kedalam lingkaran itu hanya orang yang memiliki darah terkutuk saja." pria bertopeng itu terlihat sangat senang karena ritualnya pada diriku hampir selesai. mendengar hal itu tanpa pikir panjang kak riang merubah bentuk rantainya menjadi kapak raksasa, dia langsung menghantamkan serangannya ke penghalang darah tipis yang melingkari area lingkaran sihir ini. namun serangannya segera di tahan oleh pria bertopeng merah itu sebelum bisa menyentuh penghalangnya, "tidak akan ku biarkan kau melakukannya..." pria itu menahan kapak yang sangat besar itu dengan kedua tangannya. "cih, minggir kau...! " kak riana mengeluarkan seluruh tenaganya untuk memukul mundur pria yang menahan kapaknya itu, namun yang terjadi malah kak riana lah yang terpukul mundur.
Pria itu langsung menendang kapak kak riana dengan sangat kuat, kak riana terpental kebelakang berserta kapaknya yang lepas dari tangannya. "uwaa....!" 'boomm...' tiba-tiba ada sebuah teriakan dari langit, seketika itu ada sesuatu yang menghantam benton di antara kak riana dan pria bertopeng merah. "adududuh.... betonnya keras banget sich jadi sakit begini...!" aku mendengar suara dari kumpulan asap debu bekas hantaman tadi, saat kumpulan asap debu itu menghilang aku melihat sosok seorang wanita yang sedang membersihkan bagian belakang celananya. "siapa kau...!?" ujar pria bertopeng itu terlihat gugup. "aduh, baru juga sampe udah di ajak kenalan. sebegitu cantiknya kah diriku?" sambil berlaga tersipu malu wanita itu memegang pipinya dengan kedua tanganya. "namaku aria kurnia, salam kenal! tapi sebelumnya aku minta maaf kamu bukan tipeku." ucap kak aria sambil mengepalkan tangan kanannya lalu menjulurkan lidahnya. "jadi jangan ngarep deh." ujar kak aria sambil terus mengejek pria itu. "hah...!? jangan main-main denganku!" pria itu langsung mengarahkan pukulan kekuatan penuhnya pada kak aria, namun "bush..." pukulan yang sangat kuat itu ditahan hanya dengan satu tangan oleh kak aria. "kalau gak terima aku tolak gentle donk. jangan pake kekerasan begi..ni..! bamm" ujar kak aria sambil mengedipkan matanya langsung membalas serangan pria itu dengan mudah pukulan mengenai pria itu dengan telak. pria itu terpental sangat jauh sampai membentur gedung yang berada di sisi lain lapangan. "duar..." pria itu mengeluarkan seluruh energi spiritualnya saat bangkit dari puing-puing, "sial kalau begini tidak ada cara lain." pria itu pun menjentikan jarinya dan dua pria bertopeng hitam pun muncul. "kalian berdua halangi gadis dari keturunan darah terkutuk itu. aku yang akan menghadapi gadis pengguna tinju itu."
Saat pertarungan sedang sengit, salah satu lingkaran sihir bagian dalam terangkat. "arrrghhh....!" seketika itu juga aku kembali merasakan sakit yang teramat sangat. "bagus sebentar lagi. sang iblis akan bangkit!!" pria bertopeng semakin bersemangan melihat lingkaran sihir yang terangkat itu. "gandi...!" kak riana berteriak khawatir padaku, "riana ya? bisakah kau segera masuk kedalam penghalang itu aku dan kak ifah akan menahan mereka bertiga.." ujar kak aria saat melihat ritual itu hampir selesai. pria bertopeng merah itu langsung menggunakan pistolnya untuk menyerang aria dari langit, "dor..dor..dor...dor..dor..." dengan kecepatan yang luar biasa aria menghindari semua peluru itu. setelah menghidari tembakan pria itu aria tak membuang waktu dan langsung melopat lalu melancarkan pukulan telak pada perut pria bertopeng merah itu. sedangkan disisi lain bu ifah yang tentunya tidak sanggup menahan dua orang pria topeng hitam, akhirnya kak riana terpaksa menghadapi pria bertopeng hitam itu. "aaa..." (maaf) bu ifah mencoba meminta maaf dengan suaranya yang tidak bisa digunakan. "tidak apa aku akan membereskan itu dengan cepat kakak cukup fokus dengan yang satunya.." kak riana menjawab seolah mengerti ucapan bu ifah, meskipun hanya bertopeng hitam lawan kak riana tetaplah kuat. kak riana menggunakan sisa-sisa energi spiritualnya dan mengendalikan kapak merah raksasa yang tertancap di dinding gedung tingkat 2 dibelakangnya. "duar..." kapak merah itu tertarik dengan sendirinya dan menghampiri tangan kak riana, "boom.." suara saat gagang kapak merah itu sampai ditangan kanan kak riana. kak riana menghampiri pria bertopeng hitam itu dengan kecepatan penuh dan langsung menghantamkan kapak raksasanya. "buuum..." kak aria merasa kaget karena serangannya serasa terpantul, "uwa... bussshhh..." kak aria terpukul mundur kebelakang. "apa-apaan itu...!? aku terpantul oleh seranganku sendiri?" kak riana terlihat kebingungan, bersamaan dengan itu lingkaran sihir lapisan kedua bagian dalam terangkat dengan posisi yang lebih tinggi dari lapisan sebelumnya. "cih, mereka butuh bantuan!" saat kak aria berusaha menghampiri bu ifah dan kak riana, pria bertopeng merah itu terus menghalanginya dengan serangan jarak jauhnya. "jadi pertama-tama kau harus ku habisi ya..?" ujar kak aria dengan kerutan urat di pelipisnya dan ekspresi kesal. "boom..." kak aria kembali melompat menghampiri pria bertopeng merah itu, sedangkan di bagian lain kak riana terlihat mengganti wujud senjatanya dengan rantai.
Tanpa membuang waktu kak riana melilitkan rantainya di sekeliling penghalang pemantul serangan milik pria bertopeng hitam yang menghadangnya. kak riana pun menarik rantainya sehingga pemilik penghalang pemantul serangan itupun ikut terangkat bersama penghalangnya. "uwaa...!" kak riana melemparnya sejauh mungkin dengan seluruh tenaganya, namun anehnya pria bertopeng hitam itu kembali dari sisi yang berlawanan dengan arah lemparan kak riana. "duar..." suara keras itu berasal dari pria bertopeng hitam yang mendarat tepat di depan riana. "apa...? bagaimana bisa?" riana kebingungan karena hal itu. "fiuh serangan tadi berbahaya banget. " ujar pria bertopeng itu sambil bernafas lega. lingkaran sihir lapisan ketiga mulai terangkat dan tersisa satu lingkaran sihir terakhir yang belum terangkat saat itu. kak riana terlihat sedikit frustasi saat itu "aku sebenarnya tidak ingin menggunakan ini, tapi sepertinya kalian memang layak dibunuh!" tangan kak riana diangkat ke atas dan memecahkan seluruh darah dari rantai yang ia gunakan. seluruh darah yang berceceran berubah menjadi puluhan pedang merah, hanya sekali ayunan tangannya seluruh pedang merah itu langsung menyerang penghalang pemantul serangan milik pria bertopeng hitam. "cingg.... crack...!" suara penghalang yang mulai hancur karena ditekan dengan serangan puluhan pedang merah kak riana. "apa...!? mustahil...!" pria bertopeng hitam itu mulai panik dengan retakan dari penghalangnya. "prank....jleeb cratt..." saat penghalangnya mulai hancur pria bertopeng langsung tertusuk dibagian perut disusul pedang berikutnya yang menusuk bagian, punggung, paha, betis , mata, mulut dan akhirnya seluruh badan pria itu penuh dengan pedang, darah pria bertopeng hitam itu bertebaran kemana-kemana. bersamaan dengan itu lingkaran sihir bagian terakhir pun terangkat, kak riana terlihat semakin panik melihat hal itu. "gandi...!!" teriaknya sambil mengubah seluruh pedangnya kembali menjadi bentuk kapak merah raksasa dan langsung menebas penghalang darah yang mengelilingi lingkaran sihir itu. "creeckk...criiinnn...." kapak merah kak riana mulai membelah penghalang itu dengan paksa, sementara tubuhku yang ada dalam lingkaran sihir itu mulai berubah.
Ada sebuah tanduk besar di atas mata sebelah kananku dan 2 sayap yang belum sempurna di punggungku, semua itu terbuat dari darah yang mengeras. kesadaranku pun mulai hilang waktu itu, dalam kegelapan di alam bawah sadarku aku melihat sosok bayangan merah yang sangat besar. "hahaha... apa kau yang akan jadi wadahku bocah!?" sosok raksasa merah bertanduk itu bertanya sambil tertawa padaku. "sekarang tidurlah... biarkan aku menguasai tubuhmu! " menanggapi perkataan sosok itu aku pun melihat wajahnya. disaat itu juga aku menyadari kalau sosok itu adalah iblis yang sebenarnya, tatapan bengisnya dibalut dengan senyum yang mengerikan. saat aku hampir tenggelam lebih jauh ke alam bawah sadarku, tiba-tiba ada sebuah tangan yang menahan diriku. seketika itu juga aku sadar dan melihat kak riana menggenggam tanganku dengan erat, "syukurlah aku tepat waktu..." ekspresi kak riana terlihat sangat lega waktu itu. belum sempat aku berpikir kak riana melempar tubuhku sekuat tenaga sampai menembus penghalang lingkaran sihir tersebut. saat berada diluar lingkaran sihir tanduk yang ada diatas mata kananku mengecil, aku menggelengkan kepala untuk mengembalikan sisa-sisa kesadaranku. "zuuummm...." saat kesadaranku pulih sepenuhnya aku dikagetkan dengan cahaya merah dan dentuman keras dari arah lingkaran sihir tempatku terkurung tadi. "arrrgghhh..." kak riana berteriak kesakitan seluruh tubuhnya berubah menjadi merah, dua tanduk yang lebih sempurna dari milikku yang tadi muncul di kening kak riana. "sudah bangkitkah? hebat sekali, cahaya yang benar-benar indah.." ujar pria bertopeng merah yang terus menahan serangan kak aria di atap gedung sekolahku. "apa yang terjadi!? apa yang sebenarnya kau lakukan keparat!?" bentak kak aria menanyakan apa rencana pria bertopeng merah itu. penghalang yang melindungi seluruh sekolah dari dunia luar benar-benar sudah hancur, bersamaan dengan itu puluhan orang bertopeng hitam muncul sambil melayang di atas sekolahku.
Seketika itu juga lingkaran sihir yang terbuat dari darah menghilang karena memasuki tubuh kak riana, ku lihat bu ifah yang baru saja mengalahkan orang bertopeng hitam lawannya tadi langsung terduduk lemas melihat jumlah orang bertopeng hitam yang berjumlah lebih dari 70 orang datang ke sini. "wahai para manusia berumur pendek berani juga kalian membangunkan tidur panjangku...!" suara kak aria berubah menjadi sangat menyeramkan dan tidak karuan. aku benari-benar bingung apa yang harus ku lakukan saat itu, aku benar-benar putus asa mustahil bagi diriku saat itu melawan mereka semua. apa lagi makhluk yang merasuki tubuh kak riana, ditengah keputus asaan muncul sosok asing di hadapanku. sosok berjubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, "hey bocah, gadis yang dirasuki iblis itu kakakmu bukan?" suara yang bahkan lebih menyeramkan dari suara makhluk yang merasuki tubuh kak riana terdengar dari sosok dihadapanku ini. aku waktu itu hanya bisa menjawab dengan anggukan kepala, "kalau begitu ku beri 2 pilihan untuk mu. pertama, selamatkan kakakmu dengan mengorbankan sedikit anggota tubuhnya. kedua, biarkan aku menangani masalah ini. tapi untuk opsi kedua kakakmu sudah pasti akan mati.." ujar pria berjubah itu sambil menegok ke arahku. bahkan dibalik tudung jubahnya aku tidak bisa melihat wajahnya sama sekali, lalu dia memberikanku sesuatu dari balik jubahnya. "saat ini tubuhmu memiliki kekuatan 25% dari 100% kekuatan iblis itu, lalu dengan memasukkan benda ini ke dalam tubuh kakakmu iblis itu akan lenyap." benda yang di berikan padaku itu adalah sebuah botol berisi cairan hitam. saat aku memegangnya aku langsung tau kalau itu adalah darah, dengan kata lain itu adalah darah hitam.
Aku yang sudah kehabisan cara langsung menyetujui hal itu, "aku akan membantumu agar orang-orang sesat itu tidak mengganggumu. sekarang cepatlah kakakmu tidak bisa menunggu lebih lama lagi!" mendengar perkataan sosok hitam misterius aku langsung lari menerjang kearah kak riana. "bussshhh...." kecepatanku meningkat terlalu drastis saat itu dan dalam waktu 2 detik aku sampai dihadapan kak riana. "huh siapa kau bocah!?" ujar iblis yang merasuki tubuh kak riana, "aku adalah orang yang akan merebut kembali tubuh itu!" aku meninggikan nada bicaraku sambil menunjuk ke arahnya. "bocah sialan berani kau !?" salah seorang dari kumpulan topeng hitam langsung mencoba menghampiriku, namun dia terpental sebelum bisa menyerangku. "penghalang!?" orang bertopeng hitam itu terlihat sangat terkejut karena ada penghalang yang sangat kuat yang mengelilingi area tempat diriku dan iblis yang merasuki kak riana berada. "ini.... ! penghalang macam apa ini !?" iblis itu terlihat bingung karena merasakan kuatnya penghalang itu. "tidak peduli penghalang apa ini, yang terpenting aku harus mengeluarkanmu dari tubuh itu!" perkataan ku itu dibalas dengan tawa dari sang iblis "bwahahahaha.... mengeluarkanku ? dengan apa? apa kau sanggup membunuh pemilik tubuh ini!?" ujar iblis itu menghinaku. namun saat aku mengubah darah hitam yang tadi di berikan padaku menjadi sebuah cakar, tawa iblis itu terhenti dan mukanya terlihat pucat. "darah...hitam... akan ku bunuh kau sebelum bisa memasukan darah itu ke wadah ini!!" iblis itu mengamuk dan langsung menyerangku. entah bagaimana waktu itu aku berhasil mengimbangi kecepatan iblis itu dan menahan semua serangan brutalnya, tapi disisi lain saat aku melancarkan serangan iblis itu pun dapat menghentikannya.
Kekuatan dan kecepatannya memang luar biasa, tapi tekniknya dalam serangan atau pun pertahanan memiliki banyak celah tidak seperti kak riana. tiba-tiba tangan kanan kak riana berubah menjadi aneh, wujud tangan kanannya sudah bukan seperti tangan manusia lagi. "oy bocah! jika kau tidak cepat memotong tangan kanannya dan memasukan darah itu. kakak mu tidak akan bisa diselamatkan!" sosok hitam yang menjaga penghalang itu meneriaki untuk segera menyelesaikan pertarungan ini. aku pun tersenyum karena mengingat sesuatu yang sangat bagus, aku mengingat sebuah jurus terlarang dari buku kuno yang disembunyikan oleh ayahku. tanpa pikir panjang aku langsung melukai telapak tanganku, "wahai darah murni yang mengalir dalam tubuh ini, dengarkanlah perintahku jadilah kekuatan untuk diriku." darahku yang keluar dari telapak tanganku itu langsung membentuk sebuah lingkaran sihir kecil yang bercahaya terang. "cahaya apa ini!?" iblis itu terlihat terganggu dengan cahaya merah dari darahku, saat cahaya itu menghilang darah yang membentuk lingkaran sihir tadi berubah menjadi sebuah bola darah. tanpa membuang waktu aku langsung memakan bola darah tersebut, "deg...deg...deg..." aku merasakan kekuatan yang amat besar mengalir di tubuhku. seluruh pori-pori kulitku seperti mengeluarkan asap dan tanduk kecilku kembali menjadi besar, "mari kita selesaikan ini!" dengan kecepatan penuh aku menyerang dan menebas lengan kanan milik kak riana. "slash...crattt..." lengan kak riana pun putus darahnya juga berkucuran. "bedebah...!" iblis itu terlihat sangat kesal karena aku memotong lengan kanan wadahnya, namun wajah kesalnya berubah menjadi ekspresi kaget karena melihat diriku yang tidak memegang pedang hitamku. saat iblis itu menengok kearah lengan kanannya dia melihat pedang hitam itu menancap tepat di daging bekas potongan lengan kanannya itu.
Saat dia menoleh semuanya sudah terlambat, pedang itu langsung berubah menjadi cairan darah dan masuk kedalam tubuh wadahnya. "uwaaaaa....! arrghhhh....!" iblis itu terlihat sangat kesakitan, selama beberapa menit dia terus menggeliat kesakitan dan tubuhnya mengeluarkan asap. kulit kak riana yang awalnya merah kembali seperti sedia kalah, namun tidak dengan sisi kiri tubuhnya. bagian kiri tubuhnya berubah menjadi hitam pekat, jelas sekali ini adalah sebuah kutukan dari darah hitam yang masuk ketubuh kak riana. "dengan begini tugasku selesai." ujar sosok hitam itu "oy! bagaimana cara mengangkat kutukan ini dari kakakku!?" aku berteriak pada sosok itu sambil terus memegang tubuh kakakku. sosok hitam itu menunda kepergiannya dan berkata "kau harus mencari pusaka yang bisa mengangkat segala macam kutukan.", setelah itu sosok hitam itu pun menghilang begitu juga dengan penghalangnya.
Pertarungan kak aria dan pria bertopeng merah terhenti sejenak karena melihat puncak pertarungan diriku dengan iblis yang merasuki kak riana. "tidak mungkin! iblisnya kalah!?" pria bertopeng merah itu memegang kepalanya dengan kedua tangannya karena kaget dengan hasil pertarunganku. "hoy, kau sudah membuat 2 bersaudara itu saling melukai satu sama lain! melihat dari perbuatan mu ini seperti hanya kematian yang cocok untukmu!" wajah kak aria terlihat sangat marah pada pria bertopeng merah. "hahaha... dari tadi kau juga tidak bisa membu-" kata-kata pria bertopeng itu terhenti karena wajahnya terkena pukulan telak aria, sampai topengnya hancur. tidak berhenti dengan satu pukulan, pukulan berikutnya langsung dilancarkan terus menerus oleh aria. semakin lama kekuatan pukulan itu makin kuat, saat pria itu sudah babak belur aria langsung memusatkan seluruh energi spiritualnya ke tangan kanannya. pukulan yang penuh dengan emosinya pun dilancarkan dengan kekuatan penuh aria, "duarr...crattt..." seluruh tubuh milik pria bertopeng merah itu hancur berantakan. aria bermandikan darah orang yang sangat berdosa itu, aria mendangak keatas dan menutup mata karena tidak ingin melihat hasil perbuatannya. efek samping dari serangan aria barusan itu adalah menghancurkan gedung kelas sekolahku hancur lembur menjadi serpihan debu begitu juga gerbang sekolah dan juga jalan raya yang ada di bukit didepan sekolahku.
Masalahku saat itu belum lah selesai, aku meletakan tubuh kak riana dengan hati-hati ditanah. tubuhku yang masih di aliri kekuatan fisik dan energi spiritual yang besar ku manfaatkan untuk membunuh semua musuh yang tersisa disini. hari itu adalah hari dimana aku belajar membunuh sesama manusia dan membuatku terlatih melawan orang bertopeng hitam. hari itu aku kak aria dan bu ifah bermandikan darah musuh kami yang tersisa, sedangkan hampir seluruh murid dan guru tewas dalam kejadian itu. hanya ada 4 orang yang selamat dalam insiden itu, 1 orang guru dan 3 orang murid yang salah satunya adalah diriku. insiden itu dibuat seolah pelakunya adalah kalangan teroris internasional, ada 3 pihak yang mengurus insiden besar itu. pertama pemerintah, kedua kepolisian dan terakhir serikat ahli spiritual.
POV 3
"ya begitulah cerita yang ingin kau dengar..." ucap gandi saat selesai menceritakan masa lalunya pada risa. "hmmm... hiks.... hiks... kak riana adalah kakak yang hebat ya..." ujar risa sambil terus membasuh air matanya. "ya, dia memang kakakku yang terhebat..." tanpa sadar gandi juga mengeluarkan tetesan air matanya. tanpa terasa gandi menghabis kan waktu 5 jam untuk bercerita, "waduh sudah jam segini aku harus tidur besok siang aku harus ke markas lagi." gandi panik karena jam dindingnya menunjukan pukul 05.10 dini hari. gandi pun menyuruh risa kembali kekamarnya, setelah itu langsung bergegas tidur. diwaktu yang sama disebuah panti asuhan terjadi penyerangan yang dilakukan oleh seorang dukun yang sedang mencari tumbal. namun hal itu dihentikan oleh seekor macan putih besar yang langsung mencabik-cabik tubuh sang dukun. "terima kasih kak putih..." ucap seorang anak kecil pada macan putih itu. siapa kah bocah itu dan apa hubungannya dengan sang macan putih!? (next bab :D)
-besambung