Loading...
Logo TinLit
Read Story - Iblis Merah
MENU
About Us  

Setelah nia dan aulia mengalahkan 1 tim yang mengepung mereka, desta mengambil kristal milik tim itu dan mengarahkan pada nia, sahril dan aulia untuk berpindah dari tempat itu. "berdiam diri di satu tempat terlalu berbahaya... kita harus terus bergerak..." ujar desta pada teman-teman satu timnya itu. "lalu kemana kita akan pergi...?" tanya sahril sambil mengangkat tangannya, "sebentar aku akan mengecek area sekitar dari puncak pohon..." nia dapat melihat desta yang sedang memusatkan energi spiritualnya di area kakinya. "wussshh...." dengan sekali lompatan desta sampai di puncak pohon besar yang ada di sekitar mereka, "hmmm.... sepertinya tim lain ada juga yang sedang bertarung... hahh....!?" desta terlihat sangat kaget melihat sesuatu dari puncak pohon besar itu. "mustahil.... ini sich bukan level pemula lagi..." terlihat 1 km di arah utara sebuah dataran tanah yang tidak alami dengan sisa-sisa batang pohon yang hancur. "wushh... tap.... kita harus segera menjauh dari tempat ini... ada lawan yang sangat berbahaya disekitar sini..." ujar desta pada nia, sahril dan aulia. nia pun menatap fira, namun fira hanya menggelengkan kepalanya.

Tanpa banyak protes mereka segera mengikuti instruksi desta untuk menjauh dari tempat mereka pertama kali masuk. "kemana kita akan pergi...?" tanya aulia setelah 15 menit berjalan kaki menyusuri hutan, "kita akan menuju sungai di dekat sini..." jawab desta sambil terus berjalan. "aku capek..." aulia mulai mengeluh setelah 20 menit berjalan, "sini sama kakak..." saat desta menengok ke belakang aulia sedang di pangku oleh nia di atas kursi rodanya yang di dorong oleh sahril. "oi..." desta mengeluh melihat hal itu, "gak apa-apa kan ril...?" tanya nia santai pada sahril yang mendorong kursi rodanya. "gak apa-apa kok... aku menggunakan energi spiritual pada kaki dan tanganku... jadi ini masih terbilang ringan..." jawab sahril dengan nada datar. "yasudah lah... ayo lanjut jalan..." mereka pun terus berjalan dan setelah 45 menit perjalanan mereka sampai di tepi sungai kecil yang berada di tempat yang sangat rimbun. "tempat ini cocok untuk berkemah dengan akar pohon besar yang seperti kubah dengan tanah yang di perkuat oleh akar pohon sebagai atap... dengan begini memasang api pun asapnya tidak akan terlihat oleh musuh..." ujar desta sambil memegangi akar bohon besar itu. 

Tanpa terasa hari mulai menjelang sore, setelah mempersiapkan markas sementara mereka, desta mulai bercerita tentang dirinya. desta dari dulu memang memiliki kemampuan dan naluri untuk bertahan hidup di alam liar, itu semua berkat komunitas pecinta alam yang dia pimpin saat ini. "syukurlah... ternyata pimpinan kita bisa di andalkan soal yang beginian..." celetuk nia terasa sangat menusuk bagi desta saat mendengarnya. "oh ayolah... jadi menurutmu aku ini tidak berguna dalam pertarungan gitu...?" ujar desta pada nia, "jujur saja iya..." mendengar hal itu seolah di tusuk-tusuk oleh tombak kata-kata bagi desta. "sudah berapa lama kamu ikut komunitas pecinta alam?" tanya sahril pada desta, "sudah 2 tahun... dan kekuatan spiritualku muncul sekitar 5 bulan yang lalu... akibat kerasukan setan kera..." ujar desta lanjut menceritakan asal usulnya. "oh iya tadi apa yang kamu lihat saat berada di atas pohon...?" nia tiba-tiba penasaran dengan apa yang di lihat desta hingga langsung merasa ketakutan seperti tadi.

Desta langsung terdiam mendengar pertanyaan dari nia itu, wajah desta kembali memucat ketika teringat dengan apa yang dia lihat tadi siang. "tadi siang di atas puncak pohon... aku melihat ada bagian hutan yang rusak parah hingga tanahnya pun tersingkir... semua pohonnya rusak hingga tanahnya dapat terlihat jelas... dan kerusakan hutan itu sangat luas... sekali lihat saja aku sudah paham kalau itu pasti ulah salah satu peserta yang sangat kuat di hutan ini..." desta mencoba menjelaskan sebisanya. 'fira apa kamu bisa menyelidikinya...?' tanya nia melalui telepati, 'halah... kalau aku pergi jangan jauh-jauh dari temanmu ya... meski kamu sudah bisa menggunakan api biruku tapi... kamu masih terlalu kaku...' fira pun melompat dari pangkuan nia dan pergi meninggalkan tenda itu. "eh apa gak apa-apa itu kucing kamu pergi...?" tanya desta melihat kepergian fira itu, "gak apa-apa kok... dia cuma ingin jalan-jalan malam..." ujar nia sambil tersenyum pada desta. "deg..." hati desta berdebar saat melihat senyuman nia itu, "yasudah baguslah... ku harap dia baik-baik saja di luar sana..." ujar desta mulai salah tingkah.

Sementara itu fira dengan wujud kecilnya melayang di udara sambil melihat-lihat area sekitar, "oh jadi itu hutan yang rusaknya... huaa..... ini sich parah.... paling tidak kekuatan orang yang melakukan ini lebih kuat dan berpengalaman dari nia..." fira bergumam sendiri sambil melihat ke arah hutan yang hancur itu. "ok lebih baik aku peringatkan nia dulu..." fira langsung bergegas kembali menuju ke tempat fira dan kawan-kawannya beristirahat. "miaw...." mendengar suara kucing seluruh mata langsung menoleh ke arah fira, "wah dia beneran kembali... kucing yang pintar ya..." ujar desta kagum fira bisa tahu jalan kembali meski di tengah hutan seperti ini. fira langsung duduk di pangkuan nia, 'jadi bagaimana?' tanya nia melalui telepati pada fira. 'ini lawan yang tidak bisa kau lawan sendirian.... kalau aku turun tangan sich lawan seperti itu masih mudah... tapi itu namanya curang kalau kau lulus dengan bantuanku...' ujar fira menjelaskan situasinya. 'curang sedikit tidak apa atuh... yah....' ujar nia sambil memasang senyuman penuh harapan pada fira. 'huh... yang begini nih aku susah buat menolaknya...' fira menghela nafas karena tidak bisa menolak permintaan nia, 'baiklah aku akan menolongmu, tapi hanya saat kamu tidak sanggup menghadapi musuhnya... atau musuhnya lebih kuat darimu...' jawab fira pada nia. 'fira baik deh... ' ujar nia sambil memeluk tubuh fira, "kalian akrab banget ya... maksudku nia sama kucingnya..." ujar desta saat melihat nia memeluk kucing hitamnya itu. "kucing ini namanya fira dan dia selalu menolongku... dia ini kucing baik dan juga imut..." ujar nia sambil kembali memeluk fira. 

Sementara itu 5 jam sebelumnya di ruang monitoring, "gak mungkin dia itu kan..." suara aria terdengar sambil melihat tajam ke arah monitor. "hehe... bagaimana dia murid terbaikku saat ini... hebat bukan..?" ujar dendi terlihat sangat sombong, "dia itu kalau tidak salah ahli waris keluarga kurnia bukan....?" ujar zaenal sambil mengusap dagunya. "tap..." aria melompat turun dari area pengawas ke bagian penonton, "guru... kenapa guru biarkan dia mengikuti ujian...?" tanya aria pada dendi dengan tatapan serius. "aku hanya membebaskan muridku melakukan apa yang dia inginkan... sama seperti yang ku lakukan padamu dulu..." jawab dendi tidak kalah serius. "lagian kalau memang tidak boleh mengikuti ujian harusnya dokumen pendaftarannya tidak harus kalian setujui bukan...?" sambung dendi dengan tatapan bengis menatap aria dan merasa penuh kemenangan. "gandi cepat cek kanna di ruangannya... dan periksa dokumen peserta atas nama zaki kurnia" ujar aria pada gandi yang berada di area ruang kontrol monitor itu, "siap kak..." gandi langsung bergegas menuju ruang ketua panitia penyelenggara.

Gandi berlari dengan cepat melewati lorong koridor gedung itu menuju ruang ketua panitia penyelenggara yang berada cukup jauh dari ruang monitoring. "braak...!" gandi membuka pintunya dengan terburu-buru dan menimbulkan suara yang keras, "dokumen peserta... dokumen peserta..." gandi mencari dokumen peserta di area tumpukan dokumen ujian ahli spiritual itu. "eh...!? ini kan...!" ujar gandi kaget melihat sesuatu yang ada di meja kerja ketua panitia, gandi langsung mengambil dokumen itu dan juga benda yang ada di meja panitia itu. "gandi tunggu sebentar..." baru saja gandi ingin pergi meninggalkan ruangan itu, seorang wanita berdiri di depan pintu dan mencegah gandi untuk pergi. "apa pun yang terjadi jangan bawa benda itu pergi..." ujar wanita itu sambil menatap gandi dengan tatapan tajam yang amat serius. "maksudmu stempel yang berisikan tanda tanganmu ini kak kanna...? tenang saja aku tidak akan mengambilnya... aku hanya ingin memperlihatkannya pada kak aria saja kok..." ujar gandi sambil tersenyum jahat pada kanna. 

Beberapa menit kemudian gandi akhirnya berhasil sampai di depan pintu ruang monitoring, "uwaa.... ku mohon jangan kasih tahu aria.... gandii.....!" ujar kanna merengek sambil memegangi kaki kanna gandi. "clek... kak kanna kamu harus tanggung jawab atas kemalasanmu sendiri..." ujar gandi sambil memasuki ruang monitoring. saat memasuki ruangan gandi langsung menjelaskan situasinya pada aria, "...!" aria terlihat sangat kesal mendengar hal itu. "jadi kanna apa ada yang mau kau jelaskan padaku soal stempel tanda tangan ini...?" aura membunuh aria keluar saat berbicara dengan kanna saat itu, "tidak... ku mohon maafkan aku..." wajah kanna benar-benar terlihat ketakutan dan memelas. "huh.... seharusnya aku tidak meninggalkanmu saat itu... salahku juga tidak mengawasimu sampai pekerjaanmu selesai... apa kau tahu kesalahanmu...?" mendengar perkataan aria itu kanna hanya menggelengkan kepalanya. "kesalahanmu itu memasukan peserta ini dalam ujian..." aria memperlihatkan dokumen peserta zaki kurnia, "eh....!? kurnia...?" kanna terkejut membaca nama peserta yang ada di lembaran kertas itu. "benar... dia ini adalah sepupuku.... dia calon kepala keluarga berikutnya..." ujar aria menjelaskan pada kanna yang kebingungan itu, "bukankah dia harusnya tidak perlu repot-repot ikut ujian?" kanna masih terlihat bingung dengan situasinya. 

Aria pun menjelaskan apa yang sedang terjadi secara rinci pada kanna yang tidak tahu apa-apa itu, "hah....? itu kan namanya curang... adik sepupumu itu seharusnya sudah setara pangkat emas bukan...?" kanna yang baru paham situasinya mulai protes. "iya itulah kenapa aku kesal karena ada orang yang lalai menjalankan tugasnya..." aria terlihat kesal sambil meremas dokumen di tangannya itu, "eh.... itu.... maaf... aku sungguh minta maaf..." kanna memeluk aria sambil terus meminta maaf. "sebenarnya bukan cuman itu yang membuatku kesal..." ujar aria sambil menghela nafas, "lihat baik-baik di layar dan perhatikan rekan satu tim adik sepupuku itu..." lanjut aria sambil menunjuk ke arah layar monitor. 

disalah satu layar monitor itu terlihat anggota tim zaki semuanya menggunakan gelang simbol keluarga kurnia yang berupa gelang putih dengan ukiran naga. "itukan...!" kanna langsung menoleh ke arah dendi dengan tatapan curiga, "kalau soal itu aku tidak tahu apa-apa... kan kalian yang mensettingnya sesuai dengan takdir dari mantra pengacak itu..." ujar dendi dengan senyuman licik penuh dengan rasa kemenangan. "sepertinya ada salah satu dari pengawas yang di suap... tapi tenang saja kalau memang takdir berkehendak si zaki ini pasti akan kalah..." ujar gandi sambil melirik kearah dendi. "tapi gandi di antara para peserta tidak ada yang setara dengan zaki, apa lagi di tambah dengan pengawal keluarga aria yang jadi rekan satu timnya..." ujar aria membantah perkataan gandi. "tenang saja kak... kalau takdir berkehendak apa pun bisa terjadi..." jawab gandi sambil tersenyum santai. 

Sementara itu di area hutan bagian barat nia dan teman-temannya sedang memojokkan satu tim yang terdiri dari 1 wanita dan 3 pria. "menyerahlah aku tidak ingin menyakiti kalian..." ujar nia sambil menahan api biru berwujud kucing  raksasa belakangnya, "cih... mana sudi...!" jawab pria yang sepertinya pimpinan dari kelompok itu. "burshhh....!" mendengar perkataan pria itu  kucing api buatan nia semakin membara dan membuat suana di tempat itu semakin panas, meski begitu ketua timnya tetap pada pendiriannya untuk tidak menyerah. "huh... aku sudah mengira bakal seperti ini... aulia...!" teriak nia setelah menghela nafas menyayangkan keputusan tim itu, "hutan tombak air surga...! durdurdurdur...dur... buar...!" puluhan air berwujud tombak menghujani kelompok yang terpojok itu dan diakhiri oleh sebuah tombak air raksasa yang menghantam tanah dengan keras. "ssshhh...... padahal aku sudah bilang tidak ingin menyakiti mereka..." nia bergumam, cipratan air yang mengarah padanya langsung menguap terkena panas api biru berwujud kucing yang melingdungi dirinya. keempat orang itu semuanya tidak sadarkan diri akibat serangan tombak air aulia, "dengan ini kita sudah dapat 3 kan...?" ujar desta pada nia setelah mengambil kristal dari salah satu anggota tim musuh yang tidak sadarkan diri itu. "iya, padahal baru hari kedua... sekarang kita tinggal mencari 5 tim lagi... dengan sisa waktu 5 hari ku rasa cukup..." sahut nia pada desta yang sedang memasukan kristal ke dalam kantungnya. 

Baru saja mereka mendapatkan sebuah kemenangan melawan tim lain, "...!" tiba-tiba aura membunuh yang sangat kuat muncul dari belakang nia. "ku kira ada apaan suaranya ribut sekali... ternyata ada mangsa disini toh... " seorang pria berambut kribo dengan tubuh yang kurus dengan baju putih dan golok yang ada di sabuknya berjongkok di dahan pohon yang ada di belakang nia. "...!" fira langsung berdiri di pangkuan nia saat melihat ke arah pria berambut kribo itu, "pekenalkan namaku jampang... seorang ahli silat betawi yang memiliki golok sakti dari jaman belanda yang haus darah ini... " ujar jampang sambil berdiri. 'nia serahkan orang ini kepadaku...! dia ini lebih berpengalaman dari kalian semua... dan lagi dia hanya ingin membunuh manusia... aku bisa mengetahui itu dari bau darah segar di goloknya...' ujar fira melalui telepati pada nia, 'hah...!? bukannya dilarang membunuh di ujian ini...? dan lagi harusnya dia di buru oleh para pengawas kan...?' nia kebingungan dengan penjelasan fira barusan. 'pengawas yang memburunya kemungkinan sudah tewas...' ucapan fira membuat nia kaget sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. 

Sementara itu di ruangan pengawas ujian kedua, "apa kau bilang...!? pengawas 001 dan 002 tidak bisa dihubungi setelah memburu peserta yang melanggar aturan itu...?" agus terlihat amat kaget dengan laporan yang ia terima dari bawahannya itu. "tidak hanya membantai teman satu timnya sendiri... pria itu juga membantai setiap tim yang dia temui... sudah ada 3 tim yang jadi korbannya...! aku sendiri yang akan berangkat... eri gantikan posisiku disini...!" ujar agus pada asistennya itu. "siap pak..." jawab eri dengan cepat dan lantang, "kalian berdua ikut aku... kita akan berburu penjahat...!" ujar agus pada kedua anak buahnya yang melapor barusan itu. agus dan kedua anak buahnya segera memasuki hutan tempat ujian berlangsung, "ku harap tidak ada korban lain yang berjatuhan..." agus bergumam sambil berdoa. diruangan monitoring juga terlihat tegang melihat situasi yang ada di dalam hutan, dimana nia dan kawan-kawannya sedang berhadapan dengan jampang. "aku tidak menyangka ada orang seperti ini yang bisa mengikuti ujian ahli spiritual..." ujar dendi menyinggung aria dan kanna yang menjadi ketua panitia penyelenggara. kanna dan aria hanya bisa menahan rasa kesalnya mendengar ejekan dari dendi itu, karena  semua itu memang salah mereka tidak memperketat seleksinya. 

Di dalam hutan seluruh teman satu tim nia merasakan tekanan energi spiritual yang sangat besar dari pria bernama jampang itu. "tekanan macam apa ini... kuat banget..." ujar desta seperti sedang menahan sesuatu yang sangat berat, "tekanan sebesar ini... kak...?" aulia melihat ke arah nia dengan tatapan cemas. "tidak usah khawatir semua akan baik-baik saja... sekarang kakak minta kamu ikut dengan desta dan sahril untuk menjauh dari tempat ini... ya..." ujar nia sambil tersenyum ke arah aulia. "kalian berdua bawa aulia ke tempat aman... biar pria ini aku yang urus..." ujar nia pada sahril dan desta sambil menyerahkan aulia, "tidak akan ku biarkan... eh...!" sebelum jampang sempat bereaksi kucing api biru buatan nia langsung menghadangnya. "begitu juga denganku... tidak akan aku biarkan kau menyakiti teman-temanku...!" ujar nia menatap jampang dengan sinis. "kau layak untuk dibunuh...! slash...slash...swing...!" dalam sekejap kucing api biru raksasa buatan nia ditebas hingga lenyap oleh jampang, "matilah...! wusssshhh....! ...!" sebelum jampang berhasil melancarkan serangan lanjutannya sebuah kibasan mengenai goloknya dan memukul mundur dirinya. 

sebuah kucing hitam raksasa yang bahkan lebih besar dari harimau dengan kaki yang mengeluarkan api biru muncul di belakang nia     

sebuah kucing hitam raksasa yang bahkan lebih besar dari harimau dengan kaki yang mengeluarkan api biru muncul di belakang nia. "menyerahlah kau tidak akan menang melawan kami...!" ujar nia memberi peringatan pada jampang, "siluman ya... repot juga..." ujar jampang sambil perlahan langkahnya mundur. "tapi... hasratku tidak akan puas sebelum membunuh kalian semua...!" ujar jampang sambil melancarkan tebasan kuat ke arah nia, "fira...! burshhh...."mendadak seluruh area hutan di sekitar nia dan fira terbakar oleh api biru. "eh...!? burshhh.... burrrnnn...!" seluruh tubuh jampang langsung ikut terbakar sama seperti pepohonan di sekitarnya, "tatapan api penyucian.... manusia seperti apa pun pasti terbakar oleh mata ini..." ujar fira menjelaskan tekniknya itu. tangan jampang yang sudah bersiap mengayunkan pedannya mulai terbakar dan api biru itu dengan cepat merambat keseluruh tubuh jampang. "uwaaaaa..... panas.... panas... tapi.... aku mas-... eh...!?" saat jampang mencoba berdiri saat sedang terbakar dia menyadari seluruh tubuhnya sudah tidak bisa di gerakan, "dasar manusia bodoh api itu sudah membakar seluruh syarafmu sedari tadi..." ujar fira pada jampang yang sudah tidak berdaya. panas api biru yang sangat hebat membuat jampang tidak menyadari bahwa api itu melahap tubuhnya dengan sangat cepat dan tanpa rasa sakit. "wusshh...busshh... sshhh..." dalam sekejap seluruh api biru menghilang bersamaan dengan tertutupnya mata fira. "a-aku... masih hidupp....?" jampang terlihat bingung meski kondisinya luka bakar yang sangat parah dan juga syaraf yang ikut terbakar, namun dirinya masih hidup dan mulutnya masih bisa berbicara. "anggap ini adalah hukumanmu..." ujar nia sambil membalikkan kursi rodanya.

Sebelum nia sempat meninggalkan tempat itu, agus dan kedua pengawas yang bersamanya tiba di lokasi itu. "mustahil... nona apa kau yang melakukan semua ini...?" ujar agus terlihat kebingungan melihat kondisi jampang yang sudah terluka parah dan tidak berdaya, juga hutan sekeliling yang hampir menjadi debu akibat terbakar. "iya aku yang melakukannya memang kenapa pak?" tanya nia pada agus, "bisa minta waktunya sebentar...? soalnya ini juga berkaitan dengan ujian... anda harus mendapat kompensasi karena telah membantu petugas menangani orang ini..." ujar agus menjelaskan sambil mengeluarkan smartphonenya. "tut....tu... clack... halo pak..." ujar agus pada orang yang dia telepon, "ini soal gadis yang mengalahkan target kami... oh iya... jadi gak bisa ya... baiklah... siap pak..." ujar agus lalu mengakhiri panggilannya itu. "kami sepertinya tidak bisa memberikan kompensasi yang besar pada anda nona... namun sebagai gantinya anda boleh menyimpan 3 kriltal yang terjatuh dari tas orang itu..." ujar agus menjelaskan sambil menunjuk ke arah jampang yang tubuhnya sedang di urus oleh kedua petugas bawahan agus. "serius pak...?" tanya nia tidak percaya dia bisa mendapatkan 3 kristal secara cuma-cuma, "iya ini silahkan di ambil kristalnya..." agus langsung menyodorkan kristal yang ada ditangannya. nia menerima kristal itu dengan senang hati, "makasih ya pak pengawas..." ujar nia sambil tersenyum ke arah agus. "iya sama-sama... kami akan mengurus yang disini, jadi anda bisa kembali melanjutkan ujian yang sedang berlangsung.." mendengar perkataan agus nia pun langsung pergi dari situ dan menghampiri teman-temannya yang jauh berada di belakangnnya. 

Dari ruang monitor dendi terlihat sangat kesal atas kemenangan nia itu, "lihatkan banyak calon ahli spiritual yang berpotensi di ujian kali ini..." ujar kanna dengan tatapan menyinggung ke arah dendi yang terlihat kesal itu. "huh....!" dendi langsung pergi meninggalkan ruangan itu, "blwe...!" kanna menjulurkan lidahnya sambil meledek ke arah dendi yang pergi dari ruangan itu. "gandi apa maksud perkataanmu tadi soal ada kelompok yang bisa mengalahkan zaki dan pengawalnya...?" tanya aria penasaran pada gandi, "kak aria sudah lihat sendiri bukan kekuatan dari nia dan fira sang siluman kucing itu...? setelah latihan nia tanpa bantuan fira saja sudah setara dengan ahli spiritual pangkat perak..." ujar gandi menjelaskan sambil tersenyum jahat. "dan kalau fira dan nia bertarung bersama aku yakin 4 orang pangkat emas pun tidak akan bisa mengalahkan mereka..." lanjut gandi menjelaskan situasinya. "huh... apa benar gadis yang menggunakan kursi roda itu sekuat yang kau bicarakan...?" kanna yang penasaran langsung menyerobot dan bertanya pada gandi. "benar atau tidak nanti kita akan melihatnya sendiri kok... santai saja kak kanna..." ujar gandi pada kanna yang menatap ke arahnya dengan tatapan penasaran. 

Sedangkan di area dalam hutan sebuah tim mendapat kesialan bertemu dengan zaki dan pengawalnya, "cepat pergi bawa kristalnya... paling tidak kita tidak boleh kehilangan kristal itu... " ujar sang pria yang merupakan ketua grub pada seorang gadis yang memegang kristal tim tersebut. "tapi.." gadis itu merasa ragu meninggalkan sang ketua sendiri menghadapi 4 orang anggota tim zaki itu, "edi dan husna sudah tumbang... jangan sia-siakan pengorbanan mereka...!" ujar sang ketua dengan suara keras pada gadis itu. tanpa sempat berpikir gadis itu langsung melarikan diri dan meninggalkan ketua timnya berserta kedua rekannya yang telah tumbang. "melarikan diri ya... asik juga main kucing-kucingan..." ujar zaki dengan tatapan wajah yang memandang rendah musuhnya, "jangan kau pikir bisa semudah itu sialan...! pedang api... wusshh..." sang ketua tim mengeluarkan pedang api yang sangat besar dari perutnya. "slashh...slash,slash,slash....jangan kau pikir ukuran pedangmu itu membuat dirimu jadi hebat..." ujar zaki setelah melancarkan serangan yang amat cepat menggunakan celuritnya, "mustahil... crat....!" darah bercucuran keluar dari luka-luka tipis bekas tebasan celurit zaki. "oke sekarang tinggal berburu sang kelinci terakhir..." ujar zaki dengan wajah bengis yang terlihat jahat itu.

Sementara itu di beberapa kilo meter dari tempat itu sang gadis terus berlari seolah tidak ada jalan lain selain melarikan diri, "buk...! ah....! bruk...brubuk...duk...!" gadis itu tersandung dan terguling jatuh ke jurang kecil. "adudududuh....!" gadis itu merasakan sakit di sekitar tubuhnya, "eh...!? eh...!?" ujar nia dan gadis itu secara bersamaan setelah saling menatap satu sama lain. roda takdir mulai berputar sesuai rotasinya, akankah gadis itu membawa keberuntungan bagi tim nia ataukah kesialan?

bersambung

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Love You, Om Ganteng
17015      4135     5     
Romance
"Mau dua bulan atau dua tahun, saya tidak akan suka sama kamu." "Kalau suka, gimana?" "Ya berarti saya sudah gila." "Deal. Siap-siap gila berarti."
fall
4571      1361     3     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?
Aku menunggumu
4536      955     10     
Romance
Cinta pertamaku... dia datang dengan tidak terduga entahlah.Sepertinya takdirlah yang telah mempertemukan kami berdua di dunia ini cinta pertamaku Izma..begitu banyak rintangan dan bencana yang menghalang akan tetapi..Aku Raihan akan terus berjuang mendapatkan dirinya..di hatiku hanya ada dia seorang..kisah cintaku tidak akan terkalahkan,kami menerobos pintu cinta yang terbuka leb...
Story of April
2473      888     0     
Romance
Aku pernah merasakan rindu pada seseorang hanya dengan mendengar sebait lirik lagu. Mungkin bagi sebagian orang itu biasa. Bagi sebagian orang masa lalu itu harus dilupakan. Namun, bagi ku, hingga detik di mana aku bahagia pun, aku ingin kau tetap hadir walau hanya sebagai kenangan…
Rihlah, Para Penakluk Khatulistiwa
16785      2772     8     
Inspirational
Petualangan delapan orang pemuda mengarungi Nusantara dalam 80 hari (sinopsis lengkap bisa dibaca di Prolog).
Teman Hidup
6493      2402     1     
Romance
Dhisti harus bersaing dengan saudara tirinya, Laras, untuk mendapatkan hati Damian, si pemilik kafe A Latte. Dhisti tahu kesempatannya sangat kecil apalagi Damian sangat mencintai Laras. Dhisti tidak menyerah karena ia selalu bertemu Damian di kafe. Dhisti percaya kalau cinta yang menjadi miliknya tidak akan ke mana. Seiring waktu berjalan, rasa cinta Damian bertambah besar pada Laras walau wan...
The genius hunter S class
78      68     1     
Fantasy
Dunia telah berubah, sudah tak asing lagi dengan lingkaran hitam yang tersebar di berbagai belahan dunia. Semenjak 10 tahun yang lalu, yang dikenal sebagai mimpi buruk muncul sebuah lingkaran hitam, awalnya tidak terjadi apa pun namun seiring berjalannya waktu, sesuatu keluar dari lingkaran hitam tersebut yang menyebabkan begitu banyak kematian. Tepat pada saat itu kebangkitan manusia dimulai han...
The watchers other world
1972      817     2     
Fantasy
6 orang pelajar SMA terseret sebuah lingkarang sihir pemanggil ke dunia lain, 5 dari 6 orang pelajar itu memiliki tittle Hero dalam status mereka, namun 1 orang pelajar yang tersisa mendapatkan gelar lain yaitu observer (pengamat). 1 pelajar yang tersisih itu bernama rendi orang yang suka menyendiri dan senang belajar banyak hal. dia memutuskan untuk meninggalkan 5 orang teman sekelasnya yang ber...
BACALAH, yang TERSIRAT
9864      2057     4     
Romance
Mamat dan Vonni adalah teman dekat. Mereka berteman sejak kelas 1 sma. Sebagai seorang teman, mereka menjalani kehidupan di SMA xx layaknya muda mudi yang mempunyai teman, baik untuk mengerjakan tugas bersama, menghadapi ulangan - ulangan dan UAS maupun saling mengingatkan satu sama lain. Kekonyolan terjadi saat Vonni mulai menginginkan sosok seorang pacar. Dalam kata - kata sesumbarnya, bahwa di...
Dosa Pelangi
638      377     1     
Short Story
"Kita bisa menjadi pelangi di jalan-jalan sempit dan terpencil. Tetapi rumah, sekolah, kantor, dan tempat ibadah hanya mengerti dua warna dan kita telah ditakdirkan untuk menjadi salah satunya."