Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu VS Kamu
MENU
About Us  

Langit sudah gelap ketika rombongan sekolah kami sampai di hotel kawasan pantai Kuta, Bali. Bukan hotel yang letaknya tepat di pinggir pantai Kuta –aku pikir hotel-hotel itu memiliki harga selangit hanya untuk menginap semalam, namun hotel tempatku menginap cukup dekat untuk sampai ke pantai Kuta dengan berjalan kaki. Memang perjalanan hari ini melelahkan. Sesampainya di pulau Bali pagi tadi, kami hanya diberi kesempatan selama kurang lebih dua jam untuk membersihkan diri dan sarapan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju beberapa objek wisata yang setiap objeknya berjarak kurang lebih dua jam perjalanan menggunakan bus. Namun bukan Asmara namanya jika tidur sebelum tengah malam. Sementara Vivian sudah terlentang di atas kasur dengan mulut terbuka, aku menyelinap keluar hotel untuk sedikit berjalan-jalan. Lagipula malam di Bali tidak pernah padam. Kehidupan malamnya tersebar di mana-mana. Kesempatan untuk mengeksplor sendiri kawasan pantai Kuta juga tidak akan datang dua kali dalam agenda study tour ini. Besok pagi-pagi sekali kami harus siap untuk melanjutkan perjalanan ke objek wisata yang lain dan akan kembali lagi sekitar pukul sepuluh malam seperti malam ini.

Sedang asyik melihat koleksi terbaru toko-toko fashion dari luar kaca, aku menangkap sosok jangkung yang kukenal sebagai salah satu siswa dari sekolahku, Aditya. Ia memasuki mini market dua puluh empat jam. Malam ini otakku tumben-tumbenan berpikir dengan cepat untuk menyusul cowok itu ke dalam mini market. Siapa tahu aku menemukan cara untuk mendekatkan Vivian setelah berbincang sedikit dengan cowok itu, “Oy, Dit!” sapaku dengan cengiran lebar ketika menemukannya di depan lemari pendingin minuman. Selanjutnya aku hanya mematung masih dengan cengiran lebar yang menampakkan gigi rapiku padanya yang segera kusadari bahwa tindakanku aneh setelah menerima tatapan bingung dan dahi berkerut dari Aditya, “Ngapain lo?” tanyanya dengan nada heran.

“Oh, eh nggak. Mau beli minuman dingin juga.” Jawabku gagap dengan gerakan aneh membuka pintu lemari pendingin dan mengambil satu botol minuman isotonik. Setelah membuka dan meminumnya beberapa teguk, aku hendak tersedak dan menatap minuman isotonik di tanganku yang isinya sudah berkurang, “Ya ampun! Aku kan nggak bawa uang.”

Aditya di sampingku hampir saja menyemburkan minuman di mulutnya mendengar kebodohanku untuk kesekian kali. Ia terkikik setelah berhasil mengosongkan mulutnya, “Cantik cantik, bloon.” Ia mendecakkan lidah dengan menggeleng-gelengkan kepala, “Ya udah gue bayarin, besok ganti.” Ia melenggang melaluiku menuju meja kasir. Dengan kikuk aku menutup botol dan mengikutinya dari belakang. Meletakkan botol minuman isotonik di atas meja kasir dengan tatapan malu. Dalam hati aku mengutuk kebodohanku, bukannya berhasil menemukan cara untuk mendekatkan Vivian dengan Aditya, malah merusak usahaku agar bisa menarik perhatian Aditya untuk Vivian.

“Lo bisa bangun pagi?” Lagi-lagi aku menunjukkan kebodohanku dengan menatap Aditya dengan tatapan yang aku yakin sangat amat bloon, terlihat dari caranya merespon ekspresiku. Ia mendengus dengan menyerahkan minuman isotonikku, “Gue pengen badminton-an. Security di hotel punya raket sama kok.”

“Oh, oke. Aku bisa.” Aku mengangguk-angguk polos, seolah melupakan kebodohanku yang terjadi beberapa menit lalu. Seketika saja aku menyeringai karena menemukan ide untuk Vivian. Ternyata untuk sebuah ide cemerlang perlu melalui kebodohan lebih dahulu.

***

Saat sarapan berlangsung, Vivian mendorongku di belakang antrian meja buffet. Hampir mendorong cowok di depanku yang juga mengantri meski hanya jidatku yang menyentuh punggungnya secara halus, “Vi, apaan sih? Nggak usah dorong-dorong dong!” Protesku dengan menatap Vivian yang tampaknya masih bahagia atas kejadian pagi sebelum matahari terbit tadi. Semalam setelah sampai di kamar hotel, aku membangunkan Vivian secara paksa untuk menyampaikan ideku. Hingga pagi tadi Vivian yang membangunkanku terlebih dahulu, bahkan gadis itu sudah mandi dan baru saja membeli tiga botol minuman dingin. Dengan bermodal cuci muka dan rambut diikat seadanya, aku mengekorinya dari belakang menuju halaman depan hotel.

Tidak seperti Vivian yang memakai sandal hotel atau diriku yang tidak memakai alas kaki, Aditya yang memakai Reebok andalannya sedang lari di tempat. Bahkan kausnya sudah basah oleh keringat. Tampaknya ia sudah menghabiskan waktu lama untuk pemanasan atau bahkan lari pagi mengelilingi kawasan Kuta. Pantas saja cowok itu memiliki tubuh yang ideal dan sehat. Aku mengenalkan Vivian pada Aditya yang disambut dengan semburat merah pada kedua pipi gadis itu. Tidak hanya itu, aku rasa sepanjang permainan bulu tangkisku dengan Aditya, Vivian mengagumi betapa kerennya cowok itu. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana reaksinya jika menonton aksi Aditya di lapangan yang sebenarnya dengan lawan yang tangguh. Pasti akan seheboh penonton pertandingan resmi bulu tangkis yang diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta. Puncaknya adalah ketika Vivian menyerahkan sebotol minuman kepada Aditya yang dibalas dengan senyuman tipis khas cowok itu. Membuat Vivian hingga detik ini masih menyunggingkan senyumnya sampai mendorongku tak sabaran mengantri di meja buffet.

“Hai, Rio!” Aku menoleh cepat ke arah cowok yang punggungnya sempat terantuk dahiku secara halus tadi. Sejenak aku mematung dengan kedipan mata beberapa kali, tak percaya dengan apa yang ada di hadapanku. Baru kali ini aku berada sedekat ini dengan Rio, bahkan dahiku sempat menyentuh punggungnya! Rio lebih tinggi dari apa yang aku lihat selama ini di hadapanku. Membuatku mendongak hanya untuk melihat senyum manisnya saat membalas sapaan Vivian tadi, “Ri, kenalin nih temenku. Asmara yang anak dari wakil beauty pageant provinsi Jawa Tengah itu, lho!”

Tatapan Rio beralih dari Vivian ke arahku. Kurasa pipiku memerah seperti pipi Vivian tadi pagi. Mulutku juga tidak mampu bersuara yang membuat Vivian mencubit lenganku, “Cantik seperti ibunya, ya?” Aku menahan napas ketika Rio memujiku, “Aku Rio.” Cowok itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan denganku. Meski sudah hampir satu setengah tahun kami berada di satu sekolah yang sama, nampaknya ia baru melihatku hari ini.

“A-asmara.” Aku menyambut uluran tangannya dengan gugup. Duh, sial tanganku terasa basah oleh keringat saat bersentuhan dengan tangan Rio. Membayangkan tangan cowok itu yang menggenggam tanganku di kemudian hari. Ia tersenyum dan melepaskan tangannya untuk mengambil piring. Tidak hanya satu, ia mengambil dua piring untukku dan Vivian. So gentle, bisikku dalam hati.

“Ra, inget utang lo sama gue.” Tiba-tiba Aditya dengan suara khasnya mengusir kupu-kupu yang beterbangan di perutku dengan muncul tepat di belakang Vivian. Aku mendesah mengingat kebodohanku semalam. Vivian yang gantian mematung merasakan kehadiran Aditya di belakang punggungnya menatapku dengan rasa ingin tahu. Aku memberikannya tatapan ‘nanti saja’dan menjawab Aditya dengan respon yang hampir sama.

***

“Kok yang ngasih Vivian?” Lagi-lagi cowok bernama Aditya itu muncul di hadapanku yang sedang terduduk malas sambil memainkan ponsel di kursi yang tersedia di tempat makan Tanjung Benoa Water Sport. Vivian tidak ada di sini, ia pergi ke Pulau Penyu. Aku menolak diajak ke sana karena sudah tahu seperti apa pulau itu. Tadi setelah Aditya menagih utangnya kepadaku, aku meminta Vivian untuk membayarnya ke cowok itu. Sekaligus cara lain agar Vivian memiliki bahan untuk ngobrol dengan Aditya. Sebagai balasan karena sarapan tadi aku berhasil satu meja dengan Rio karena kebetulan ada Vivian.

“Yang penting utangku udah kebayar, kan? Lagian tadi pagi Vivian juga udah beliin kamu minuman gratis, masih aja nagih utang.” Protesku dan lanjut memainkan ponselku. Namun sepertinya Aditya tidak puas dengan jawabanku dan malah merebut ponsel dari tanganku. Memasukkannya ke dalam tas yang sebenarnya milik Vivian di atas meja kemudian menarikku ke pinggir pantai, “Lo liburan kaya nggak liburan.” Komentarnya yang kemudian berbincang sejenak dengan salah satu beli. Tanpa meminta persetujuanku, beli itu memasangkan baju pelampung di tubuhku. Setelah terpasang, Aditya mengajakku untuk menaiki salah satu jet ski, sedangkan dirinya naik dan duduk di belakangku menggantikan beli tadi yang seharusnya menjadi guide­-ku.

Eh, tunggu. Kenapa aku menurut saja? Tidak, seharusnya Vivian yang bisa berada di posisiku sekarang ini. Aku menoleh cepat ketika cowok itu mengulurkan tangannya untuk mengendalikan jet ski. Saat itu juga aku merutuki kebodohanku melihat wajah sempurna dan jakun Aditya yang seharusnya membuat Vivian mematung saat ini.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • anandesk

    Cepat lanjut, Aditya kenapa sih?????

    Comment on chapter 4
  • ShellaJody

    Lanjut dong lanjut, kayaknya si Aditya sengaja deh itu

    Comment on chapter 3
Similar Tags
Dark Fantasia
5108      1530     2     
Fantasy
Suatu hari Robert, seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai pengusaha besar di bidang jasa dan dagang tiba-tiba jatuh sakit, dan dalam waktu yang singkat segala apa yang telah ia kumpulkan lenyap seketika untuk biaya pengobatannya. Robert yang jatuh miskin ditinggalkan istrinya, anaknya, kolega, dan semua orang terdekatnya karena dianggap sudah tidak berguna lagi. Harta dan koneksi yang...
When the Winter Comes
59786      8149     124     
Mystery
Pertemuan Eun-Hye dengan Hyun-Shik mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu yang menghancurkan hidupnya. Pemuda itu seakan mengisi kekosongan hatinya karena kepergian Ji-Hyun. Perlahan semua ini membawanya pada takdir yang menguak misteri kematian kedua kakaknya.
Nirhana : A Nirrathmure Princess
15761      2349     7     
Fantasy
Depresi selama lebih dari dua belas tahun. Hidup dalam kegelapan, dan berlindung di balik bayangan. Ia hanya memiliki satu harapan, yang terus menguatkan dirinya untuk berdiri dan menghadapi semua masalahnya. Ketika cahaya itu datang. Saat ketika pelangi akhirnya muncul setelah hujan dan awan gelap selama hidupnya, hal yang tak terduga muncul di kehidupannya. Fakta bahwa dirinya, bukanlah m...
Roger
2047      859     2     
Romance
Tentang Primadona Sial yang selalu berurusan sama Prince Charming Menyebalkan. Gue udah cantik dari lahir. Hal paling sial yang pernah gue alami adalah bertemu seorang Navin. Namun siapa sangka bertemu Navin ternyata sebuah keberuntungan. "Kita sedang dalam perjalanan" Akan ada rumor-rumor aneh yang beredar di seluruh penjuru sekolah. Kesetiaan mereka diuji. . . . 'Gu...
Pensil Kayu
388      260     1     
Romance
Kata orang cinta adalah perjuangan, sama seperti Fito yang diharuskan untuk menjadi penulis buku best seller. Fito tidak memiliki bakat atau pun kemampuan dalam menulis cerita, ia harus berhadapan dengan rival rivalnya yang telah mempublikasikan puluhan buku best seller mereka, belum lagi dengan editornya. Ia hanya bisa berpegang teguh dengan teori pensil kayu nya, terkadang Fito harus me...
Forgetting You
4026      1467     4     
Romance
Karena kamu hidup bersama kenangan, aku menyerah. Karena kenangan akan selalu tinggal dan di kenang. Kepergian Dio membuat luka yang dalam untuk Arya dan Geran. Tidak ada hal lain yang di tinggalkan Dio selain gadis yang di taksirnya. Rasa bersalah Arya dan Geran terhadap Dio di lampiaskan dengan cara menjaga Audrey, gadis yang di sukai Dio.
Alya Kirana
2055      958     1     
Romance
"Soal masalah kita? Oke, aku bahas." Aldi terlihat mengambil napas sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan berbicara, "Sebelumnya, aku udah kasih tau kan, kalau aku dibuat kecewa, semua perasaan aku akan hilang? Aku disini jaga perasaan kamu, gak deket sama cewek, gak ada hubungan sama cewek, tapi, kamu? Walaupun cuma diem aja, tapi teleponan, kan? Dan, aku tau? Enggak, kan? Kamu ba...
Sebuah Musim Panas di Istanbul
403      290     1     
Romance
Meski tak ingin dan tak pernah mau, Rin harus berangkat ke Istanbul. Demi bertemu Reo dan menjemputnya pulang. Tapi, siapa sangka gadis itu harus berakhir dengan tinggal di sana dan diperistri oleh seorang pria pewaris kerajaan bisnis di Turki?
LELAKI DENGAN SAYAP PATAH
8571      2731     4     
Romance
Kisah tentang Adam, pemuda single yang sulit jatuh cinta, nyatanya mencintai seorang janda beranak 2 bernama Reina. Saat berhasil bersusah payah mengambil hati wanita itu, ternyata kedua orang tua Adam tidak setuju. Kisah cinta mereka terpaksa putus di tengah jalan. Patah hati, Adam kemudian mengasingkan diri dan menemukan seorang Anaya, gadis ceria dengan masa lalu kejam, yang bisa membuatnya...
Dia Dia Dia
13519      2162     2     
Romance
Gadis tomboy yang berbakat melukis dan baru pindah sekolah ke Jakarta harus menahan egonya supaya tidak dikeluarkan dari sekolah barunya, saat beberapa teman barunya tidak menyukai gadis itu, yang bernama Zifan Alfanisa. Dinginnya sikap Zifan dirasa siswa/siswi sekolah akan menjadi pengganti geng anak sekolah itu yang dimotori oleh Riska, Elis, Lani, Tara dan Vera. Hingga masalah demi masalah...