Read More >>"> Kamu VS Kamu (2) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kamu VS Kamu
MENU
About Us  

Langit sudah gelap ketika rombongan sekolah kami sampai di hotel kawasan pantai Kuta, Bali. Bukan hotel yang letaknya tepat di pinggir pantai Kuta –aku pikir hotel-hotel itu memiliki harga selangit hanya untuk menginap semalam, namun hotel tempatku menginap cukup dekat untuk sampai ke pantai Kuta dengan berjalan kaki. Memang perjalanan hari ini melelahkan. Sesampainya di pulau Bali pagi tadi, kami hanya diberi kesempatan selama kurang lebih dua jam untuk membersihkan diri dan sarapan. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan menuju beberapa objek wisata yang setiap objeknya berjarak kurang lebih dua jam perjalanan menggunakan bus. Namun bukan Asmara namanya jika tidur sebelum tengah malam. Sementara Vivian sudah terlentang di atas kasur dengan mulut terbuka, aku menyelinap keluar hotel untuk sedikit berjalan-jalan. Lagipula malam di Bali tidak pernah padam. Kehidupan malamnya tersebar di mana-mana. Kesempatan untuk mengeksplor sendiri kawasan pantai Kuta juga tidak akan datang dua kali dalam agenda study tour ini. Besok pagi-pagi sekali kami harus siap untuk melanjutkan perjalanan ke objek wisata yang lain dan akan kembali lagi sekitar pukul sepuluh malam seperti malam ini.

Sedang asyik melihat koleksi terbaru toko-toko fashion dari luar kaca, aku menangkap sosok jangkung yang kukenal sebagai salah satu siswa dari sekolahku, Aditya. Ia memasuki mini market dua puluh empat jam. Malam ini otakku tumben-tumbenan berpikir dengan cepat untuk menyusul cowok itu ke dalam mini market. Siapa tahu aku menemukan cara untuk mendekatkan Vivian setelah berbincang sedikit dengan cowok itu, “Oy, Dit!” sapaku dengan cengiran lebar ketika menemukannya di depan lemari pendingin minuman. Selanjutnya aku hanya mematung masih dengan cengiran lebar yang menampakkan gigi rapiku padanya yang segera kusadari bahwa tindakanku aneh setelah menerima tatapan bingung dan dahi berkerut dari Aditya, “Ngapain lo?” tanyanya dengan nada heran.

“Oh, eh nggak. Mau beli minuman dingin juga.” Jawabku gagap dengan gerakan aneh membuka pintu lemari pendingin dan mengambil satu botol minuman isotonik. Setelah membuka dan meminumnya beberapa teguk, aku hendak tersedak dan menatap minuman isotonik di tanganku yang isinya sudah berkurang, “Ya ampun! Aku kan nggak bawa uang.”

Aditya di sampingku hampir saja menyemburkan minuman di mulutnya mendengar kebodohanku untuk kesekian kali. Ia terkikik setelah berhasil mengosongkan mulutnya, “Cantik cantik, bloon.” Ia mendecakkan lidah dengan menggeleng-gelengkan kepala, “Ya udah gue bayarin, besok ganti.” Ia melenggang melaluiku menuju meja kasir. Dengan kikuk aku menutup botol dan mengikutinya dari belakang. Meletakkan botol minuman isotonik di atas meja kasir dengan tatapan malu. Dalam hati aku mengutuk kebodohanku, bukannya berhasil menemukan cara untuk mendekatkan Vivian dengan Aditya, malah merusak usahaku agar bisa menarik perhatian Aditya untuk Vivian.

“Lo bisa bangun pagi?” Lagi-lagi aku menunjukkan kebodohanku dengan menatap Aditya dengan tatapan yang aku yakin sangat amat bloon, terlihat dari caranya merespon ekspresiku. Ia mendengus dengan menyerahkan minuman isotonikku, “Gue pengen badminton-an. Security di hotel punya raket sama kok.”

“Oh, oke. Aku bisa.” Aku mengangguk-angguk polos, seolah melupakan kebodohanku yang terjadi beberapa menit lalu. Seketika saja aku menyeringai karena menemukan ide untuk Vivian. Ternyata untuk sebuah ide cemerlang perlu melalui kebodohan lebih dahulu.

***

Saat sarapan berlangsung, Vivian mendorongku di belakang antrian meja buffet. Hampir mendorong cowok di depanku yang juga mengantri meski hanya jidatku yang menyentuh punggungnya secara halus, “Vi, apaan sih? Nggak usah dorong-dorong dong!” Protesku dengan menatap Vivian yang tampaknya masih bahagia atas kejadian pagi sebelum matahari terbit tadi. Semalam setelah sampai di kamar hotel, aku membangunkan Vivian secara paksa untuk menyampaikan ideku. Hingga pagi tadi Vivian yang membangunkanku terlebih dahulu, bahkan gadis itu sudah mandi dan baru saja membeli tiga botol minuman dingin. Dengan bermodal cuci muka dan rambut diikat seadanya, aku mengekorinya dari belakang menuju halaman depan hotel.

Tidak seperti Vivian yang memakai sandal hotel atau diriku yang tidak memakai alas kaki, Aditya yang memakai Reebok andalannya sedang lari di tempat. Bahkan kausnya sudah basah oleh keringat. Tampaknya ia sudah menghabiskan waktu lama untuk pemanasan atau bahkan lari pagi mengelilingi kawasan Kuta. Pantas saja cowok itu memiliki tubuh yang ideal dan sehat. Aku mengenalkan Vivian pada Aditya yang disambut dengan semburat merah pada kedua pipi gadis itu. Tidak hanya itu, aku rasa sepanjang permainan bulu tangkisku dengan Aditya, Vivian mengagumi betapa kerennya cowok itu. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana reaksinya jika menonton aksi Aditya di lapangan yang sebenarnya dengan lawan yang tangguh. Pasti akan seheboh penonton pertandingan resmi bulu tangkis yang diselenggarakan di Istora Senayan Jakarta. Puncaknya adalah ketika Vivian menyerahkan sebotol minuman kepada Aditya yang dibalas dengan senyuman tipis khas cowok itu. Membuat Vivian hingga detik ini masih menyunggingkan senyumnya sampai mendorongku tak sabaran mengantri di meja buffet.

“Hai, Rio!” Aku menoleh cepat ke arah cowok yang punggungnya sempat terantuk dahiku secara halus tadi. Sejenak aku mematung dengan kedipan mata beberapa kali, tak percaya dengan apa yang ada di hadapanku. Baru kali ini aku berada sedekat ini dengan Rio, bahkan dahiku sempat menyentuh punggungnya! Rio lebih tinggi dari apa yang aku lihat selama ini di hadapanku. Membuatku mendongak hanya untuk melihat senyum manisnya saat membalas sapaan Vivian tadi, “Ri, kenalin nih temenku. Asmara yang anak dari wakil beauty pageant provinsi Jawa Tengah itu, lho!”

Tatapan Rio beralih dari Vivian ke arahku. Kurasa pipiku memerah seperti pipi Vivian tadi pagi. Mulutku juga tidak mampu bersuara yang membuat Vivian mencubit lenganku, “Cantik seperti ibunya, ya?” Aku menahan napas ketika Rio memujiku, “Aku Rio.” Cowok itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan denganku. Meski sudah hampir satu setengah tahun kami berada di satu sekolah yang sama, nampaknya ia baru melihatku hari ini.

“A-asmara.” Aku menyambut uluran tangannya dengan gugup. Duh, sial tanganku terasa basah oleh keringat saat bersentuhan dengan tangan Rio. Membayangkan tangan cowok itu yang menggenggam tanganku di kemudian hari. Ia tersenyum dan melepaskan tangannya untuk mengambil piring. Tidak hanya satu, ia mengambil dua piring untukku dan Vivian. So gentle, bisikku dalam hati.

“Ra, inget utang lo sama gue.” Tiba-tiba Aditya dengan suara khasnya mengusir kupu-kupu yang beterbangan di perutku dengan muncul tepat di belakang Vivian. Aku mendesah mengingat kebodohanku semalam. Vivian yang gantian mematung merasakan kehadiran Aditya di belakang punggungnya menatapku dengan rasa ingin tahu. Aku memberikannya tatapan ‘nanti saja’dan menjawab Aditya dengan respon yang hampir sama.

***

“Kok yang ngasih Vivian?” Lagi-lagi cowok bernama Aditya itu muncul di hadapanku yang sedang terduduk malas sambil memainkan ponsel di kursi yang tersedia di tempat makan Tanjung Benoa Water Sport. Vivian tidak ada di sini, ia pergi ke Pulau Penyu. Aku menolak diajak ke sana karena sudah tahu seperti apa pulau itu. Tadi setelah Aditya menagih utangnya kepadaku, aku meminta Vivian untuk membayarnya ke cowok itu. Sekaligus cara lain agar Vivian memiliki bahan untuk ngobrol dengan Aditya. Sebagai balasan karena sarapan tadi aku berhasil satu meja dengan Rio karena kebetulan ada Vivian.

“Yang penting utangku udah kebayar, kan? Lagian tadi pagi Vivian juga udah beliin kamu minuman gratis, masih aja nagih utang.” Protesku dan lanjut memainkan ponselku. Namun sepertinya Aditya tidak puas dengan jawabanku dan malah merebut ponsel dari tanganku. Memasukkannya ke dalam tas yang sebenarnya milik Vivian di atas meja kemudian menarikku ke pinggir pantai, “Lo liburan kaya nggak liburan.” Komentarnya yang kemudian berbincang sejenak dengan salah satu beli. Tanpa meminta persetujuanku, beli itu memasangkan baju pelampung di tubuhku. Setelah terpasang, Aditya mengajakku untuk menaiki salah satu jet ski, sedangkan dirinya naik dan duduk di belakangku menggantikan beli tadi yang seharusnya menjadi guide­-ku.

Eh, tunggu. Kenapa aku menurut saja? Tidak, seharusnya Vivian yang bisa berada di posisiku sekarang ini. Aku menoleh cepat ketika cowok itu mengulurkan tangannya untuk mengendalikan jet ski. Saat itu juga aku merutuki kebodohanku melihat wajah sempurna dan jakun Aditya yang seharusnya membuat Vivian mematung saat ini.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • anandesk

    Cepat lanjut, Aditya kenapa sih?????

    Comment on chapter 4
  • ShellaJody

    Lanjut dong lanjut, kayaknya si Aditya sengaja deh itu

    Comment on chapter 3
Similar Tags
When I Was Young
8239      1654     11     
Fantasy
Dua karakter yang terpisah tidak seharusnya bertemu dan bersatu. Ini seperti membuka kotak pandora. Semakin banyak yang kau tahu, rasa sakit akan menghujanimu. ***** April baru saja melupakan cinta pertamanya ketika seorang sahabat membimbingnya pada Dana, teman barunya. Entah mengapa, setelah itu ia merasa pernah sangat mengenal Dana. ...
CATCH MY HEART
2451      907     2     
Humor
Warning! Cerita ini bisa menyebabkan kalian mesem-mesem bahkan ngakak so hard. Genre romance komedi yang bakal bikin kalian susah move on. Nikmati kekonyolan dan over percaya dirinya Cemcem. Jadilah bagian dari anggota cemcemisme! :v Cemcemisme semakin berjaya di ranah nusantara. Efek samping nyengir-nyengir dan susah move on dari cemcem, tanggung sendiri :v ---------------------------------...
Run Away
6668      1494     4     
Romance
Berawal dari Tara yang tidak sengaja melukai tetangga baru yang tinggal di seberang rumahnya, tepat beberapa jam setelah kedatangannya ke Indonesia. Seorang anak remaja laki-laki seusia dengannya. Wajah blesteran campuran Indonesia-Inggris yang membuatnya kaget dan kesal secara bersamaan. Tara dengan sifatnya yang terkesan cuek, berusaha menepis jauh-jauh Dave, si tetangga, yang menurutnya pen...
Flowers
359      247     1     
Inspirational
Zahra, remaja yang sering menggunakan waktu liburnya dengan bermalas-malasan di rumah, menggunakan satu minggu dari libur semesternya untuk mengunjungi tempat yang ingin dikunjungi mendiang Kakaknya. Bukan hanya demi melaksanakan keinginan terakhir Kakaknya, perjalanan ini juga menjadi jawaban atas semua pertanyaannya.
Coldest Husband
1305      675     1     
Romance
Saga mencintai Binar, Binar mencintai Aidan, dan Aidan mencintai eskrim. Selamat datang di kisah cinta antara Aidan dan Eskrim. Eh ralat, maksudnya, selamat datang di kisah cinta segitiga antata Saga, Binar, dan Aidan. Kisah cinta "trouble maker dan ice boy" dimulai saat Binar menjadi seorang rapunsel. Iya, rapunsel. Beberapa kejadian kecil hingga besar membuat magnet dalam hati...
injured
1218      657     1     
Fan Fiction
mungkin banyak sebagian orang memilih melupakan masa lalu. meninggalkannya tergeletak bersama dengan kenangan lainya. namun, bagaimana jika kenangan tak mau beranjak pergi? selalu membayang-bayangi, memberi pengaruh untuk kedepannya. mungkin inilah yang terjadi pada gadis belia bernama keira.
CAFE POJOK
3199      1077     1     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
Hati Yang Terpatahkan
1846      839     2     
Romance
Aku pikir, aku akan hidup selamanya di masa lalu. Sampai dia datang mengubah duniaku yang abu-abu menjadi berwarna. Bersamanya, aku terlahir kembali. Namun, saat aku merasa benar-benar mencintainya, semakin lama kutemukan dia yang berbeda. Lagi-lagi, aku dihadapkan kembali antara dua pilihan : kembali terpuruk atau memilih tegar?
Move on
63      42     0     
Romance
Satu kelas dengan mantan. Bahkan tetanggan. Aku tak pernah membayangkan hal itu dan realistisnya aku mengalami semuanya sekarang. Apalagi Kenan mantan pertamaku. Yang kata orang susah dilupakan. Sering bertemu membuat benteng pertahananku goyang. Bahkan kurasa hatiku kembali mengukir namanya. Tapi aku tetap harus tahu diri karena aku hanya mantannya dan pacar Kenan sekarang adalah sahabatku. ...
Glad to Meet You
249      190     0     
Fantasy
Rosser Glad Deman adalah seorang anak Yatim Piatu. Gadis berumur 18 tahun ini akan diambil alih oleh seorang Wanita bernama Stephanie Neil. Rosser akan memulai kehidupan barunya di London, Inggris. Rosser sebenarnya berharap untuk tidak diasuh oleh siapapun. Namun, dia juga punya harapan untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Rosser merasakan hal-hal aneh saat dia tinggal bersama Stephanie...