Loading...
Logo TinLit
Read Story - The watchers other world
MENU
About Us  

Rendi yang pergi meninggal istana itu langsung mencari informasi tentang kota arfuku, rendi bertanya pada banyak orang yang ia temui sepanjang jalan. Akhirnya rendi pun sampai di pusat kota tempat dimana segala macam informasi berada, "baik pertama aku harus ke pusat layanan informasi kota yang berada di dekat pusat kota." rendi melihat sekelilingnya dan akhirnya dia menemukan sebuah tempat yang cukup ramai dimana diplangnya tertulis pusat layanan informasi. Rendi benar-benar harus bersusah payah untuk mengantri ditengah kerumunan orang itu, setelah setengah jam lebih berdesakan didalam antrian akhirnya rendi mendapat gilirannya. "Ada yang bisa saya bantu?" pegawai pusat informasi itu bertanya pada rendi, "saya butuh peta lengkap kota Arfuku dan saya ingin tahu bagaimana cara agar bisa mengakses perpustakaan umum kota arfuku dengan bebas?" rendi menjawab dengan semangat karena jika mendapat informasi di perpustakaan yang berada di dunia lain ini artinya dia bisa mendapat ilmu baru. 

"Mohon tunggu sebentar ya." pegawai itu terlihat mencari sesuatu di dalam lemari yang berada di belakangnya, "ini peta yang anda butuhkan dan untuk cara mengakses perpustakaan umum dengan bebas anda membutuhkan status sebagai petualang. Untuk menjadi seorang petualang anda harus mendaftarkan diri di guild yang berada tidak jauh dari pusat kota ini, di sana anda akan dites dengan berbagai macam cara untuk menentukan potensi anda sebagai seorang petualang." pegawai itu menjawab semua pertanyaan dan permintaan rendi. "Oh jadi bgitu, terima kasih atas infonya." jawab rendi singkat setelah berpikir sejenak, "untuk peta dan informasinya, jika ditotal semuanya jadi 20 perak." rendi kaget untuk informasi dan peta saja dia harus mengeluarkan 20 koin perak. Bagi rendi yang sekarang memiliki total 50 koin emas di kantung uangnya hanya 20 koin perak bukanlah masalah, namun untuk menjadi seorang petualang rendi harus mengikuti tes untuk melihat potensinya. Hal itulah yang membuat rendi terus berpikir bagaimana bisa ia melewati tesnya tanpa melakukan hal yang berlebihan dan juga tidak gagal dalam tes itu. 

Saat rendi beranjak dari pusat pelayanan informasi kota dia melihat sebuah pedagang yang menjual daging panggang di pinggir jalan, "kriiukkk..." perut rendi berbunyi sangat keras. "Benar juga aku belum makan apapun saat sampai didunia ini." rendi berbicara sendiri sambil memegangi perutnya. "Pak 1 daging panggangnya." rendi memesan daging yang terlihat menggiurkan itu, "ayyo!" pedagang itu langsung menyiapkan daging panggangnya dan dililitkan pada batang kayu. "Berapa harganya pak?" rendi bingung harus memperkirakan harga makanan itu, "1 daging panggang jadi 5 koin perak." jawab pedagang itu dengan senyum. Secara spontan otak rendi berpikir kalau harga informasi soal kota ternyata lebih mahal dari harga daging yang terlihat mewah itu, rendi menyantap makanan itu dengan lahap disebuah taman yang penuh pepohonan dan juga bunga "enak..." seperti orang yang belum makan berhari-hari dia menghabiskan daging panggang itu dengan cepat. "Hebat teksturnya, rasanya semuanya saling berpadu. yah tapi aku kedunia ini bukan untuk mencari makanan enak sich, tujuanku cuma satu yaitu mendapatkan seluruh ilmu pengetahuan yang ada didunia lain ini." pikir rendi setelah menghabiskan daging panggangnya di bangku taman itu. 

"Ok pemberhentian berikutnya guild petualang." rendi langsung beranjak dari taman itu dan membuka peta kota yang dibelinya dari pusat layanan informasi. Setelah berjalan selama 15 menit rendi akhirnya menemukan gedung besar dimana banyak orang bertampang sangat dan membawa berbagai senjata masuk kedalamnya, di gedung itu terdapat sebuah plang besar bertulis "serikat guild petualang" plang itu sangatlah mencolok. "yosh pertama aku harus bisa menjadi seorang petualang! lalu mendapatkan akses perpustakaan!" rendi terlihat sangat bersemangat jiwanya berapi-api saat itu. Rendi langsung memasuki gedung guild itu mengikuti orang-orang lainnya, saat berada didalam dia melihat banyak sekali orang yang bergerumun di satu tempat yaitu lokasi papan permintaan. Sedangkan tempat yang rendi tuju itu recepsionis guild terlihat sangat sepi, "halo, ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita yang memakai seragam pelayan pada rendi yang menghampiri recepsionis guild itu. "ah ini, aku ingin mendaftar sebagai seorang petualang." rendi menjawab petugas recepsionis guild itu, "ah kalau begitu anda harus menjalani 5 tes terlebih dahulu untuk melihat potensi anda sebagai seorang petualang. ah iya, untuk menjalani tes itu anda harus membayar dana sebesar 1 koin emas. kalau anda bersedia saya akan mengantar anda kelokasi tesnya." recepsionis itu menjelaskan tentang syarat menjadi seorang petualang. "mahal juga ya, tapi saya bersedia." ujar rendi membayar biaya administrasi untuk pendaftaran guild sebesar 1 koin emas pada recepsionis itu, dia juga meminta recepsionis menuliskan data dirinya pada formulir pendaftaran dan sepertinya dia sudah terbiasa melakukannya. "apa mungkin didunia ini orang yang tidak bisa menulis itu cukup banyak ya." begitulah yang rendi pikirkan saat recepsionis dengan mudahnya mau menuliskan formulir pendaftarannya.

Recepsionis itu langsung berbicara dengan temannya untuk memintanya berjaga menggantikannya sementara waktu, "mari ikuti saya tuan." rendi pun langsung mengikuti recepsionis itu menuju lokasi tes. Tempat pertama yang dilihat rendi adalah sebuah area yang cukup luas dengan beberapa peralatan seperti busur dan anak panah yang tertata rapih dipojokan tempat terbuka itu, dilihat dari luas tempat itu dengan adanya busur dan anak panah juga terdapat sebuah lingkaran ditembok yang berada cukup jauh dari pintu masuk sudah pasti ini tempat untuk tes memanah. Seorang wanita berambut pirang muncul dari pintu lain di tempat itu dia memiliki paras yang cantik dengan warna hijau di kedua bola matanya, "jadi kali ini siapa yang mau di tes eri?" tanya wanita itu dengan tatapan yang dingin pada recepsionis yang mengantar rendi. "Ah ini tuan rendi. dia yang ingin mengikuti tes untuk jadi seorang petualang. jadi mohon bantuannya nona zilla." eri menjawab dengan canggung sambil membungkukan badannya pada wanita pirang itu. "Baiklah ambil busur disana dan 5 anah panah. aku akan mencontohkan sekali bagaimana caranya memanah. setelah itu sisanya tergantung padamu." ujar zilla dengan nada yang terdengar sangat angkuh, rendi mengambil busur dan 5 anak panah seperti yang diperintahkan zilla. "Baiklah perhatikan baik-baik." zilla langsung mempraktekan cara memanahnya didepan rendi, saat zilla membentangkan busurnya rendi melihatnya seperti gerakan slow motion dengan beberapa informasi yang muncul entah dari mana. "Bush...tap...!" suara panah itu meluncur dengan tepat ke titik merah yang merupakan pusat papan target, "lihat begitulah cara memanah yang baik. kalau kau bisa membelah panahku kau akan mendapat nilai tertinggi dalam tes ini. kau diberi 5 giliran untuk tes ini." ujar zilla pada rendi yang ada disampingnya. "Jadi begitu dia memiliki sebuah skill yang bernama mata elang ya. skill yang aktif secara otomatis saat menggunakan busur dan panah, benar-benar skill yang curang sekali selain meningkatkan akurasi juga dapat menbaca arah angin." pikir rendi setelah mendapatkan skill mata elang itu dengan sekali melihat penggunanya. "Jadi begitu ya asal aku bisa melihat orang yang menggunakan sebuah skill aku dapat mempelajarinya dan mendapatkan skill itu hanya dengan sekali lihat." pikir rendi saat mengangkat busurnya dan memasang pose untuk memanah, tidak lupa rendi juga mengaktifkan skill mata elang yang baru saja dia dapatkan.

Melihat itu zilla menyadari bahwa rendi menggunakan skill mata elang yang sama dengan miliknya, zilla benar-benar kaget melihat rendi saat itu. "Bust...tap...!" panah rendi meluncur jauh dari dari pusat papan target, panahnya tepat berada di garis paling ujung bawah kanan papan target itu. Panah kedua rendi berada satu garis lebih dekat dengan titik pusat dan samanya dengan panah ketiga yang hanya beda satu garis dengan pusat papan target, panah ke empat rendi meleset ke sudut lain di titik yang sama seperti panah ke tiga begitu juga dengan anak panah terakhir. "Ah sepertinya aku tidak berbakat dalam memanah." ujar rendi setelah panah terakhirnya tidak mengenai pusat papan target, tapi tentunya rendi tidak bisa membohongi zilla yang lebih berpengalaman darinya dalam hal memanah. "Apanya yang tidak berbakat? lalu bagaimana kau bisa membentuk sebuah petunjuk arah ke barat barat laut dengan kelima panahmu dan menggunakan panahku sebagai panah tambahan seperti itu?" rendi mendengar perkataan itu langsung masang wajah pucat. Dia tidak menyangka ke isengannya membuat petunjuk arah di papan target malah jadi bumerang untuknya, "ah itu... mu-mungkin hanya ke-betulan." rendi yang terlihat gugup itu mencoba membuat alibi sebisanya. rendi pikir bisa jadi masalah kalau dia mendapat nilai tinggi dalam tes seperti ini, "yah kalau kau tidak mau mengaku aku juga tidak bisa memaksamu, tapi nilai mu untuk memanah adalah 8!" mendengar itu rendi sedikit lega karena jika 8 dari 100 sangatlah jauh. "Wah tinggi sekali! tuan rendi selamat anda adalah pemula yang diberi skor paling tinggi oleh nona zilla!" mendengar itu rendi kaget, "eh!? nilai 8 itu nilai tertinggi!?" rendi sangat kebingungan. "Batas tertinggi nilai dalam setiap tes adalah 10. dan jika anda mendapat nilai 8 itu sudah termasuk sangat tinggi." wajah rendi benar-benar pucat saat itu, rendi membuat kesalahan dalam ujian pertamanya karena dia terlalu mencolok dengan mendapat nilai tinggi. 

"Kalau begitu mari ketempat tes berikutnya tuan rendi." ujar eri dengan senyuman manisnya, rendi pun mengikuti eri dan dengan wajah murung meninggalkan tempat itu. Tempat kedua yang didatangi rendi sebuah lapangan tandus, tidak seperti tempat memanah sebelum area ini benar-benar lapangan kosong tanpa ada benda apapun disekitanya. Seorang pria muncul dari pintu lain yang menuju lapangan ini, pria itu terlihat sangat kekar dengan wajah sangat yang memiliki bekas luka cakaran di sebelah kanan wajahnya. "Hoh... penantang kali ini tubuhnya kecil sekali ya..." ujar pria sangar itu, jika dibandingkan dengan tubuh kekar pria itu rendi memang termasuk bertubuh kecil. "Tuan kiran, dia ini adalah tuan rendi yang ingin mendaftar sebagai seorang petualang. dia sudah mendapatkan nilai tinggi dalam tes memanah sebelumnya, jadi mohon jangan terlalu keras padanya." eri terlihat lebih tenang memperkenalkan rendi pada kiran dari pada saat berbicara pada zilla. "Ahh.... jadi dia sudah mendapatkan potensi tinggi dimemanah ya. baiklah aku akan sedikit menahan diri." ujar kiran sedikit kecewa dengan perkataan eri itu, "baiklah tes kali ini akan jadi tes bagaimana kau bisa menghidari serangan jarak dekat. jadi kau boleh menggunakan semua kemampuanmu dalam menghidar dalam tes kali ini, karena untuk jadi seorang hunter kau harus hebat dalam menghindar." kiran menjelaskan tes yang akan dihadapi oleh rendi. Melihat kiran yang tidak menggunakan senjata apapun ditangannya rendi pikir kemungkinan besar kiran adalah petarung tangan kosong, "sepertinya pencak silat dasar yang pernah kupelajari sewaktu smp sudah cukup untuk menghidarinya." pikir rendi saat sedang bersiap untuk tes itu. Tiba-tiba saat mengingat pencak silat yang ia pelajari saat kelas 1 SMP dia melihat banyak sekali kilasan masa lalunya saat mempelajari pencak silat dasar, setelah itu rendi langsung mendapatkan sebuah skill pasif lainnya yang bernama pencak silat dasar. 

Kiran memasang kuda-kudanya setelah berada ditengah lapangan itu, "kau sudah siap?" pertanyaan kiran itu membuyarkan lamunan rendi yang juga sudah memasang kuda-kuda. "Iya saya sudah siap." jawab rendi singkat, "baiklah, mulai.....!!" setelah berteriak seperti itu kiran langsung bergerak dengan sangat cepat untuk menerjang rendi. Namun secara tiba-tiba kiran sudah melayang di udara, "eh!? barusan itu..." kiran benar-benar terkejut dirinya bisa terpental ke udara seperti itu dan langsung membenarkan posisi tubuhnya untuk mendarat dengan mulus di tanah. Kiran yang penasaran kembali menyerang rendi yang sedang memasang kuda-kuda, namun kali ini kiran tidak langsung menyerang dari depan melainkan dari belakang rendi. Menyadari bahaya dari arah belakangnya skill pasif pencak silat dasarnya kembali aktif, tinju kiran yang diarahkan pada rendi di hindari dan juga sedikit dibelokan arahnya sehinga rendi memiliki lebih banyak ruang untuk menghindar. Eri yang menyaksikan tes itu sangat kaget dan hanya bisa menutup mulutnya dengan tangan kanannya, eri melihat tangan rendi yang membelokan tinju kiran yang dikenal sebagai tinju besi dengan mudah. "Sudah kuduga, kau juga seorang martial art yang sudah ahli...!" ujar kiran setelah melompat mundur, "dari gerakanmu itu aku bisa perkirakan kau itu sudah sangat menguasai sebuah seni beladiri tertentu. kalau begini aku tidak punya pilihan lain selain memberimu nilai 9!" ujar kiran membuat wajah rendi kembali pucat. "Sial kali ini malah dapat nilai lebih tinggi dari sebelumnya!" pikir rendi terlihat makin bingung, "selamat tuan rendi, lagi-lagi anda mendapatkan nilai paling tinggi di antara para pemula." eri terlihat sangat senang melihat nilai-nilai yang didapatkan rendi. "Mari saya antar ketempat tes berikutnya." rendi pun dengan wajah murung kembali mengikuti eri menuju tempat tes berikutnya.

Tempat berikutnya terlihat seperti lapangan sebelumnya, tapi kali ini berbeda di pinggiran lapangan terdapat beberapa senjata seperti pedang besar, pedang kecil, pisau belati dan perisai. Kemungkinan besar ujian kali ini menggunakan senjata jarak dekat, tak lama munculah seorang pria yang menggunakan baju besi dengan pedang besar di punggungnya. Rambut merah panjang yang menghiasi kepala dan bola matanya yang berwarna merah membuatnya serasi dengan warna rambutnya itu, "jadi kau yang akan ikut ujian?" tanya pria itu dengan tatapan seramnya. "iya saya yang akan ikut ujian kali ini." jawab rendi singkat meski dia agak takut dengan tatapan pria itu, "tuan ronald, dia ini adalah tuan rendi. sebelumnya dia sudah mendapatkan nilai yang sangat tinggi di tes memanah dan juga tes pertarungan tangan kosong." eri memperkenalkan rendi dengan senyuman yang terlihat agak terpaksa. "Sepertinya pria bernama ronald ini sangat ditakuti karena sering memasang wajah seram meski wajahnya termasuk lumayan tampan." pikir rendi saat melihat respond eri saat itu, "kau cepat pilih senjatamu disana! tenang aku akan menahan diri dan aku juga akan menggunakan senjata latihan." mendengar itu rendi langsung tau kalau senjata yang dia gunakan itu bukan pedang besar biasa. Rendi tanpa pikir panjang langsung memilih pisau belati sebagai senjatanya dalam latihan kali ini, "belati ya, meski dalam memanah dan pertarungan tangan kosong kau mendapat nilai tinggi dalam tes menggunkan senjata jarak dekat ini standarnya sedikit ketat loh." saat memasang kuda-kuda sambil memegang pedang besar untuk latihannya terlihat sekali aura mengerikan seorang kesatria. 

Rendi ingin melawan orang itu dengan serius, tapi hal yang paling tidak dia inginkan itu adalah terlalu mencolok dalam setiap tes yang dia jalani. "sudah siap!?" ronald bertanya dengan suara keras yang terdengar bersemangat, "ya aku siap." rendi menjawab dengan santai. "Kalau begitu bersiap! mulai!" mendengar itu rendi langsung menyerang ronald dengan belatinya, "cing...tang... cing..." ronald menahan setiap serangan rendi dengan sangat mudah dan bahkan serangan rendi tidak bisa membuatnya bergerak dari tempatnya berdiri. "Hanya segitu kemampuanmu?" tanya ronald sambil terus menahan serangan ringan yang dilancarkan rendi, "kalau begitu digiliranku!" tanpa basa basi lagi ronald mengayunkan pedang besarnya itu dan menghempaskan tubuh rendi yang menahan tebasan itu dengan belatinya. Tubuh rendi berputar di udara dan mendarat dengan mulus ditanah, "untung aku mengingat buku tata cara beladiri menggunakan pisau." pikir rendi saat menahan serangan yang sangat kuat itu. Rendi mendapatkan sebuah skill pasif lainnya yang bernama "kemampuan dasar assasin" kemampuan yang membuatnya bisa menggunakan pisau dan teknik-teknik kombinasi tubuh dengan pisau yang digunakan. "Hoh... hebat juga bisa menahan seranganku yang satu itu, tapi bagaimana dengan yang ini!" tiba-tiba ronald menghilang dan muncul dibelakang rendi, tebasan yang lebih kuat dari sebelumnya pun dilancarkan oleh ronald. Rendi tidak sempat menghindari serangannya itu dan tanpa pikir panjang menahannya dengan pisau belatinya, "cing... bushhh...crang....!" pisau belatinya rendi memang berhasil menahan serangan itu dan meminimalisir dampaknya.

"Arghhhh..." tapi tubuh rendi tetap merasakan dampaknya, bukan hanya pisau belati rendi yang patah tapi juga tanah tempat tubuhnya terjatuh pun retak. "tuan rendi!" eri langsung bergegas menghampiri rendi dan menggunakan sihir penyembuhan pada rendi, "healing....!" luka ditubuh rendi pun perlahan mulai menghilang berkat sihir penyembuhan eri itu. "wah aku kelewatan kayanya.. hahaha..." ronald menyadari kalau dia sudah berlebihan dalam tes kali ini, "anda terlalu berlebihan tuan ronald! dia ini anak yang berbakat dalam memanah juga pertarungan tangan kosong, tapi tetap saja dia ini masih pemula." eri terlihat sangat kesal melihat tingkah ronald itu. "maaf-maaf... aku beri anak ini nilai 7 sebagai kebaikanku." rendi mendengar itu langsung tersenyum karena kali ini nilainya lebih rendah dari sebelumnya, "wah benarkah, hebat sekali jarang ada orang yang bisa mendapat nilai diatas 5 dari anda tuan ronald. apa tak apa?" tanya eri dengan senyuman yang terlihat senang. "iya kemampuan anak ini juga membuat dia terhindar dari luka fatal, meski pisau belatinya patah." mendengar itu rendi lagi-lagi terlihat tidak sengang karena artinya lagi-lagi dia mendapat nilai yang tinggi. 

Setelah luka rendi sudah sembuh eri langsung  membantu rendi untuk berdiri, "mari ikut saya ke tempat tes berikutnya, untuk 2 tes terakhir anda tidak perlu bertarung kok jadi santai saja." mendengar itu rendi jadi penasaran tes macam apa yang akan dia lakukan berikutnya. Rendi terus mengkuti eri menuju sebuah ruangan kecil yang penuh dengan buku dan kertas yang berserakan, ruangan itu diterangi oleh cahaya kristal yang berwarna biru terang yang terlihat sama seperti kristal yang ada dalam goa bawah tanah tempat pemanggilan rendi dan teman-temannya. Disudut ruangan itu terlihat seorang gadis bertubuh kecil yang sedang membaca buku, gadis itu menggunakan topi yang sama dengan topi penyihir di film-film yang pernah rendi tonton. Rambut gadis itu bergelombang dengan warna biru tua membuatnya seperti air laut dalam yang indah, "ah ada yang mau tes ternyata!" gadis itu menatap kearah rendi dengan matanya yang berwarna biru muda seperti cahaya yang terpantul dari air danau yang tenang. "Iya nona shira, dia ini adalah tuan rendi orang yang akan anda uji kali ini." ujar eri membuat shira menatap rendi, "nilainya 2! dia tidak berbakat dalam sihir serangan atau pun penyembuhan!" rendi kaget mendengar perkataan shira itu.

"Eh!? jadi begitu ya. sayang sekali jadi memang anda tidak berbakat dalam sihir." ujar eri pada rendi yang terlihat kebingungan, "nona shira ini memiliki kemampuan melihat aura sihir seseorang, aura sihir adalah sesuatu yang menandakan seberapa besar sihir yang bisa digunakan oleh seseorang." mendengar perkataan eri membuat rendi paham kenapa gadis bernama shira itu bisa memberi nilai hanya dengan melihat. "Tapi apa aura sihir bisa berkembang?" tanya rendi pada shira yang sedang melanjutkan membaca buku, "dalam beberapa kasus mungkin bisa, tapi kebanyakan orang aura sihirnya tidak akan berkembang terlalu jauh dari aura sihir awalan yang mereka punya." shira menjawab pertanyaan rendi sambil terus membaca bukunya. Mendengar itu rendi merasa sedikit lega karena potensinya masih bisa berkembang, "kalau begitu mari ikut saya, kita akan ketempat tes terakhir." eri mengajak rendi pergi dari tempat itu karena urusan mereka sudah selesai disitu. 

Ruangan terakhir yang mereka datangi memiliki banyak sekali benda-benda aneh dan juga banyak tanaman yang terlihat seperti tanaman obat di dalam toples kaca yang ditaruh dengan rapih di lemari yang ada diruangan itu. "Hoh ada tamu rupanya." seorang pria tua berjenggot putih panjang menggunakan kacamata besar yang terlihat sedang mengecek barang-barang ditempat itu menoleh ke arah rendi dan eri, "tuan west, dia ini adalah tuan rendi dia yang akan mengikuti tes kali ini." ujar eri memperkenalkan rendi pada pria tua bernama west itu. "Hoho... jadi ada anak baru ya. namaku west aku akan mengetesmu dalam kemampuan crafting, tes dariku cukup mudah. kau cukup membuat sebuah potion penyembuhan tingkat dasar dengan bahan yang ku berikan, kau juga akan mendapat petunjuk cara pembuatannya dariku." ujar west sambil mengambil beberapa barang dari lemari yang ada di sudut kiri ruangan itu. Setelah membaca petunjuk yang diberikan oleh west itu, rendi langsung mulai membuat potion dengan tanaman herbal yang ada di meja tersebut.

Tanpa kesulitan rendi mengikuti langkah demi langkah dari petunjuk yang tadi dia baca dan mencampurkan tanaman herbal itu satu persatu dengan hati-hati, membutuhkan beberapa menit sampai akhirnya potion tingkat dasar buatan rendi itu selesai. "Sudah selesai!" ujar rendi setelah menyelesaikan potion tingkat dasar itu, tes yang kali ini dijalani terasa cukup menyenangkan. "Woah....ini.... ini adalah potion tingkat dasar dengan kualitas terbaik yang pernah kulihat!" ujar west yang sangat bersemangat melihat potion tingkat dasar buatan rendi itu, "eh!? benarkah potion itu memiliki kualitas yang tinggi?" eri terlihat kebingungan karena baginya potion itu terlihat sama saja dengan potion lainnya. "Tidak salah lagi! ini adalah potion tingkat dasar dengan kualitas terbaik! penyatuan dari ketiga tanaman herbal yang menjadi bahan untuk membuat potion tingkat dasar ini tercampur dengan sempurna!" west menjelaskan pada eri yang terlihat kebingungan itu, "dengan hasil potion ini kau kuberikan nilai 10 untuk tes craftman!" tidak seperti tes-tes sebelumnya kali ini rendi terlihat sangat puas mendapat nilai sempurna seperti itu. 

Eri benar-benar kaget dengan nilai yang diberikan oleh craftman no 1 di guild kota arfuku itu, mau tidak mau eri menulis hasil tersebut dalam laporan penerimaan anggota baru petualang itu. Sedangkan rendi akhirnya menyadari satu lagi hal yang ingin dia lakukan didunia lain itu, "sudah kuputuskan!" rendi sudah membulatkan keputusan tentang profesinya dalam guild. "dengan ini nilai tertinggi yang ada dapatkan adalah nilai sebagai seorang craftman, namun karena anda juga mendapat nilai tinggi untuk ke 3 tes lainnya anda juga memiliki hak untuk memilih profesi lain seperti hunter dengan menggunakan busur dan panah, fighter dengan pertarungan tangan kosong, atau juga assasin sebagai pengguna pisau belati. silahkan tentukan pilihan anda tuan rendi."ujar eri menjelaskan tentang hasil tes yang rendi ikuti sebelumnya. Didepan meja recepsionis itu rendi harus menentukan pilihannya, "aku pilih craftman!" rendi langsung memilih dengan cepat profesi yang membuatnya bersemangat itu.

"Baiklah, kalau begitu profesi anda sekarang sebagai seorang craftman. sekarang anda bisa mengambil misi di papan permintaan untuk pemula yang ada di sebelah kanan sana, sebagai pemula anda mengawali rank anda sebagai rank terendah yaitu petualang rank G. untuk naik menjadi petulang rank F anda butuh menyelesaikan 5 misi dipapan permintaan dan saat anda sudah berada di rank F, anda bisa mengambil misi di papan permintaan yang ada disebelah kiri. sebagai seorang craftman anda memiliki beberapa tugas utama jika mengerjakan misi secara berkelompok, sebagai seorang craftman anda harus menjaga barisan belakang kelompok anda. anda diwajibkan melindungi penyihir dan penyembuh yang berada dibarisan belakang, anda juga diharuskan merawat peralatan masing-masing anggota kelompok agar tetap prima jika misinya memakan waktu lama. anda juga yang bertugas membawa potion penyembuh untuk menyembuhkan luka atau memulihkan mana setiap anggota kelompok. tugas craftman itu cukup berat jadi saya harap anda bisa bertahan." ujar eri menjelaskan sedikit tentang rank dan juga soal profesi craftman pada rendi. setelah itu rendi menerima kartu pengenal seorang petualang yang terbuat dari besi, "dengan ini aku akhirnya bisa mengakses perpustakaan kota ini." teriak rendi setelah menerima kartu itu, eri bingung melihat kelakuan rendi saat menerima kartu petualangannya. Hari itu rendi langsung bergegas menuju perpustakaan dan hari-harinya yang penuh dengan ilmu pengetahuan di perpustakaan umum kota arfuku pun dimulai.

-bersambung

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
When You Reach Me
7628      1994     3     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...
Zo'r : The Teenagers
14139      2815     58     
Science Fiction
Book One of Zo'r The Series Book Two = Zo'r : The Scientist 7 orang remaja di belahan dunia yang berbeda-beda. Bagaimana jadinya jika mereka ternyata adalah satu? Satu sebagai kelinci percobaan dan ... mesin penghancur dunia. Zo'r : The Teenagers FelitaS3 | 5 Juni - 2 September 2018
Wabi Sabi
103      79     2     
Fantasy
Seorang Asisten Dewi, shinigami, siluman rubah, dan kucing luar biasa—mereka terjebak dalam wabi sabi; batas dunia orang hidup dan mati. Sebuah batas yang mengajarkan jika keindahan tidak butuh kesempurnaan untuk tumbuh.
My Reason
705      466     0     
Romance
pertemuan singkat, tapi memiliki efek yang panjang. Hanya secuil moment yang nggak akan pernah bisa dilupakan oleh sesosok pria tampan bernama Zean Nugraha atau kerap disapa eyan. "Maaf kak ara kira ini sepatu rega abisnya mirip."
Meta(for)Mosis
11228      2337     4     
Romance
"Kenalilah makna sejati dalam dirimu sendiri dan engkau tidak akan binasa. Akal budi adalah cakrawala dan mercusuar adalah kebenaranmu...." penggalan kata yang dilontarkan oleh Kahlil Gibran, menjadi moto hidup Meta, gadis yang mencari jati dirinya. Meta terkenal sebagai gadis yang baik, berprestasi, dan berasal dari kalangan menengah keatas. Namun beberapa hal mengubahnya menjadi buru...
Tenggelam dalam Aroma Senja
332      238     0     
Romance
Menerima, adalah satu kata yang membuat hati berat melangkah jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Menunggu, adalah satu kata yang membuat hati dihujani ribuan panah kerinduan. Apakah takdir membuat hati ikhlas dan bersabar? Apakah takdir langit menjatuhkan hukuman kebahagian? Entah, hanyak hati yang punya jawabannya.
Black World
1671      789     3     
Horror
Tahukah kalian? Atau ... ingatkah kalian ... bahwa kalian tak pernah sendirian? *** "Jangan deketin anak itu ..., anaknya aneh." -guru sekolah "Idih, jangan temenan sama dia. Bocah gabut!" -temen sekolah "Cilor, Neng?" -tukang jual cilor depan sekolah "Sendirian aja, Neng?" -badboy kuliahan yang ...
Black Envelope
369      255     1     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
TRISQIAR
8770      1698     11     
Fantasy
Aku memiliki sesuatu yang berbeda. Ibuku bagaikan monster yang memelihara anak iblis. Teman hanyalah kata kiasan untuk mengutuk mereka Manusia bagiku hanyalah bayangan yang ingin aku musnahkan aku tidak pernah sama sekali memperdulikan hidupku karena aku tidak akan pernah bisa mati dan hal itu membuatku senang membunuh diriku sendiri. tapi karena kebiasaanku, sesuatu itu memberikanku kek...
Berawal dari Hujan (the story of Arumi)
1125      605     1     
Inspirational
Kisah seorang gadis bernama Arumi Paradista, menurutnya hujan itu musibah bukan anugerah. Why? Karena berawal dari hujan dia kehilangan orang yang dia sayang. Namun siapa sangka, jika berawal dari hujan dia akan menemukan pendamping hidup serta kebahagiaan dalam proses memperbaiki diri. Semua ini adalah skenario Allah yang sudah tertulis. Semua sudah diatur, kita hanya perlu mengikuti alur. ...