Read More >>"> THE DAY'S RAPSODY (Bagian Kelima) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - THE DAY'S RAPSODY
MENU
About Us  

Hanya Rey yang masih tinggal. Ia nampak merapikan beberapa lembar dokumen dan bukti yang sekarang telah timnya miliki. Sudah pukul tujuh malam, mungkin ia akan pulang sedikit larut malam ini.

Ia mulai beranjak dari kursinya sembari membawa berkas miliknya. Diletakkannya beberapa lembar dokumen itu di meja kantornya. Ia beralih ke luar ruangan. Menuju pantry umum dan membuat secangkir penuh kopi pahit.

Digesernya salah satu kursi dan ia duduk di atasnya. Hujan turun lagi malam ini. Tak seperti kemarin, hujan kali ini lebih lebat tapi tanpa petir yang menyertainya.

“Melamun?”

Tanya Deva tiba-tiba sambil menepuk bahu Rey. Ia menarik salah satu kursi dan mendudukinya.

“Ah, tidak.” Rey menoleh dan menjawab singkat.

“Belum pulang?” lanjutnya.

“Kau sendiri?” Deva balik bertanya. Rey hanya tersenyum menanggapinya. Diseruputnya kopinya yang tinggal separuh.

“Sudah mendapatkan banyak bukti?” tanya Deva kemudian.

“Belum, sejauh ini hanya spekulasi.”

“Aku juga begitu. Nampaknya, peledakan ini bukanlah murni aksi teror. Kebetulannya terlalu banyak sampai aku merasa tidak yakin lagi apakah ini memang kebetulan atau memang disengaja.” Deva menyandarkan bahunya ke kursi. Matanya jauh menerawang ke langit.

“Kau juga merasa seperti itu, kan?”

Deva memangguk pelan, “Rey, aku ingin mengatakan ini padamu. Ini adalah hal penting yang mungkin menjadi kunci dari kasus ini. Tapi, aku tidak bisa mnegatakannya di sini. Ikut aku.”

Rey meletakkan cangkirnya yang sepenuhnya sudah kosong dan mengkuti Deva yang telah berlalu lebih dulu.

Mereka menuju sebuah lorong yang sepi dan berakhir di ruang pribadi Deva yang memang terpisah dari ruang kerja tim, berbeda dengan miliknya. Ruangan Rey sendiri ada di dalam ruang kerja Tim.

“Masulkah!” perintahnya.

Rey menuruti permintaanya dan duduk di sebuah kursi. “Apa yang ingin kau bicarakan?”

“Kau ingat “barang” itu?” tanya Deva berusaha memastikan lawan bicaranya mengingat pokok penting dari pembicaraanya nanti.

“Ya, tentu saja.” Rey menjawabnya dengan sangat mantap.

Deva menyisir rambutnya dengan jari ke belakang, kebiasaanya bila ia merasa agak risau.

“Aku rasa kasus peledakan kemarin ada hubungannya dengan “barang itu”. Kau ingat? Rein adalah salah satu orang yang ditugaskan secara khusus oleh Pak Raymond untuk mengambil barang itu. Setelahnya kan, barang itu dipindahkan secara bergilir antar kapten tim agar keamanannya tetap terjaga.”

“Ah, semuanya jadi jelas sekarang. Itu semua bukan sebuah kebetulan. Rein dibunuh oleh seseorang yang sedang mengincar barang itu. Dan menutupinya dengan meledakkan seluruh gedug agar motif aslinya tidak dengan mudah ditemukan,” lanjut Rey. Rupanya benar dugaanya selama ini, ini bukan hanya sekedar kebetulan. Karena tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.

“Ada 10 tim, otomatis ada 10 kapten yang secara bergilir memindahkan barang itu. Masing-masing dari kita tidak mengetahui urutan-nya. Yang mengetahuinya adalah orang pertama dan terakhir. Itu pun mereka saling tidak tahu urutan rekannya yang lain. Jujur, aku sendiri juga tidak tahu aku menerima barang itu setelah urutan yang keberapa dan dari siapa untuk aku serahkan ke siapa. Kita semua hanya memberitahu dan diberitahu letaknya oleh rekan kia yang tidak kita ketahui siapa. Jujur, ini adalah adalah strategi yang bagus untuk menjaga rahasai. Karena jika salah satu dari kita tertangkap. Mereka tidak tahu siapa orang yang memegang barang itu terakhir kali.” Deva berhenti sejenak.

“Yang aku tahu tugas orang terakhir itu adalah memindahkan barang itu ke suatu tempat agar nanti agent dari markas pusat dapat mengambilnya sesuai titik koordinat lokasi yang telah diberikan,” lanjutnya.

“Iya, aku tahu itu. Permasalahannya sekarang, jika orang itu benar mengincar barang itu. Ia pasti akan menculik salah satu dari kita untuk mencari tahu lokasi barang itu berada sekarang,” imbuh Rey.

“Sekalipun begitu, dia tidak akan mendapat jawaban apapun. Hanya Pak Raymond dan orang terakhir itu yang mengetahui lokasi barang itu sekarang.” Deva nampak berpikir keras.

“Dev?”

“Ya, Rey. Kenapa?”

“Aku ...” belum sempat Rey melanjutkan perkataanya. Handphonenya berbunyi terlebih dahulu.

“Siapa yang menelponmu?” tanya Deva.

Rey merogoh kantong celananya dan mengeluarkan handphonenya, “Rian.”

“Halo, ada apa?” tanyanya begitu mengangkat telpon.

Raut wajah Rey nampak serius. Tak lama kemudian ia menutup sambungan teleponnya.

“Ada apa?” tanya Deva yang tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.

“Rian menelponku bahwa ia sudah selesai menyelidiki rekaman cctvnya,” kata Rey sembari memasukkan kembali handphonenya ke kantong.

“Oh, begitu. Aku ikut.”

“Ayo!”

Mereka berdua pun bergegas keluar ruangan dan menuju ruangan kerja tim A1.

“Bagaimana?” tanya Rey begitu ia sampai.

“Ah, kapten.” Rian bersemangat ingin mejelaskan penemuannya. Tapi, terhenti taatkala melihat melihat Deva mengikuti kapten timnya di belakang.

“Emm, itu.” Ia memberikan isyarat pada kaptennya.

Rey menoleh ke belakang dan sedikit tersenyum, “ah, tak apa. Aku yang mengajaknya kemari.”

“Emm, jadi ini hasil cctv dekat kedai makan itu kapten.” Rian mulai mengoperasikan komputernya. Semuanya fokus melihatnya termasuk Tera, Joy, Mirae dan Boy yang sudah berada di dalam ruangan terlebih dahulu.

Cctv itu terpasang tiang dekat kedai. Jadi, semuanya dapat terlihat dengan jelas dari angle itu. Dalam rekaman itu nampak pukul 12:10 ada seorang pria memakai hoodie hitam memasuki kedai. Ia berada dalam kedai sekitar 20 menit, lalu keluar pukul 12:30. Ia menuju ke arah selatan, mendekati tempat cctv itu berada.

“Tunggu. Zoom bagian itu! Tepat saat ia menoleh!” perintah Rey.

“Baik, kapten.”

Begitu ia memperbesar gambar, nampak wajah seorang pria. Sayangnya, gambarnya blur.

“Perjelas lagi!” perintah Deva.

“Maaf, tapi ini sudah maksimal. Kamera cctv yang menangkap gambar ini memiliki resolusi rendah jadi gambarnya agak kurang jelas,” terang Rian.

“Rey, apa kau yakin dia adalah pelakunya?” tanya Deva yang merasa sangsi.

“Aku yakin.”

“Beberapa orang memang memberikan saksi bawa mereka melihat ada seorang pria misterius memakai hoodie hitam berkeliling di daerah itu selama beberapa hari. Dan deskripsi itu sama dengan pria yang ada di rekaman cctv ini,” imbuh Tera.

Deva menggaguk paham.

“Rey, jika ini berhubungan dengan barang itu. Mungkin lebih baik kita bekerja sama,” tawarnya kemudian.

“Ya, kita lihat saja nanti.”

Rey menengok jam dinding yang masih menempel dengan setia, “ini sudah pulul sembilan malam. Lebih baik kita pulang seakarang agar besok kita lebih fresh.”

Semua orang mengagguk.

“Rey, aku duluan ya.” Deva pamit meninggalakn ruangan. Rey hanya mengagguk, lalu membantu timnya untuk berbenah dan menyimpan data.

***

Hujan sudah agak reda di luar. Menyisakan beberapa genangan air di lubang jalan. Deva sedang menyetir mobilnya keluar dari parkiran. Hari ini ia merasa lelah sekali. Masih banyak kasus yang harus ia pecahkan.

Ia memijat pelipisnya. Kemungkinan besar dua kelompok akan bergabung. Ini pilihan yang lebih baik dibanding saling bersaing dan bergerak secara acak.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • ikasitirahayu1

    @atinnuratikah hai kak, terimakasih sudah mampir. ditunggu kelanjutannya ya,

    Comment on chapter Bagian Ketujuh
  • nuratikah

    serasa baca novel detektif, gak sabar kelanjutannya gimana.

Similar Tags
Good Art of Playing Feeling
351      262     1     
Short Story
Perkenalan York, seorang ahli farmasi Universitas Johns Hopskins, dengan Darren, seorang calon pewaris perusahaan internasional berbasis di Hongkong, membuka sebuah kisah cinta baru. Tanpa sepengetahuan Darren, York mempunyai sebuah ikrar setia yang diucapkan di depan mendiang ayahnya ketika masih hidup, yang akan menyeret Darren ke dalam nasib buruk. Bagaimana seharusnya mereka menjalin cinta...
The Triple A (Remake)
3724      1297     5     
Mystery
Tim SMART telah kembali. Dengan misteri dan kasus yang baru. Lebih menantang! Lebih menegangkan! Bersiaplah untuk misteri yang akan menggugah pikiranmu!
An Angel of Death
330      207     1     
Short Story
Apa kau pernah merasa terjebak dalam mimpi? Aku pernah. Dan jika kau membaca ini, itu artinya kau ikut terjebak bersamaku.
Half Moon
1024      549     1     
Mystery
Pada saat mata kita terpejam Pada saat cahaya mulai padam Apakah kita masih bisa melihat? Apakah kita masih bisa mengungkapkan misteri-misteri yang terus menghantui? Hantu itu terus mengusikku. Bahkan saat aku tidak mendengar apapun. Aku kambuh dan darah mengucur dari telingaku. Tapi hantu itu tidak mau berhenti menggangguku. Dalam buku paranormal dan film-film horor mereka akan mengatakan ...
Oscar
2218      1053     1     
Short Story
Oscar. Si kucing orange, yang diduga sebagai kucing jadi-jadian, akan membuat seorang pasien meninggal dunia saat didekatinya. Apakah benar Oscar sedang mencari tumbal selanjutnya?
KATAK : The Legend of Frog
389      314     2     
Fantasy
Ini adalah kisahku yang penuh drama dan teka-teki. seorang katak yang berubah menjadi manusia seutuhnya, berpetualang menjelajah dunia untuk mencari sebuah kebenaran tentangku dan menyelamatkan dunia di masa mendatang dengan bermodalkan violin tua.
CAMERA : Captured in A Photo
1092      522     1     
Mystery
Aria, anak tak bergender yang berstatus 'wanted' di dalam negara. Dianne, wanita penculik yang dikejar-kejar aparat penegak hukum dari luar negara. Dean, pak tua penjaga toko manisan kuno di desa sebelah. Rei, murid biasa yang bersekolah di sudut Kota Tua. Empat insan yang tidak pernah melihat satu sama lainnya ini mendapati benang takdir mereka dikusutkan sang fotografer misteri. ...
I Hate My Brother
360      254     1     
Short Story
Why my parents only love my brother? Why life is so unfair??
Cecilia
453      238     3     
Short Story
Di balik wajah kaku lelaki yang jarang tersenyum itu ada nama gadis cantik bersarang dalam hatinya. Judith tidak pernah menyukai gadis separah ini, Cecilia yang pertama. Sayangnya, Cecilia nampak terlalu sulit digapai. Suatu hari, Cecilia bak menghilang. Meninggalkan Judith dengan kegundahan dan kebingungannya. Judith tak tahu bahwa Cecilia ternyata punya seribu satu rahasia.
Mysterious Call
445      288     2     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.