Loading...
Logo TinLit
Read Story - fall
MENU
About Us  

"Gue dapat bocoran siapa aja yang minta formulir pendaftaran itu." Kata Aldo ketika mereka selesai memusnahkan dahaga siang itu di warung Mi ayam kecil di seberang sekolah. "Kata Tio, Kak Dina bilang kalo ada tiga anak yang minta formulir itu." Lanjut Aldo ketika kalimatnya tadi tidak ditanggapi.

Abi yang seketika menjadi pusat perhatian masih sibuk mengaduk es tehnya dengan sedotan.

"dan perkiraan gue tentang tiga orang itu, benar." Tambah Aldo ketika Abi tidak juga merespon kalimatnya.

"Benar?" Sam seketika menatap Aldo yang mengangguk dengan cepat. Ia mendekatkan kepala ke arah teman-temannya.

"Seperti yang sudah kita perkirakan kemarin. Rania, Ale, dan satu lagi.... kalian tahu siapa dia kan?" Aldo berkata lebih pelan 

"Daniel?" Samuel menggumam, dan dijawab dengan anggukan oleh Aldo.

"jadi apa yang kita perkirakan kemarin benar-benar terjadi?" Riko berseru, membuat Aldo dan Sam seketika menatapnya. "Ups.... jadi mereka benar-benar mendaftarkan diri menjadi ketua OSIS?" tanyanya lagi dengan suara lebih pelan.

Aldo mengangguk. "Kemungkinan besar gitu. Kata Tyo, Rania dan Ale sendiri yang minta formulir. sedangkan Daniel, ia nyuruh seseorang untuk ngambilin formulir buat dia." Aldo kembali menatap Abi yang masih terpaku pada es tehnya.

Sam menyikutnya pelan, membuat Abi mendongak. "Kenapa?" Tanyanya sambil memandangi ketiga temannya satu-persatu. "Bagus 'kan kalau mereka daftar jadi ketua OSIS, kita bisa punya pilihan yang lebih banyak."

"terus lo kapan mau daftar jadi calon ketua OSIS?"  

pertanyaan Sam berhasil membuat Abi berpikir dan menatapnya sangat lama, lalu ia menatap ketiga temannya perlahan. Ia seketika teringat dengan peristiwa seminggu yang lalu, ketika desas-desus pemilu mulai menyebar. kelasnya, 11-sosial 1 yang sedang jamkos, mendadak ribut ketika Aldo membawa gosip itu. setelah membicarakan siapa-siapa saja yang kemungkinan mendaftar menjadi ketua OSIS, wajah mereka mendadak muram. salah seorang anak mengatakan bahwa mereka akan tersiksa sepanjang tahun ajaran ini jika ketiga anak itu benar-benar mendaftarkan diri. mereka juga membicarakan hal buruk apa yang mungkin saja mereka terima jika itu benar-benar terjadi. lalu sebuah suara kembali menginterupsi. suara cewek itu mengatakan bahwa mereka tidak punya pilihan. suara yang lain lagi mengatakan bahwa mereka harus berjuang agar terbebas dari penindasan ini. dan keluarlah ide gila dari Aldo, si pembawa rumor itu. "Abi!" Ia meneriakkan nama Abi dengan keras, yang sontak membuat Abi mengangkat wajah dari buku Geografi-nya.

dengan wajah terkejut, Abi bertanya mengapa harus dirinya. dan netah bagaimana ceritanya, tiba-tiba semua anak sekelas mengatakan bahwa mereka akan mendukungnya untuk menjadi ketua OSIS.

"Kalian serius dengan yang kemarin?" Katanya setelah jeda panjang.

"Kita nggak pernah main-main sama hal ini, Bi." Jawab Sam lugas.

Abi menghembuskan napas berat. "Maaf gue nggak bisa."

"bukannya minggu lalu lo udah bilang 'iya'?" tanya Riko sedikit kesal.

sekali lagi, Abi menghembuskan napas panjang. "Gue nggak pernah pengalaman soal ginian. dan gue kira, kalian cuma main-main sama permintaan kalian kemarin."

"Soal ginian gimana maksud lo?"

"Lo Bisa. kita tahu lo bisa." Aldo berusaha meyakinkan Abi

"selama ini, lo udah cukup baik buat jadi temen kita." Sam menambahi. "Lo nggak perlu berbuat apapun untuk menarik minat anak-anak buat milih lo. sikap dan cara bicara lo yang tegas udah cukup jadi bukti kalo lo serius."

suasana hening.

Wajah Abi berubah keras "Jangan terlalu cepat ngambil kesimpulan. Lo belum sedekat itu untuk tau seperti apa gue sebenarnya." Katanya dingin, lalu pergi meninggalkan warung kecil itu.

Riko berdecak. "Kita bener nggak sih, udah minta dia buat jadi ketua OSIS?"  Tanyanya kesal. 

pertanyaannya mengambang tanpa ada jawaban dari Aldo dan Samuel yang menatap punggung Abi yang semakin menjauh.

"Mungkin dia masih belum siap." Aldo menggumam.

"Bisa jadi. Tapi gue yakin dia bisa." Sam menimpali 

"Gue juga. kalo bukan dia, siapa lagi yang bisa bawa nasib sekolah kita ke arah yang lebih baik?"

"Kalian beneran yakin dengan ide konyol itu?!" Riko menyergah.

"Menurut lo gimana?" Sam menatapnya penuh intimidasi. 

"Dia aja belum siap. gimana kalian bisa yakin?"

"Itu tugas kita untuk yakinin dia." Aldo menjentikkan jari.

"Lo bener." Samuel ikut beranjak mengikuti Aldo yang sudah berdiri lebih dulu. setelah membayar semua minuman mereka, mereka keluar dan mendapati Abi sedang mematung di dekat gerbang sekolah. tatapannya tertuju pada sepasang cewek dan cowok yang sedang berdebat di pintu keluar sekolah.

seketika langkah Aldo dan kedua temannya terhenti beberapa langkah dari Abi. setelah cowok dan cewek itu pulang bersama dengan berboncengan, mereka bertiga mulai mendekati Abi yang sedang menghembuskan napas berat.

Tangan Sam terjulur, membuat Abi reflek berpaling ke belakang. mereka masih saling bertatapan hingga suasana di jalanan hening, tanpa ada satupun kendaraan yang melintas. "Lo nggak sendiri. ada kita  di sini buat lo" Sam memulai pembicaraan.

Abi menepis kasar tangan Sam yang ada di bahunya. Ia berdecak, "berapa kali gue bilang, Gue nggak bisa!" Katanya dengan nada tinggi.

"Lalu kenapa waktu itu lo bilang iya! Lo bersikap seolah-olah jadi penolong kita, tapi nyatanya apa..." Riko belum melanjutkan kata-katanya, tapi Abi sudah mencengkeram kerahnya dengan kuat. wajahnya mengeras. beberapa siswa yang masih meintas meski jam pulang telah berdering satu jam lalu, terkejut melihat pemandangan di dekat gerbang. beberapa malah terkekeh dan menyeringai gembira dengan sikap Abi.

Abi menatap tajam Riko yang juga masih terdiam, tidka sanggup melanjutkan kalimatnya. Sementara Aldo dan Sam hanya bisa menahan Abi agar tidak terlalu emosi. sebenarnya mereka mengetahui tabiat Abi yang mudah emosi sejak mereka bertemu. dua hari setelah mereka saling berkenalan, mereka melihat Abi sedang berkelahi dengan siswa kelas 3. perkelahian yang dimenangkan oleh Abi itu membuatnya menjadi lebih pendiam dan bersikap dingin pada siapapun. belakangan, mereka tahu bahwa penyebab perkelahian itu karena Abi melihat siswa kelas 3 tiu sedang mengancam Adi, saudara kembarnya.

"Kita udah terlanjur percaya sama lo. Kita terlanjur percaya kalo lo bisa bikin kita bebas. cuma lo harapan kita." desis Riko, membuat cengkeramannya sedikit berkurang. kalimat Riko membuatnya berpikir ulang. Ia tidak ingin lagi membuat seseorang kecewa. meski hanya teman yang baru ia kenal beberapa minggu lalu, mereka sudah banyak membantunya. 

saat itu, Abi melihat gadis yang tadi dilihatnya sedang melinta di samping mereka. dengan tatapan aneh, gadis itu membeliak memandang Abi yang sedang dikuasai emosi. Melihat gadis itu lagi, membuat Abi berpikir ulang untuk berbuat sesuatu yang lebih berarti. bukan hanya untuk hidup tenang tanpa gangguan dari siapapun, ia memiliki harapan lain. ia tidak ingin membuat gadis itu kecewa juga

Abi menghembuskan napas panjang dan melepaskan kedua tangannya dari kerah Riko. "Gue butuh waktu." Katanya akhirnya.

"Kita siap bantu Lo." Riko menepuk Bahu Abi lembut

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rumah
509      355     0     
Short Story
Sebuah cerita tentang seorang gadis putus asa yang berhasil menemukan rumah barunya.
the invisible prince
1565      852     7     
Short Story
menjadi manusia memang hal yang paling didambakan bagi setiap makhluk . Itupun yang aku rasakan, sama seperti manusia serigala yang dapat berevolusi menjadi warewolf, vampir yang tiba-tiba bisa hidup dengan manusia, dan baru-baru ini masih hangat dibicarakan adalah manusia harimau .Lalu apa lagi ? adakah makhluk lain selain mereka ? Lantas aku ini disebut apa ?
THE LIGHT OF TEARS
19659      4228     61     
Romance
Jika mencintai Sari adalah sebuah Racun, Sari adalah racun termanis yang pernah Adam rasakan. Racun yang tak butuh penawar. Jika merindukan Sari adalah sebuah kesalahan, Sari adalah kesalahan terindah yang pernah Adam lakukan. Kesalahan yang tak perlu pembenaran. Jika menyayangi Sari adalah sebuah kegelapan, Sari adalah kegelapan yang hakiki yang pernah Adam nikmati. Kegelapan yang tak butuh pene...
Accidentally in Love!
452      301     1     
Romance
Lelaki itu benar-benar gila! Bagaimana dia bisa mengumumkan pernikahan kami? Berpacaran dengannya pun aku tak pernah. Terkutuklah kau Andreas! - Christina Adriani Gadis bodoh! Berpura-pura tegar menyaksikan pertunangan mantan kekasihmu yang berselingkuh, lalu menangis di belakangnya? Kenapa semua wanita tak pernah mengandalkan akal sehatnya? Akan kutunjukkan pada gadis ini bagaimana cara...
Nope!!!
1508      693     3     
Science Fiction
Apa yang akan kau temukan? Dunia yang hancur dengan banyak kebohongan di depan matamu. Kalau kau mau menolongku, datanglah dan bantu aku menyelesaikan semuanya. -Ra-
Novel Andre Jatmiko
9695      2119     3     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
Lorong Unggulan
9      9     0     
Romance
SMA Garuda memiliki beberapa siswa istimewa. Pertama, Ziva Kania yang berhasil menjadi juara umum Olimpiade Sains Nasional bidang Biologi pertama di sekolahnya. Kedua, ada Salsa Safira, anak tunggal dari keluarga dokter "pure blood" yang selalu meraih peringkat pertama sejak sekolah dasar hingga saat ini. Ketiga, Anya Lestari, siswi yang mudah insecure dan berasal dari SMP yang sama dengan Ziv...
Kenangan Hujan
543      402     0     
Short Story
kisah perjuangan cinta Sandra dengan Andi
Simfoni Rindu Zindy
795      566     0     
Inspirational
Zindy, siswi SMA yang ceria dan gigih, terpaksa tumbuh lebih cepat sejak ayahnya pergi dari rumah tanpa kabar. Di tengah kesulitan ekonomi dan luka keluarga yang belum sembuh, Zindy berjualan di sekolah demi membantu ibunya membayar SPP. Bermodal keranjang jinjing dan tekad baja, ia menjadi pusat perhatian terkadang diejek, tapi perlahan disukai. Dukungan sahabatnya, Rara, menjadi pondasi awal...
Confession
570      417     1     
Short Story
Semua orang pasti pernah menyukai seseorang, entah sejak kapan perasaan itu muncul dan mengembang begitu saja. Sama halnya yang dialami oleh Evira Chandra, suatu kejadian membuat ia mengenal Rendy William, striker andalan tim futsal sekolahnya. Hingga dari waktu ke waktu, perasaannya bermetamorfosa menjadi yang lain.