Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reach Our Time
MENU
About Us  

Pada satu titik tertentu, pribadi kita bisa berubah. Bisa jadi sosok egois, psikopat, periang bahkan pemurung. Tetapi jika dihadapkan pada kondisi terpukul jatuh, pribadi kuat akan terbentuk dengan sendirinya. Karena ketika itu, kita ditantang untuk bertahan pada kondisi yang kritis.

 

Kaki kurus Raisha menepis keheningan malam. Angin dingin malam itu serasa menusuk tubuh Raisha. Tangannya mulai merengkuh tubuh kurusnya. Bibirnya pucat pasi, hingga membentuk guratan-guratan yang jelas. Ia duduk sejenak di pinggiran terminal bus kampus. Pandangannya tertuju pada langit tak berbintang yang menghiasi gedung kampus di seberangnya.

Raisha mulai memejamkan matanya, mengistirahatkan tubuhnya, kemudian mengambil sisa energi dirinya untuk kembali fokus dengan segala kenyataan. Ia langsung melangkah pergi, membuang segala pikiran negatifnya.

Tiba-tiba terasa getaran di saku kemejanya, tanda chat masuk dari smartphone Raisha.

Dio: Lo dimana?

Raisha: Mau kerja. Kenapa?

Dio: Gua ke tempat lo

Raisha: Gua capek

Dio: Bodo amat

Raisha tak menanggapi pesan Dio. Ia hanya berjalan dengan emosi yang tertahan. Di lain tempat, ternyata Dio memang sudah berada di tempat kerja Raisha.

Sesampainya di tempat, Raisha agak terkejut melihat Dio yang sudah sampai. Dio hanya melambaikan tangannya. Raisha berniat berjalan melaluinya. Dio mulai mencegat tangannya.

"He! Lo gak kasih salam ke pacar?" canda Dio. Dio memang sering menggodanya dengan istilah pacar, padahal mereka memang tidak ada hubungan spesial lebih dari partner kerja.

"Ck. Gua gak punya waktu buat bantuin proyek lo sekarang. Please!" pinta Raisha dengan sedikit emosi.

"Gua bakal tunggu lo seperti biasa setelah selesai kerja! OK?" ujar Dio. Raisha melepas paksa genggaman tangan Dio, dan mulai pergi meninggalkannya.

Kedai makan Raisha sendiri tergolong untuk kalangan muda. Maklum kawasannya masih berada di sekitar kampus. Apalagi layanan wifi gratis makin membuat betah para mahasiswa berkumpul dengan segala aktivitasnya. Kedai itu buka pukul 09.00 WIB - 22.00 WIB. Raisha sendiri mendapat shift pagi 09.00-13.00 pada hari senin-rabu, sedang kamis-sabtu pukul 17.00-22.00 WIB.

"Mas, warungnya udah mau tutup!" ujar salah satu karyawan.

"Biasa mas, saya nungguin pacar saya yang kerja disini" canda Dio. Raisha sudah siap meninggalkan kedai tersebut.

"Ani, gua pulang duluan!" ujar Raisha.

"Iya, Ca. So sweet banget sih. Sampai pacarnya nungguin!" ujar Ani, mahasiswi pertanian yang juga agak dekat dengan Raisha, karena status mereka yang "bidikmisi".

"Bukan ni, harus gua kasih tau berapa kali sih?" ujar Raisha.

"Orang dianya aja kekeh bilang kalau lo pacarnya. He.he.he" canda Ani.

"Please, gua capek yo!" ujar Raisha tegas.

"Hm.. gua anterin lo dulu aja yah!" tawar Dio.

"Yo" teriak Raisha.

"Ck.. yaudah. Minggu deh Minggu. Elah, tega banget sih lo sampe gua harus nungguin lo." ujar Dio sambil berjalan mengarah ke motornya. Raisha hanya menghela nafas.

"Gua anterin lo pulang!" teriak Dio. Raisha yang sedang membuka smartphonenya langsung menoleh kearah Dio.

"Gua udah pesen ojek online!" ketus Raisha.

"Eh.. gua gak suka sama lo yah! Gua udah punya cewek... gua cuma gak tega aja. Inget yah!" ujar Dio agak salting. Raisha hanya diam tak menanggapi.

"Ck..apaan sih" batin Raisha.

***********

Drrt..drrt... getar smartphone di saku hoodie kanan, mengejutkan Raisha dari lamunan kosongnya. Layar smartphone-nya menampilkan panggilan masuk dari tetangga dekat rumahnya. Dengan segera, ia pun mengangkat ingin tau gerangan apa yang membuatnya telepon larut malam.

"Ca, bapak kamu... bapak kamu.. kecelakaan motor!" ujar Rudi, tetangga yang juga teman bapaknya. Mendengar kabar itu, aliran darah dalam tubuh Raisha saat itu mendadak meluncur kebawah. Rasanya, jiwanya benar-benar terkulai lemas. Namun, pikirannya mencoba untuk tetap berpikir logis.

"Bapak? Trus kondisinya gimana sekarang?" tanya Raisha.

"Bapak kamu udah di rumah sekarang, mukanya bonyok. Trus pas dia mau berdiri, katanya sakit banget. Kayanya patah tulang. Jadi, saya panggil sangkal puntung deket sini biar cepet diurus!" jelas Rudi.

"Kenapa gak dibawa ke rumah sakit?" ujar Raisha agak kesal.

"Kata bapak kamu takutnya biayanya mahal! Kalau sama pak Ghufron kan, agak murah ca." jawab Rudi.

"Emang ditabrak atau gimana?" tanya Raisha penasaran. Dia berpikir, setidaknya jika ditabrak ada yang mau membiayai pengobatan ayahnya.

"Jatuh sendiri, katanya ngantuk. Trus kena lubang, Ca. Kamu udah mau pulang kan? Saya sama istri saya tungguin bapak kamu sampai kamu pulang!" jelasnya.

"Makasih banyak yah om. Saya udah mau pulang kok."

Akhirnya sambungan telepon itu terputus, bersamaan dengan supir ojek online yang datang.

Langit berwarna gelap pekat, mengantarkan Raisha kembali pada kenyataan yang tak mengenakkan hati. Banyak kendaraan yang kini terparkir di halaman rumahnya. Begitu juga sandal-sandal yang berserakan tepat sebelum memasuki pintu rumah.

"Assalamualaikum!" teriak Raisha.

"Waalaikumsalam!" jawab orang-orang di dalam rumah. Berbagai sambutan dari tetangga dekatnya berdatangan. Ternyata selain tetangganya, beberapa teman bapaknya yang juga menjadi saksi kejadian pun masih berada disana.  

Wahyu sendiri seorang pedagang ayam. Biasanya ia akan berangkat mulai tengah malam. Mengambil stok ayam segar terlebih dahulu ke penyedia stok, baru menuju ke pasar sehingga waktu shubuh ia sudah siap untuk berdagang. Di waktu inilah banyak pembeli berdatangan, mulai dari pengusaha kedai makanan, maupun ibu rumah tangga. Ia mulai pulang ke rumah saat matahari sudah berada di puncak panasnya.

Raisha mulai menanyakan kronologis kecelakaan bapaknya. Satu per satu teman dagangnya mulai menceritakan. Begitu pula, Rudi tetangga dekatnya yang menceritakan aksi penyelamatan bapaknya. Ia sedikit ingin dianggap heroic. Karena telah memanggil, menjemput bahkan meminta bantuan pada mantri pengobatan alternatif agar segera mengobati Wahyu.

Setelah itu, barulah si mantri beraksi dalam menjelaskan kondisi bapaknya. "Ini dek, kalau saya tega biarin bapak kamu begini. Wah, tambah parah dek. Untung saya mau dateng kesini malen-malem. Cuma gak tega, itu aja. Kalau dibawa ke rumah sakit wah, bisa jutaan ini dek operasinya! Kalau sama saya kan masih terjangkau!"

Raisha pun sudah hampir berbusa lantaran mengucapkan terima kasih. Ia mungkin juga merasa tak enak hati atas bantuan dari orang-orang tersebut. Hanya bisa memberikan pujian dan terima kasih pada mereka. Tak lupa ia juga memberikan upah yang diminta mantri.

Akhirnya, rumah itu kembali sepi seperti semula. Tinggal keluarga Rudi yang masih menemani. Berbagai bingkisan makanan memenuhi kamar bapaknya. Raisha dan istri Rudi pun membereskan segala macam setelah kunjungan tamu. Setidaknya, Raisha sedikit merasa tenang dengan keluarga Rudi yang benar-benar membantu kondisi saat itu.

Raisha kembali meratapi kondisi bapaknya yang menyedihkan. Tulang kaki yang patah hanya dibidai dengan kayu dan diikat dengan perban putih. Sedang mukanya yang lebam di sebelah kanan dibiarkan begitu saja, sesekali hanya dikompres menggunakan air hangat. Apalagi, kini Wahyu harus bertopang pada alat bantu jalan yang baru saja dibelinya dari si mantri.

"Yaudah mas Wahyu cepet sembuh yah! Mudah-mudahan ada jalan keluarnya! Kami pamit dulu yah" ujar Rudi menenangkan. Mereka pun pamit pulang, lantaran sudah larut malam.

Raisha mengucapkan terima kasih pada keluarga Rudi yang rela membantu. Istrinya pun memeluk Raisha saat itu juga.

"Yang sabar yah ndok! Namanya cobaan! Banyak-banyakin doa sama Allah!" ujarnya menasehati.

Raisha pun duduk sejenak di ruang tamu, ketika bapaknya sudah tertidur. Pikirannya melalang mencari cara jalan keluar dari cobaan itu. Namun, tak ada yang menyangkut dalam otaknya. Malah, kesedihan semakin menjalar dalam tubuhnya.

Kini, tubuhnya mulai rindu dengan sosok ibu di sampingnya. Masih teringat jelas sosok Lina Savitri ketika memberikan senyum lembut saat menatap dirinya. Hingga perasaan hangat dekapan sang ibu kala Raisha kecil yang terbangun di malam hari karena ketakutan, masih membekas dalam pikirannya.

Lina memang sudah tidak lagi berada dalam dunia fana. Ia meninggal, saat Raisha baru masuk sekolah dasar akibat kecelakaan yang menimpanya. Sampai saat ini, Raisha masih menyalahkan diri sendiri karena tidak berhasil menjaga ibunya dengan baik.

Setelah mengeluarkan kesedihannya, ia langsung mengingat nasihat istri Rudi. Ia pun menyeka air mata di wajahnya, lalu beranjak dari tempat duduknya hendak meminta bantuan pada Yang Maha Kuasa.

Apalagi, keheningan malam adalah waktu yang paling mustajab untuk berdoa. Mungkin, ini sebagai teguran agar kembali mengingatNya lebih. Atau mungkin ini adalah batu loncatan agar menjadi pribadi yang lebih baik.

**********

Padahal matahari belum memancarkan sinarnya, namun Raisha saat itu sudah terbangun sebelum fajar menyingsing. Tampaknya hari itu ia tak mau belarut dalam kesedihan. Ia berusaha memancarkan energi positifnya, walau wajahnya memang tak bisa membohongi.

Selesai dirinya beribadah, ia pun mengurusi segala hal yang diperlukan bapaknya terlebih dahulu. Seperti mengurusi keperluan ibadah untuk bapaknya. Ia harus membopongnya agar bapaknya bisa berwudhu dan menyiapkan perangkat sholat. Hatinya kembali bersedih, melihat bapaknya yang harus duduk ketika beribadah.

Namun, ia tidak ingin lagi bersedih. Melakukan kegiatan rumah tangga mungkin akan melupakannya. Ia pun memulainya dengan membersihkan rumah. Lalu, segera menyiapkan sarapan.

Walaupun dirinya kurang ahli dalam urusan memasak, setidaknya ia masih bisa menghidangkan nasi goreng. Selama ini biasanya, Raisha dan bapaknya akan membeli sayur dan lauk yang sudah matang untuk makan siang. Karena untuk masak pun, biaya yang dikeluarkan lebih banyak.

Setelah itu, ia pun mencuci pakaian yang menumpuk. Perasaan tegar itu sampai pada bapaknya yang hanya bisa melihat dari dalam kamar. Paling tidak bapaknya juga harus bisa menerima cobaan itu dengan sabar.

“Bapak, Icha antar ke ruang depan yah! Bisa nonton tv. Biar gak jenuh di kamar terus!” usul Raisha. Bapaknya pun menyetujuinya. Akhirnya, mereka pun menyetel televisi. Kemudian bapaknya mencari saluran yang dirasa seru. Raisha hanya diam menurut dengan pilihan bapaknya.

"Kayaknya, besok Icha gak kuliah dulu. Jagain bapak dulu!" ujar Raisha memecah keheningan.

“Yaudah, tapi kasih tau temen kamu. Biar dikira gak bolos.” ujar bapaknya.

“Iya pak!” ujar Raisha. Ia pun berdiri hendak mengambil smartphone-nya.

Ia pun segera menghubungi ketua kelasnya. Memberitahukan alasannya esok tak bisa mengikuti perkuliahan. Ia pun kembali berjalan menuju ruang depan, menemani ayahnya berada.

“Udah kasih tau temen kamu?” tanya bapaknya. Raisha mengangguk mengiyakan.

“Ca, kamu udah punya pacar?”

Pertanyaan bapaknya yang tiba-tiba itu benar-benar mengejutkan dirinya. Raisha benar-benar bergeming.

“Bapak cuma tanya. Maksudnya, kalau punya sekalian tuh kasih tau dia. Kamu kan gitu, apa-apa gak ngomong. Dipendem sendiri.” ujar bapaknya.

“Belum punya pak!” ujar Raisha sedikit ketus. Bapaknya pun tersenyum melihat tingkah laku anaknya.

"Pak, apa Ica berhenti kuliah aja?"

Wahyu menoleh ke arah Raisha. Padahal, baru saja ia ingin mengajak Raisha bercanda. Namun pernyataan yang tak ingin didengarnya dari Raisha akhirnya keluar juga. Wahyu menghela nafas.

"Ca, kamu itu satu-satunya harapan bapak! Masa kaya gini kamu berhenti kuliah?"

"Tapi, Icha juga gak mau bapak dagang dengan kondisi kaya gitu. Kuliah buat pengeluaran kita makin banyak pak. Uang bidikmisi Icha dan penghasilan kerja di tempat makan gak bakal cukup. Lebih baik Ica urus bapak dulu sampai sembuh."

"Bapak juga masih belum tau kapan sembuhnya Cha. Nanti bapak pikirin gimana jalan keluarnya. Pokoknya kamu gak boleh berhenti kuliah!"

Raisha menghela nafas, tanda menyerah berdebat. Pastinya, Raisha juga memikirkan hal tersebut, walau ia mendengar bapaknya yang akan mengatasi. Raisha pun masuk ke dalam kamar hendak menenangkan diri.

Wahyu pun juga belum bisa memberikan jawaban pasti, sebab ini masih terlalu mendadak terjadi.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Sepi Tak Ingin Pergi
624      371     3     
Short Story
Dunia hanya satu. Namun, aku hidup di dua dunia. Katanya surga dan neraka ada di alam baka. Namun, aku merasakan keduanya. Orang bilang tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Namun, bagiku sakit adalah tentang merelakan.
Ansos and Kokuhaku
3290      1037     9     
Romance
Kehidupan ansos, ketika seorang ditanyai bagaimana kehidupan seorang ansos, pasti akan menjawab; Suram, tak memiliki teman, sangat menyedihkan, dan lain-lain. Tentu saja kata-kata itu sering kali di dengar dari mulut masyarakat, ya kan. Bukankah itu sangat membosankan. Kalau begitu, pernah kah kalian mendengar kehidupan ansos yang satu ini... Kiki yang seorang remaja laki-laki, yang belu...
Yang ( Tak ) Di Impikan
542      406     4     
Short Story
Bagaimana rasanya jika hal yang kita tidak suka harus dijalani dengan terpaksa ? Apalagi itu adalah permintaan orangtua, sama seperti yang dilakukan oleh Allysia. Aku melihat Mama dengan maksud “ Ini apa ma, pa ?” tapi papa langsung berkata “ Cepat naik, namamu dipanggil, nanti papa akan jelaskan.” ...
Our Son
510      277     2     
Short Story
Oliver atau sekarang sedang berusaha menjadi Olivia, harus dipertemukan dengan temanmasa kecilnya, Samantha. "Tolong aku, Oliver. Tolong aku temukan Vernon." "Kenapa?" "Karena dia anak kita." Anak dari donor spermanya kala itu. Pic Source: https://unsplash.com/@kj2018 Edited with Photoshop CS2
Aku Sakit
5396      1460     30     
Romance
Siapa sangka, Bella Natalia, cewek remaja introvert dan tidak memiliki banyak teman di sekolah mendadak populer setelah mengikuti audisi menyanyi di sekolahnya. Bahkah, seorang Dani Christian, cowok terpopuler di Bernadette tertarik pada Bella. Namun, bagaimana dengan Vanessa, sahabat terbaik Bella yang lebih dulu naksir cowok itu? Bella tidak ingin kehilangan sahabat terbaik, tapi dia sendiri...
Shine a Light
793      515     1     
Short Story
Disinilah aku, ikut tertawa saat dia tertawa, sekalipun tak ada yang perlu ditertawakan. Ikut tersenyum saat dia tersenyum, sekalipun tak ada yang lucu. Disinilah aku mencoba untuk berharap diantara keremangan
Pertama(tentative)
913      488     1     
Romance
pertama kali adalah momen yang akan selalu diingat oleh siapapun. momen pertama kali jatuh cinta misalnya, atau momen pertama kali patah hati pun akan sangat berkesan bagi setiap orang. mari kita menyelami kisah Hana dan Halfa, mengikuti cerita pertama mereka.
Irresistible
663      480     1     
Romance
Yhena Rider, gadis berumur 18 tahun yang kini harus mendapati kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya resmi bercerai. Dan karena hal ini pula yang membawanya ke rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Alih-alih mendapatkan lingkungan baru dan mengobati luka dihatinya, Yhena malah mendapatkan sebuah masalah besar. Masalah yang mengubah seluruh pandangan dan arah hidupnya. Dan semua itu diawali ketika i...
Golden Cage
477      273     6     
Romance
Kim Yoora, seorang gadis cantik yang merupakan anak bungsu dari pemilik restaurant terkenal di negeri ginseng Korea, baru saja lolos dari kematian yang mengancamnya. Entah keberuntungan atau justru kesialan yang menimpa Yoora setelah di selamatkan oleh seseorang yang menurutnya adalah Psycopath bermulut manis dengan nama Kafa Almi Xavier. Pria itu memang cocok untuk di panggil sebagai Psychopath...
Anne\'s Daffodil
603      409     3     
Romance
A glimpse of her heart.