Semakin dewasa, sosok individu akan menunjukkan sifat aslinya. Asal tau saja, sifat itu terbentuk dari lingkungan sekitar dan pengaruh gejolak diri. Namun, sifat ini sebenarnya bisa disembunyikan. Karena sifat bisa dikendalikan tanpa kita sadari. Lagi-lagi terbentur pada pilihan...
Ruangan kelas jurusan anak IT itu riuh gaduh. Bising dengan segala aktivitas di dalamnya. Mau bagaimana lagi, ada empat kelas perkuliahan kala itu digabung dalam satu ruangan. Mungkin kurang lebih dua ratus mahasiswa menempati seluruh bangku yang tersedia. Jadi, bisa dibayangkan kalau masing-masing dari mereka saling mengobrol.
Apalagi, dosen belum menampakkan dirinya. Padahal, sedari tadi masing-masing perwakilan kelas bolak-balik ruangan dosen. Namun, masih belum ada kepastian. "Tunggu aja dulu!" ujar staff administrasi yang mengurusi absensi dosen.
Raisha Kamalina atau sering dipanggil Icha ini, lebih memilih diam mendengarkan alunan musik melalui earphonenya. Setidaknya ia bisa mengurangi kebisingan itu, pikirnya. Lagipula tak ada teman yang terlalu akrab dengan dirinya. Sering dibilang jutek, oleh kebanyakan orang yang mengenalnya. Setidaknya berbicara yang penting-penting saja, itu prinsip Raisha.
Dia sendiri agak kesal dengan orang yang penasaran dengan kehidupannya. Apalagi, orang yang sok akrab dan tiba-tiba saja langsung curhat.
Menurutnya, masing-masing orang urus saja kehidupannya masing-masing. Tak usah mengumbar masalah kepada orang lain. Bukankah, itu semakin menambah beban bagi yang mendengarnya. Atau bisa saja mereka tak peduli. Kalaupun mereka peduli, setidaknya mereka akan mengetahui sendiri dan berusaha melakukan sesuatu. Bukan hanya memberi saran. Yah, begitulah pandangan Raisha yang terkenal introvert.
Sebenarnya ini tahun pertama semester dua bagi Raisha di jurusan Ilmu Komputer. Awalnya, ia sering didekati mahasiswa lain terutama senior laki-laki karena parasnya yang dianggap manis. Namun, satu per satu dari mereka tak kuat dengan sikap jutek dan dinginnya. Apalagi, pembicaraannya hanya berkutat pada materi kuliah atau gaming. Selain itu, dia tidak akan menjawab.
Orang yang saat ini dianggap dekat dengan Raisha yaitu Armandio Prayoga, dipanggil Dio. Lelaki berkacamata kotak ini, tergolong sebagai mahasiswa berkelas atas. Lantaran dirinya sudah bisa menghasilkan uang sendiri dari hasil gaming-nya.
Pertemanan Dio dan Raisha hanya sebatas "kunci jawaban kelas". Mereka akan bagi tugas. Tiap mata kuliah yang mampu dikuasai maka dia yang mengerjakan, yang lainnya membagikan kepada orang-orang yang sudah membayar. Maka dari itu mereka sering dianggap, pasangan "bad genius".
Kedekatan mereka berdua sendiri terjadi, saat Dio mulai iri pada kecepatan analisa Raisha pada penyelesaian debugging (permasalahan error program) dan analisis database. Dio sendiri menguasai PHP dan Desain Web.
Berawal dari tawaran perusahaan ayahnya untuk memperbaharui website server-nya, Dio pun mengajak Raisha sebagai rekan kerjanya. Alasan yang membuat Dio memilih Raisha, lantaran mereka lulusan SMK dan memiliki selera pembicaraan yang sama terkait gaming. Dan akhirnya, mereka masuk pada hubungan seperti ini.
Bruk! Suara meja kuliah Raisha menjadi sorotan orang-orang di kelasnya.
"He!" teriak Vinka yang membuat Raisha pun langsung membuka earphone-nya.
"Kenapa lo gak cantumin nama gue?" tanya Vinka, teman sekelompok Raisha.
"Karena, lo gak kerja." jawab Raisha tegas.
"Ck... lo ngelunjak sama gue. Gue kating disini! Harusnya lo gak usah cari gara-gara!" omelan Vinka tak digubris Raisha.
"Kalau lo tetep gak mau bantuin gue, gue bakal keluarin lo dari Hima (Himpunan Mahasiswa Jurusan)!" gertak Vinka.
Raisha bergeming, jika dia dikeluarkan dari Hima-nya maka surat peringatan Bidikmisi akan keluar. Karena selain Hima, Raisha tidak mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) manapun.
"Gue tunggu sampai tugas itu dikumpul!" suruh Vinka memberi peringatan. Raisha pun langsung berdiri dengan kesal sambil mengambil makalah yg ada di tasnya.
"Nih, lo ganti sendiri!" ujar Raisha sambil membanting keras makalah ke mejanya dengan tangan kanan.
Tensi darah Vinka makin meningkat, tangannya mengepal keras hingga kuku-kuku yang telah dipoles hampir mengelupas. Raisha menarik tasnya, dan keluar meninggalkan kelas.
"Ca, lo mau kemana?" tanya Dio yang sedang duduk di sebelahnya.
"Cabut!" ketus Raisha.
"Gua ikut!" ujarnya. Raisha tak menggubrisnya dan melenggang bebas keluar gedung.
"Eh, yo. Bilangin sama pacar lo, cari gara-gara berarti cari mati!" teriak Vinka. Dio hanya diam tak menanggapi, kemudian langsung mengambil tas dan berlari mengejar Raisha.
"Lo juga sih Ca, biasanya lo bakal nurut sama nenek sihir. Tapi gue salut juga sih sama lo! Harusnya tuh emang digituin nenek sihir." tutur Dio. Raisha memberhentikan jalannya, kemudian menoleh ke arah Dio.
"Gak usah ikutin gue!" tegas Raisha.
"Ah elah Ca. Gua males masuk pelajaran bu Yuni. Gua sama lo aja yah!" Raisha pun menatap tajam ke arah Dio.
"Iya, iya gue gak ikutin lagi. Tapi lo masih mau bantuin proyek web bokap gua kan?" ujar Dio.
Raisha tak menanggapi dan berjalan pergi meninggalkannya. Dio sengaja berdiam diri, dan tidak mengikutinya lagi.
"Ca, hati-hati yah!" teriak Dio ketika jarak antara mereka semakin jauh.
Langkah kaki Raisha berhenti di sebuah pondokan yang memang sengaja disediakan pihak kampus sebagai salah satu fasilitas yang bisa dinikmati mahasiswa. Pondokan ini memang tak pernah sepi dari mahasiswa, kecuali ketika waktu jam kampus habis.
Raisha pun sengaja menghabiskan waktunya untuk mencoba kembali menelusuri deep web. Ia berusaha memperkuat berbagai enkripsi (pengamanan berlapis-lapis) yang telah didapatkan secara gratis di dunia maya.
Untuk masuk ke ranah deep web sendiri, tidak asal sembarang orang yang bisa berselancar. Diperlukan sebuah perencanaan matang untuk masuk kedalamnya, dari mulai tujuan hingga persiapan matang. Jika tak mengerti, maka akan menjadi sasaran empuk para hacker untuk memanipulasi data-data privasi. Biasanya, ditandai dengan adanya berbagai macam virus yang menyerang.
Sebenarnya, saat ini ia tengah tertarik dengan situs para gamers yang menyediakan game pro secara gratis. Raisha sendiri tertarik dengan game, sejak ia ditinggal pergi ibunya. Bapaknya sendiri sering menitipkan Raisha ke tetangganya yang menjadi penjaga tempat PS (????Play Station), ketika ia hendak berdagang ke pasar.
Tiba-tiba suara tanda chat masuk di smartphone Raisha berbunyi.
"Cha, quiz mendadak bu Yuni. Cepetan lo buka lamannya!"
Raisha langsung membuka laman website jurusannya, dan langsung membuka tab ujian. Kedua tangannya bekerja dengan cepat. Karena waktu pengerjaan tiap soalnya hanya satu menit, kecuali soal berbasis perintah coding (script pemrograman) lima menit.
Selama kuis berlangsung, Raisha juga sempat memberikan jawabannya pada Dio. Setelah itu biasanya Dio akan membagikan jawaban Raisha kepada beberapa orang.
cant wait next chapter