Pertemuan dengan seseorang, membuka jalan baru dalam sebuah pilihan. Terus bertemu dengannya yang menjadi pengubah lajunya kehidupan. Atau hanya sebuah bayangan sekelebat yang tiada makna. Itu adalah pilihan, mau meneruskan hubungan atau tidak. Tergantung...
Drrt...drrtt... getar smartphone di saku celana kanan, membuat Adi langsung mengambilnya. Ternyata panggilan masuk dari ibunya.
"Di, udah pulang?" tanya seorang wanita paruh baya di seberang sana.
"Udah ma, ini lagi mau pulang."
"Yaudah, hati-hati yah!"
"Mama, nelpon Adi cuma mau tanya udah pulang atau belum?" ujar Adi tak menyangka.
"Iya,"
Jawaban si ibu, membuatnya tertawa kecil. Senyum yang terukir di wajah Adi, membentuk lesung mungil di pipinya.
Sambil berjalan, Adi tetap melanjutkan pembicaraan dengan ibunya. Seperti biasa, Adi akan melemparkan guyonan receh ke ibunya. Sekedar mencari teman bicara dan menghilangkan rasa kelutnya perkuliahan.
"Ma, minyak apa yang bikin mabuk?" tanya Adi memulai pembicaraan.
"Minyak Kasturi kali yah!" jawab ibunya ragu.
"Salah, Minyaksikan senyum manis mama!"
"Dasar nih anak, makanya cepetan punya pacar! Gombalin mamanya terus!" sahut ibunya.
"Habis, belum ada yang lengket sama Adi."
"Ma, tebakan lagi nih! Kenapa monyet makan pisang?" tambah Adi mengalihkan topik.
"Karena, kalau makan kamu mama sedih!" ledek ibunya.
"Salah, emang makanan pokoknya kok! Heheh," tanggap Adi.
"Adi, mama lagi masak nih. Mama tutup yah teleponnya!"
Tuut..
"Ah, si mama. Lagi seru juga. Udah dimatiin aja!"
Dengan segera Adi pun kembali memasukkan smartphonenya ke saku celana. Langkah kakinya pun sedikit dipercepat menuju stasiun kereta, yang jaraknya kini sisa kurang lebih lima meter.
Sambil berjalan, ia sengaja merengkuh badannya yang berbalutkan kemeja dan jaket hitam. Membuat kehangatan di malam yang cukup dingin. Maklum saja, hujan kala itu mengguyur ibukota di sore hari.
Namanya Muhammad Adiyasa Burhanuddin. Sering dipanggil Adi agar mudah diingat. Ia kini tengah menjalani semester 4 jurusan ilmu komunikasi di salah satu universitas Jakarta.
Dia memiliki seorang adik laki-laki yang kini duduk di bangku 3 SMA. Dan, sudah hampir 12 tahun Adi menjadi anak yatim karena tragedi sebuah kecelakaan yang menimpa ayahnya. Sehingga ibunya membuka usaha catering. Syukurlah, kini usahanya sudah tergolong cukup besar.
Wussshh....
Suara angin yang berhembus, mengerumuni sekujur badan. Membuat hawa dingin memaksa masuk menyentuh tubuh. Bersamaan dengan itu, kedatangan kereta tepat pada waktunya.
Berduyun-duyun tiap orang pun memasuki gerbong yang ada di depannya. Berkumpul pada satu ruangan panjang yang bersekat-sekat. Tak pelak, Adi pun menjadi bagian dari kerumunan orang di dalamnya.
Kereta melaju dengan kondisi yang cukup ramai. Seluruh bangku hampir terisi penuh, maklum saja karena jam pulang kerja dan kuliah biasanya hampir sama. Apalagi ketika hari senin, dimana seluruh aktivitas dimulai setelah weekend.
Masing-masing orang langsung melakukan beberapa hal agar menghilangkan jenuh perjalanan. Orang yang saling kenal asyik mengobrol entah itu percakapan pekerjaan, atau seputar pengalaman dan kehidupan, beberapa orang lainnya mulai memejamkan mata, mengeluarkan smartphone, mendengarkan musik atau sekedar termenung menatap sekitar.
Srek...srek... Adi segera merogoh kantung saku celana kanannya lagi, hendak mengambil smartphone. Membuka aplikasi musik, scroll atas ke bawah. Akhirnya, list lagu favorit beraliran indie siap dimainkan.
Adi mulai mencari earphone, merogoh tas, menelusuk ke setiap sudut tas, namun tak ada barang yang diharapkan. Dia teringat bahwa itu tertinggal di laci meja kamarnya.
Akhirnya, Adi mulai membuka mesin pencari. Seketika dia sadar kuota internetnya kini habis. Adi memasukkan kembali smartphone-nya ke saku celana kanan.
"Huh! Ngapain yah?" Adi mulai melihat keadaan sekitar.
"Tidur aja kali?" batinnya. Adi mulai memejamkan mata sebentar.
"Ah sial! Tidak bisa tenang. Bagaimana kalau kecopetan?"
Dia membuka mata dengan segera, lalu mengecek saku celana kanan, menoleh ke arah kanan dan didapatinya seorang wanita paruh baya bersama anaknya, sedang di sisi kirinya terdapat seorang lelaki paruh baya yang sedang terantuk-antuk.
"Huh, apaan sih Di. Mikir macem-macem?!"
Mata Adi mulai menelisik ke setiap sudut kereta. Melihat berbagai jenis wajah dengan seksama, khususnya para gadis. Akhirnya, mata Adi berhenti pada seorang gadis yang duduk didepannya.
Gadis itu bertudung hoodie hitam, memakai celana jeans dan sepatu converse bertali. Dari penampilannya Adi mengenali bahwa identitas gadis itu mahasiswa. Ada tas laptop di samping kanannya. Sedangkan di pangkuannya tas ransel yang isinya tidak terlalu banyak.
Gadis itu tampaknya, tidak memakai riasan. Tatapannya terlihat kosong ke depan, matanya agak sayu. Dia memakai kacamata kotak sekedar untuk menutupi daerah lingkar hitam di matanya.
"Ah gadis ini serem banget sih," batin Adi.
Entah kenapa gadis tersebut mulai melekat dalam pandangan Adi. Firasat Adi mengatakan bahwa gadis di depannya, tak lama lagi akan dekat dengan dirinya. Tanpa sadar, ternyata gadis itu merasa diperhatikan hingga ia pun menatap mata Adi.
Deg! "Ah, dia lihat gue."
Tatapan Adi mulai menoleh ke arah lain. Akhirnya, gadis itu tidak menatapnya lagi.
"Stasiun berikutnya stasiun Manggarai. Bagi penumpang yang akan turun stasiun Manggarai harap mempersiapkan diri, jangan sampai ada barang yang tertinggal di dalam rangkaian. Terimakasih telah menggunakan jasa kereta api komuter jabodetabek."
Pengumuman kereta tiba di stasiun Manggarai sudah terdengar, Adi mulai bersiap-siap untuk transit menuju kereta arah Bekasi. Akhirnya pintu peron kereta terbuka, beberapa orang mulai keluar termasuk Adi.
"Ah, gadis itu juga keluar disini?"
Adi menatap gadis tersebut lekat-lekat, layaknya penguntit. Gadis itu kemudian berhenti di minimarket. Entah kenapa, Adi trus mengikuti hingga mau tak mau juga harus memasukinya.
Si gadis pun memilih sebuah snack ringan wafer dan air putih kemasan. Sedangkan Adi hanya memilih minuman isotonik.
Setelah beberapa langkah, si gadis meneguk air minumnya. Kemudian berjalan sambil memakan wafer yang dibelinya. Langkah kakinya juga berjalan menuju ke arah peron Bekasi.
Tak beberapa lama kemudian, gadis tersebut mulai menghubungi seseorang. Adi mulai mendengarkan pembicaraan si gadis.
"Kapan dikumpulnya?" tanyanya melalui smartphone. Setelah mendapat jawaban, dia langsung mematikan panggilannya.
"Ah, lo ngapain sih Di, sampai ngikutin nih gadis." batinnya.
Tak terasa langkah kaki mereka telah sampai di tempat yang dituju. Kereta baru saja tiba. Adi mulai berjalan mendahului gadis tersebut. Orang-orang mulai keluar dengan sesaknya, setelah pintu terbuka.
"Brukk...!" Adi tak sengaja menabrak seorang lelaki yang baru saja keluar dari kereta.
"Aduh maaf.. maaf," ujar Adi meminta maaf. Begitu pula orang yang menabraknya. Adi masuk dan berdiri sambil meraih pegangan tangan, karena tak ada lagi bangku kosong.
"Mas, maaf itu kantung celananya sobek. Kayanya mas kecopetan deh. Ada yang hilang nggak mas?" tanya seorang bapak yang duduk di sebelah kanannya.
"Ah sial, hp saya hilang. Dompet saya juga."
"Yah, disini emang begitu mas. Makanya harus hati-hati. Keretanya belum jalan. Mending kejar dan cari dulu mas, trus ke kantor polisi"
Adi mulai mengangguk dan menuruti, tak lupa ia berterima kasih. Namun, baru saja berjalan beberapa langkah, tas ransel Adi tiba-tiba ditarik.
Adi mendapati gadis misterius tadi yang melakukannya. Ia tersontak terkejut. "Nih gue pinjemin hp. Blokir kartu ATM lo!" suruh si gadis sambil menyodorkan hpnya. Adi terdiam bingung.
"Kalau lo gak mau ya udah," ujar si gadis.
"Ah, iya-iya. Tapi gue gak tau cara blokir kartu."
Maklum saja ia baru kali ini merasakan kecopetan, walau sudah pernah mendengar cara mengatasi kecopetan tetap saja kebingungan benar-benar menguasai pikirannya.
"Ck. Ya udah kita harus keluar menuju kantor polisi terdekat sambil trus menghubungi kantor bank pusat untuk memblokirnya," ujar si gadis.
Gadis itu mulai berjalan memimpin Adi. "Kartu ATMnya bank apa?," tanya si gadis sambil mencari kontak yang bisa dihubungi di mesin pencari. Adi mulai menjawab pertanyaan si gadis tanpa bertele-tele.
Setelah si gadis menghubungi pihak bank, ia mematikan hp-nya dan mulai menyajarkan langkah kakinya dengan Adi.
"Kalau udah sampe di kantor polisi, ceritakan kejadiannya. Relain uang lo, habis itu cari jejak hp lo yang hilang dengan kode IMEI yang ada di kardus kemasan hpnya. Atau lo juga bisa login email kalau lo sering buka email di hp. Yaudah gua duluan!" jelas gadis tersebut. Lalu, berjalan mendahului.
"Ah, terima kasih banyak."
"Eh kalau boleh tau nama lo siapa?" tanya Adi dengan segera. Gadis itu mulai menghentikan diri, sontak Adi pun berhenti. Gadis itu mulai melirik tajam ke arah Adi.
"Lo gak perlu tau!" ujarnya sambil meninggalkan Adi yang masih bingung.
"Sok misterius banget sih nih cewek!" Batin Adi.
cant wait next chapter