Pohon yang melambai-lambai tertiup angin yang malam yang berhembus dengan dingin, seolah menjadi saksi pertarungan hidup mati Aris dan Abi untuk mengalahkan Birendra. Dengan kepercayaan diri yang tinggi Abi menatap Birendra. Tapi, muncul keraguan dalam diri Aris, saat terakhir kali api biru Aris yang seharusnya tidak dapat dipadamkan, dengan mudah Birendra dapat memadamkan api milik Aris tidak hanya itu seolah Birendra memiliki ketahanan terhadap elemen api.
“Ayo serang dia, Aris”. Aris sedikit terkejut, ditengah lamunannya Abi berlari kearah Birendra dengan kedua tangan yang terbalut bebatuan tanah. Aris mengelengkan kepalanya mencoba menghilangkan pikiran negatif dikepalanya.
“Yaaa…”. Satu-satunya jalan untuk mengalahkan Birendra adalah menggunakan elemen tanah dari Abi, jadi tugas Aris adalah melindungi Abi dari setiap serangan Birendra.
Aris berlari dengan cepat kearah Birendra, melihat itu Birendra mempersiapkan diri untuk serangan yang dilancarkan Abi. Saat Birendra berada di dalam jangkauan serangannya, Abi melompat dan memberikan pukulan dengan tangan kanan yang telah dilapisi oleh batu.
Birendra yang telah sepenuhnya terfokus dengan Abi yang lompat, tidak melihat bola api yang mengarah keadanya. Dengan kepercayaan diri yang tinggi Abi menyerang Birendra, dia berfikir Birendra akan menghalau bola api yang dikeluarkan Aris.
Dengan mengayunkan tangan kanannya, Abi berfikir serangannya akan mengenainya. Tapi saat tangannya masuk kedalam kobaran api yang membakar Birendra, Abi merasakan sesuatu yang berbeda. Benar saja, Birendra menahan pukulan Abi hanya dengan tangan kirinya.
“Pukulanku dapat ditahan ?”. Abi sedikit terkejut karena bola api yang mengenai tubuhnya, tidak memberikan luka yang berarti.
“Kerjasama yang lumayan untuk ukuran seorang bocah”. Birendra mencengkram tangan Abi dengan sangat kuat sampai armor tangan yang terbuat dari batu hancur. Seperti tidak merasakan berat, Birendra melempar tubuh Abi dengan sangat mudah.
“Argh…”. Tubuh Aris membentur pohon hingga tumbang.
“Kenapa kau menghindar ? api yang aku keluarkan untuk melindungimu dari api yang dia miliki karena apiku tidak akan mempan terhadapnya jadi satu-satunya cara adalah dengan kemampuanmu”. Aris berteriak sambil memarahi Abi yang belum menyadari rencananya.
“Bagaimana aku akan hal itu, sehaurnya kau memberitahu hal itu terlebih dahulu”. Abi membalas Aris dengan melakukan hal yang sama.
“Sudahlah setidaknya kau tahu bukan cara untuk mengalahkannya”.
“Tentu saja”. Abi mengepalkan tangannya dan menyentuhkannya ketanah, dengan konsentrasi tinggi sambil menutup matanya Abi merapal sebuah mantra. Seketika tanah yang ada disekitar tangannya mulai bergerak dan menutupi tangan kanannya.
“Aahhh…”. Dengan sebuah teriakan Abi sekali lagi berlari kearah Birendra, Aris yang berada dibelakangnya mengeluarkan Api dan menutupi tubuh Abi untuk melindunginya dari Api Birendra.
“Itu tidak akan berhasil”.
Birendra mengepalkan tangannya kanannya dan menariknya kebelakang, seperti akan melakukan pukulan. Sesaat setelah Birendra melancarkan pukulan dengan tangan kanannya, hembusan api keluar dari tangannya. Api yang begitu besar dan panas menerjang Aris dan membuatnya terpental sekaligus menghilangkan api yang sebelumnya menutupi tubuh Abi.
“Kalian masih terlalu lemah untuk melawanku, terutama kau Aris. Kau tak kan bisa melawanku jika tidak kau gunakan itu”.
“Berisik, aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Sebelum kau menghina musuhmu lebih baik perhatikan dulu sekitarmu”.
Birendra baru menyadari ada sesuatu yang ganjil. Abi yang seharusnya ikut terkena serangannya seharusnya ikut terpental meski didalam perlindungan api biru Aris. Tapi, Birendra tidak dapat menemukannya dimanapun.
“Dimana dia ? belakang ? kanan ? kiri ? atas ?”. Birendra melihat kesegala arah tapi tidak menemukan dimana Abi berada. Saat fokus Birendra mencari keberadaan Abi, Aris mencoba mengacaukannya dengan mencoba dengan pukulan apinya meski dia tahu Birendra memiliki kekebalan dengan apinya tapi tidak dengan pukulan.
Aris melancarkan pukulan kearah Birendra, saat Birendra akan menghindar tubuhnya tidak bisa dia gerakkan. Dia tidak tahu apa yang terjadi tapi saat dia kembali berusaha untuk menghindar sudah terlambat, pukulan api Aris mengenainya.
Tidak hanya sekali Aris melancarkan berkali-kali kearah Birendra, wajah dan tubuhnya terkena pukulan api bertubi-tubi tiada henti, sampai pada akhirnya tubuh Birendra jatuh kebelakang setelah mendapat pukulan api dengan kekuatan yang baling besar.
“Ha…ha…ha…”. Nafas berat terdengar sangat jelas keluar dari mulut Aris, tanah disekitar Aris bergetar dan mulai mencuat keatas. Itu adalah Abi yang telah masuk kedalam tanah dan menghentikan gerakan Birendra sehingga tidak dapat menghindar pukulan api Aris.
“Baiklah ini serangan terakhir”. Abi meletakkan tangan kanannya ketanah dan seketika tanah runcing mencuat keatas dan jatuh ketubuh Birendra yang tidak dapat lagi bergerak.
Abi menghela nafas lega setelah berhasil mengalahkan Birendra meski kemampuannya baru dia kuasai.
“Lalu bagaimana bisa kau ada disini ?”. tanya Aris yang tidak tahu kalau dia sedang di ikuti.
“Sudah jelaskan aku akan membantumu”. Jawab Abi dengan tegas.
“Kau tahukan kalau ini bukanlah masalah kecil, ini merupakan kasus penculikan keluarga bangsawan. kau bisa saja terluka atau bahkan terbunuh”.
“Lalu apa resiko itu tidak berlaku untukmu ?”. Aris hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Abi, keheningan terasa seolah tidak pernah terjadi pertempuran sengit sebelumnya. Bulan nampak begitu terang menyinari Aris dan Abi yang berdiri dengan penuh ketegangan.
“Bukan itu maksudku. Keluargamu pasti akan khawatir saat kau ikut terlibat dengan masalah besar seperti ini”. Jawab Aris.
“Apa keluargamu juga tidak khawatir saat mengetahui kau ikut terlibat masalah seperti ini, hah ?”. sekali lagi Aris hanya diam.
Aris membalikan badan membelakangi Abi, suara langkah kaki terdengar diantara kesunyian hutan dimana mereka berada. Aris tidak ingin mengatakan kenyataan bahwa dia sudah tidak memiliki keluarga, dia merasa takut saat akan mengatakannya.
“Jadi kau kesini mau membantuku bukan ?”. Aris menyerah dengan sikap Abi dan memilih mengalihkan pembicaraan.
“Tentu saja aku akan membantumu, kita teman bukan”. Mendengar itu Aris merasa sedikit lega.
“Kalau begitu berikan ini kepada Kepala akademi”. Kata Aris sambil mengeluakan secarik kertas yang dia temukan sebelumnya.
“Apa ini ?”.
“Ini merupakan surat perintah untuk menculik Icha”. Abi terkejut saat membaca isi surat itu, bagaimana tidak yang memberikan perintah untuk menculik Icha adalah keluarga Mahawira yang merupakan keluarganya sendiri.
“Apa ini benar ?”. Abi meragukan apa yang ditunjukan Aris.
“Tentu saja tapi aku tidak tahu apa yang mereka rencanakan”.
“Ini sangat tidak masuk akal, saat perjalanan mengejarmu juga aku menemukan keanehan”.
“Keanehan ?”. Aris kembali berbalik menghadap Abi dan terlihat sangat tertarik dengan arah pembicaraan ini.
“Saat perjalanan kemari aku melihat beberapa orang memindahkan patok batas kerajaan, dan aku melihat dengan sepintas melihat lambang keluarga Mahawira ditangan kiri mereka”.
Aris seperti kehilangan ketertarikan saat Abi mengatakan hal tadi. Karena Aris berpikir itu hal wajar jika Mahawira memindahkan patok batas kerajaan untuk membalas perbuatan kerajaan Lamong yang memindahkan patok batas kerajaan kedalam kerajaan Wengker sehingga kerajaan mereka bertambah luas dan kerajaan Wengker kehilangan wilayah meski beberapa meter.
Mungkin Abi tidak tahu masalah ini karena masalah ini tidak pernah dipublikasikan karena ditakutkan terjadi kekacauan didalam kerajaan Wengker. Hal ini terdengar masalah kecil namun masalah ini dapat menimbulkan perang besar, pikir Aris.
“Namun yang lebih membuatku tidak mengerti adalah… Kenapa keluarga Mahawira memperluas wilayah Kerajaan Lamong dan mempersempit Kerajaan Wengker”.
Aris terkejut sampai tidak dapat berkata apapun. Keringat dingin Aris mulai menetes dengan derasnya. Entah ini sebuah rencana atau hanya kebetulan tapi yang ada difikiran Aris hanya satu yaitu Kudeta.
Pertama mereka mencari seorang anak berbakat untuk dijadikan anak angkat beberapa tahun lalu dan mengangkat Aris sebagai anak angkatnya namun karena dia bisa melarikan diri, Mahawira mengangkat Icha sebaga anak angkat dan dijadikan anak emas sekaligus dilatih sampai kerajaan Wengker mengakuinya sebagai calon panglima Persapa Kerajaan.
Kedua adalah fakta bahwa yang memicu konflik masalah perbatasan dengan Kerajaan Lamong adalah Mahawira. Dimana mereka menggeser dan memperluas Kerajaan Lamong agar para petinggi Kerajaan Wengker menganggap yang telah menggeser patok perbatasaan adalah Kerajaan Lamong.
Karena masalah ini Kerajaan Wengker dapat mendeklarasikan perang dengan kerajaan Lamong namun pihak Kerajaan Wengker mentolelir masalah ini karena masih memikirkan keadaan rakyat saat terjadi peperangan.
Ketiga yang menculik Icha yang telah diakui oleh Kerajaan sebagai calon panglima Persapa kerajaan adalah keluarga Mahawira sendiri. Dan saat Birendra menculik Icha, dia menjatuhkan kalung berlambang kerajaan Lamong yang telah ditemukan para persapa penyidik.
Karena hal ini Kerajaan Wengker akan menganggap pendeklarasian perang oleh Kerajaan Lamong kepada Kerajaan Wengker.
“Dan saat peperangan terjadi mereka akan melakukan kudeta”. Aris mengatakan bagian terakhir didalam pemikirannya.
“Kudeta ? siapa yang melakukan kudeta ?”. Abi kebingungan dengan perkataan Aris yang tiba-tiba mengatakan masalah kudeta.
“Abi cepat beritahu kepala akademi kalau semua ini mulai dari masalah patok perbatasan hingga penculikan Icha itu adalah rencana Mahawira untuk melakuka kudeta dengan memanfaatkan peperangan dengan Kerajaan Lamong”.
Aris nampak kebingunan, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, yang hanya ada dipikirannya adalah dia dan Icha hanya digunakan sebagai tumbal untuk melakukan kudeta.
Tapi ditengah kebingungannya Aris mendengar sebuah tawa dari suara yang tak asing lagi baginya. Dengan Cepat Aris dan Abi melihat kearah suara itu berasal. Seorang yang sebelumnya berbaring dengan luka tusuk di tubuhnya, kini dia berdiri sambil tertawa.
“Apa dia manusia dengan kekuatan monster ?”.
“Tidak, tapi monster dengan tubuh manusia”.
Abi dan Aris tidak percaya dengan apa yag mereka lihat. Sebelumnya mereka melihat dengan jelas tubuh Birendra yang tertusuk oleh tanah runcing milik Abi tapi dia berdiri dengan senyuman diwajahnya.
Tubuh yang terlihat sangat sehat tanpa luka gores sedikitpun seolah apa yang dilakukan Aris dan Abi hanya sia-sia.
“Mari kita lanjutkan pertarungan tadi”.
Sebuah warna yang belum pernah Aris lihat sebelumnya, membuatnya sedikit kehilangan keberanian dan kepercayaan diri yang sebelumnya ada.
Api hitam yang menyelimuti tubuh Birendra merupakan sebuah api legendaris yang hanya dimiliki oleh makhluk mitologi Ganaspati. Sebuah mahkluk mitologi yang hampir menyerupa banaspati tapi memiliki api hitam dan memiliki kekuatan yang lebih hebat dari banaspati.
“Aku tidak akan menahan kekuatanku lagi sekarang, jika kalian ingin menderita lawanlah aku”. Senyuman mengerikan terpasan diwajah Birendra, membuat kaki Abi tak berhenti bergetar ketakutan.
“Abi…Abi…Abi”. Aris memangil Abi sambil berteriak untuk menyadarkan Abi yang termakan oleh rasa takut setelah melihat Api hitam yang Birendra keluarkan.
“Maaf, melihat api hitamnya membuatku sedikit takut”.
“Tidak perlu takut kita pasti bisa mengalahkannya, percayalah. Kita hanya perlu bekerjasama untuk mengalahkannya seperti sebelumnya”. Kata Aris untuk mengembalikan semangat Abi.
“Kau benar, kita hanya perlu bekerjasama seperti sebelumnya”.
Sesaat sebelum Aris dan Abi melancarkan serangan, sebuah ledakan terjadi dan membuat tubuh mereka terpental. Aris dan Abi mengerang kesakitan setelah terkena ledakan yang entah darimana asalnya.
“Bagaimana seranganku ? menakjubkan bukan ?”. Aris hanya diam menahan rasa sakit tanpa membalas perkataan Birendra.
“Selama ini aku menyembunyikan kekuatanku ini, karena kekuatan ini hanya dikhususkan untuk melawanmu Aris”. Aris tidak mengerti apa yang dikatakan Birendra.
“Kekuatan Ganaspati ini adalah kekuatan yang digunakan untuk membunuh seluruh keluarga Ajie, karena dari itu kekuatan ini hanya akan aku gunakan untuk melawanmu sehingga api hitamku sepenuhnya telah membunuh satu keluarga besar”. Birendra terlihat sangat bahagia melihat Aris menderita, karena baginya penderitaan Aris adalah sesuatu yang layak untuk dia lihat.
Perlahan Birendra melangkahkan kakinya mendekati Abi yang terkapar dengan luka yang lebih parah daripada yang Aris alami.
“Hoi Abi… berdirilah pergi dari sini”. Aris mengetahui niat Birendra setelah melihatnya berjalan kearah Abi.
“Sepertinya dia teman baikmu ya… ini akan semakin menarik”. Birendra mempercepat langkahnya.
“Aku akan mengingatkanmu tentang rasa sakit saat itu”. Sekilas Aris melihat saat dimana keluarganya dibunuh dan disiksa didepan matanya beberapa tahun lalu.
“Hentikan kumohon hentikan”. Aris berteriak memohon agar Abi dilepaskan.
“Kumohon dia tidak ada hubungannya denganku dia bukanlah temanku, jadi kumohon lepaskan dia”.
“Benarkah itu ? aku akan menanyakannya langsung padanya”. Seperti seorang yang tidak memiliki perasaan Birendra meraih leher Abi dan mengangkatnya keatas. Sambil melirik kearah Aris Birendra tersenyum.
“Abi namamu Abi kan ?”. Birendra memasang telinga menunggu jawaban keluar dari mulut Abi, tapi Abi tidak menjawabnya dan hanya diam.
“Kumohon lepaskan Abi, aku akan melakukan apapun jadi kumohon lepaskan Abi”.
“Melakukan apapun ?”.
“Iya aku akan melakukan apapun, jadi lepaskan Abi”.
“Kau yakin ?”. Birendra ingin memperjelas jawaban Aris.
Aris menjawabnya dengan menganggukan kepalanya. Melihat itu Birendra tertawa dengan sangat keras dan menakutkan membuat burung yang ada di dahan pohon terbang karena ketakutan.
“Baiklah, aku akan melepaskan Abi tapi kau harus menuruti semua perkataanku”.
“Baik”. Birendra melempar Abi kearah Aris. Dengan tubuh yang penuh luka Aris menghampiri Abi yang hampir kehilangan kesadaraannya setelah di cekik oleh Birendra.
“Aris dengarkan perintah pertama yang harus kau lakukan adalah…”. Aris nampak tidak menghiraukan perkataan Birendra dan terus mencoba menangani luka yang Abi alami.
“Membunuh Abi dengan pusakamu”. Sontak Aris melebarkan kedua matanya.
“Mana mungkin kau telah berjanji untuk melepaskan Abi bukan lalu kenapa kau ingin aku membunuhnya”. Aris memberontak dengan penuh amarah.
“Aku sudah melepaskannya dari cekikanku bukan ? berarti aku sudah menjalankan kewajibanku. Jadi sekarang waktumu untuk menjalankan kewajibanmu”. Birendra terlihat sangat bahagia melihat wajah menderita Aris yang telah lama tidak dia lihat.
“Cepat lakukan ini perintah, kau sudah berjanji bukan”. Kata Birendra memaksa Aris untuk membunuh sahabatnya dengan tangannya sendiri.
“Bagaimana mungkin aku melakukannya ?”.
“Baiklah perjanjian kita batal”. Birendra berjalan mendekati Aris yang berusaha sekuat tenaga mencoba untuk berdiri melindungi Abi. Tapi Birendra hanya mengayunkan tangannya sebuah api hitam muncul dan menghantam Aris dan membuatnya menjauh dari Abi.
“Argg…”. Teriakan rasa sakit keluar dari mulut Aris yang mengahantam sebuah pohon.
“Ini akan membuatmua terlihat semakin menarik. Abi berteriaklah”. Birendra mencekik Abi sekali lagi dan mengangkatnya keatas. Seketika teriakan keras yang memekikan telinga terdengar dengan jelas saat api hitam milik Birendra membakar Abi.
“Hentikan…hentikan…”. Aris tidak dapat melakukan apapun, dia hanya bisa melihat teman satu kamarnya menjerit kesakitan tanpa bisa melakukan apapun untuk menyelamatkannya.
“Arrghhh…”. Teriakan Abi semakin keras saat api hitam yang membakarnya membesar.
“Cukup untukmu Abi, selamat tinggal”.
“Hentikaaaannnn…”. Aris berteriak memohon agar Birendra tidak membunuh Abi. Tapi Birendra tidak menghiraukan teriakan Aris. Dengan menjentikan jari ledakan besar terjadi, api yang sebelumnya membakar tubuh Aris menghilang begitu pula dengan teriakan Abi.
Melihat teman baiknya tergeletak dengan penuh luka bakar, Aris hanya bisa melihatnya. Air mata mulai keluar dari kedua matanya, perlahan cahaya dari matanya mulai memudar saat menyadari kalau Abi telah mati setelah terkena ledakan dari Birendra.
Tiba-tiba Aris berada disebuah ruangan gelap tanpa setitikpun cahaya. Dengan menggunakan kedua kakinya Aris hanya berdiam diri ditengah kegelapan yang mengelilingnya. Dia benar-benar terpukul setelah melihat sahabatnya menderita dan mati dengan mengenaskan didepan matanya.
“Kenapa ini terjadi lagi padaku ?”. Gumam Aris.
“Karena kau tidak menginginkan kebebasan”. Tiba-tiba sebuah suara terdengar. Aris tidak merespon dan hanya menunjukan tatapan keputusasaan yang ada diwajahnya.
“Kebebasan”.
“Ya kau sudah tidak menginginkan kebebasan sehingga hal ini terulang lagi”. Aris mulai merespon dan melihat kearah depan. Aris melihat sesosok makhluk bertubuh manusia namun dia memiliki sayap serta berkepala Elang. Bulu berwarna coklatnya terlihat sangat jelas meski ditengah kegelapan seolah memancarkan cahaya.
“Mungkin kau lupa siapa aku, jadi biarkan aku memperkenalkan diri sekali lagi”. Aris hanya melihatnya dengan tatapan kosong.
“Aku adalah Garuda. Disini, didalam hatimu, saat ini hanya ada kehampaan karena penderitaan.”. Kata Garuda sambil merentangkan kedua tangannya kesamping. Yang menunjukan hati Aris yang hanya ada kehampaan.
“Dulu kau adalah anak yang sangat ingin mendambakan kebebasan, untuk itulah aku mempercayakan kekuatanku kepadamu dan aku juga ingin melihatmu menggapai tujuanmu selama ini”.
Setelah mendengar perkataan Garuda, Aris teringat alasan dia bertahan setelah mendapat penyiksaan di rumah Mahawira, alasannya menggunakan Kagendra sebagai pengganti nama Keluarganya. Perasaan hangat mulai dirasakan Aris, tatapan yang sebelumnya kosong berganti dengan tatapan yang penuh keyakinan. Serta ruangan yang sebelumnya hanya ada kehampaan mulai terisi kenangan-kenagan bahagia Aris saat bersama keluarganya dan Icha sewaktu kecil.
Ditengah hutan Aris terduduk dengan kedua tangan yang menyentuh tanah untuk menahan tubuhnya agar tidak terjatuh. Sedikit demi sedikit luka yang ada ditubuh Aris mulai mengeluarkan asap dan perlahan mulai menutup. Saat seluruh luka yang dia alami menghilang Aris berdiri sambil melepas sarung tangan yang ada di tangan kanannya.
“Garuda pinjamkan kekuatanmu”.
Sebuah tulisan aksara ‘garuda’ dipunggung tangan Aris memancarkan cahaya putih saat dia letakan didadanya. Saat yang bersamaan mata Aris berubah menjadi kuning dan tangan kanannya mengeluarkan sebuah bulu halus berwarna coklat. Tidak hanya itu sebuah sayap tumbuh dipunggung Aris meski hanya ada satu sisi yaitu sisi kanan.
Birendra melihat kejadian itu tidak menunjukan rasa takut, dia malah bahagia setelah melihat perubahan wujud Aris yang sebelumnya belum pernah terjadi.
“Jadi inikah wujud Demi-Logi dari persapa Garuda”. Kata Birendra yang mengatakannya dengan penuh kekaguman.
“Birendra mulai hari ini kebebasan jiwamu akan menghilang”. Kata Arisdengan menatap tajam kearah Birendra.
judulnya cantik
Comment on chapter Episode 1 - Bertemu