Sebuah ruangan gelap gulita tanpa ada sedikitpun cahaya, Aris melihat dengan samar-samar diantara kegelapan, terdapat dua anak kecil yang berlari beriringan sambil bergandengan tangan. Aris terkejut karena kedua anak itu adalah Icha dan dia sendiri.
Mereka berdua tersenyum dan tertawa dengan lepas seolah tanpa ada batas atau beban. Kebahagian mereka sampai memancarkan aura kebahagiaan dan membuat ruangan yang gelap berubah menjadi ruangan yang penuh dengan warna.
Terlihat Aris kecil berdiri sambil memegang sebuah rangkaian bunga, sedangkan Icha duduk didepannya. Aris tersenyum bahagia melihat hal itu, dia perlahan mendekati bayangan masa kecilnya saat bermain bersama dengan Icha untuk yang terakhir kalinya.
Tapi saat ia mendekat tiba-tiba bayangan masa kecilnya dan Icha menghilang dan semua kembali menjadi gelap gulita. Aris merasa kebingungan dengan apa yang terjadi. Dia menoleh kekanan dan kekiri tapi tidak menemukan apapun, yang ada hanya kegelapan.
Aris memutuskan untuk melangkahkan kakinya berharap menemukan sesuatu diantara kegelapan. Benar saja saat dia baru melangkahkan kakinya, Aris melihat setitik cahaya. Aris hanya diam menatap cahaya itu yang semakin membesar dan ruangan gelap tersebut kembali menghilang dan berganti disebuah pemandangan yang mengerikan.
Teriakan, tangisan dan rasa sakit yang dilihat oleh Aris. Sebuah kejadian yang selalu menjadi mimpi buruk Aris, kejadian dimana seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga mahawira. Api yang membakar rumah sampai habis tanpa menyisakan apapun, pembunuhan serta penyiksaan yang sangat brutal membuat tubuh berharap Aris tidak dapat berhenti bergetar.
“Hentikan…”. Aris menutup mata dan telinga berharap agar dia tidak melihat ibunya disiksa dengan kejam, teman masa kecilnya yang dibunuh dengan sangat sadis, suara teriakan minta tolong.
“Hentikan....hentikan…kumohon”.
“Aris”.
Mata Aris melebar saat mendengar dipanggil oleh suara yang tidak asing baginya. Dengan membuka telinga yang dia tutupi dengan kedua tangannya, Aris menolah kearah suara yang memanggilnya berasal. Aris sangat terkejut ternyata yang telah memanggilnya adalah ibunya.
“Ibu…”.
“Aris tolong ibu”.
Tubuh Aris bergetar melihat Ibunya yang penuh dengan luka sayatan senjata tajam, darah segar terus keluar dari luka sayatan yang Ibunya terima. Aris perlahan mendekati Ibunya, tapi saat berjalan Aris melihat seorang pria dengan membawa sebuah tombak ditangan kanannya dan bersiap akan menusuk punggung ibunya dengan tombak tersebut.
“Ibu…”.
Aris berteriak sambil berlari kearah ibunya tapi Aris terlambat. Saat tombak yang pria itu bawa menusuk punggung ibunya, penglihatan Aris kembali gelap dan tak melihat apapun kecuali kegelapan.
“Ibu…”. Nafas yang terengah-engah, keringat yang keluar dengan derasnya menetes di selimut putih yang menutupi kakinya.
“Hanya mimpi ya”. Aris membasuh keringat yang keluar dari wajahnya dengan selimut putih.
“Dimana ini ? Dimana Icha dan Birendra ?”. Aris masih belum memahami apa yang terjadi. Saat Aris diam sejenak dia baru sadar apa yang terjadi semalam. “Benar juga setelah aku terkena serangan Birendra, aku…”.
“Kau kehilangan kesadaran, tim penyelamat menemukamu tak sadarkan diri dan membawamu kemari”. Aris menoleh kearah pintu dimana suara itu berasal. Dipintu berdiri kepala akademi sambil menyandarkan diri di dinding ruangan.
“Dimana ini ?”. Aris memegang perutnya yang merasakan sakit yang luar biasa.
“Kita berada di ruang kesehatan akademi”.
“Dimana Icha sekarang ?”. Aris mulai panik.
“Mungkin saat ini dia sudah berada diwilayah Kerajaan Lamong”.
“Tidak mungkin. aku harus segara pergi”. Aris bangkit dari tempat tidurnya dan berlari keluar ruangan.
“Kau mau pergi kemana ?”. Langkah Aris terhenti saat kepala akademi bertanya kepadanya.
“Sudah jelas, aku harus segera pergi ketempat Icha berada”.
“Tidak akanku izinkan, jika kau pergi kesana maka akan terjadi peperangan dua kerajaan besar”. Kepala akademi terlihat sangat serius mengenai hal itu.
“Aku tidak perduli lagi akan kerajaan ini, menurutku keselamatan Icha lebih penting daripada kerajaan busuk ini”.
“Aku mengerti perasaanmu, untuk…”.
“Jika kau mengerti kenapa kau tidak memberitahuku kalau Mahawira Icha sebenarnya adalah Gentala Icha, orang yang selama ini aku cari”. Mata Aris berkaca-kaca seakan-akan ingin meneteskan air mata. “Apa yang kau rasakan saat orang yang kau kira tidak akan bisa bertemu dengannya lagi muncul didepanmu tapi hanya sesaat dan tak lama dia pergi meninggalkanmu lagi”. Aris tak lagi kuasa membendung rasa sedih hingga meneteskan air mata.
Kepala akademi tak dapat mengatakan sepatah katapun, dia hanya menatap Aris tajam. Kepala akademi merasa bersalah karena telah menutupi kebenaran kalau Mahawira Icha sebenarnya adalah Gentala Icha yang telah di cuci otaknya dengan ilmu sihir kuno.
“Baiklah terserah dirimu mau melakukan apa, aku akan berpura-pura tidak tahu apa-apa”. Kepala akademi berjalan meninggalkan Aris yang berdiri mematung dilorong ruang kesehatan dan pergi menuju ruangan kepala akademi.
Sebuah ruangan cukup luas yang terkena sinar matahari pada siang itu, terasa cukup tegang. Kepala akademi yang baru saja melepas kepergian muridnya sekaligus anak angkatnya, Kagendra Aris. Sekarang dihujani oleh pertanyaan yang dilontarkan oleh Diraya Chitra dan membuat kepala akademi berfikir keras untuk menjawabnya.
“Kepala akademi tolong jawab dengan jujur siapa Aris sebenarnya dan siapa Gentala Icha ?”. Chitra yang merupakan wali kelas Aris memaksa kepala akademi untuk berkata jujur karena dia merasa jawaban yang kepala akademi berikan sebelumnya bukanlah kebenaran.
“Meski aku memberitahumu apakah kau akan percaya begitu saja tanpa bukti ?”. kepala akademi kembali bertanya kepada Chitra.
“Setelah melihatmu melepas kepergian Aris menuju kerajaan Lamong tanpa ada rasa khawatir yang seharusnya seorang ibu tunjukan. Dan karena kepercayaanmu terhadap kemampuan Aris itulah yang membuatku percaya siapa Aris sebenarnya ?”
“Baiklah, sebelum itu berjanjilah untuk tidak memberitahu siapapun tentang ini”. Chitra menganggukan kepalanya menyetujui persyaratan dari kepala akademi. Mendengar hal itu kepala akademi menutup rapat pintu ruangan dan menutupi jendela dengan kain hitam agar tidak ada orang yang mengetahui pembicaraan mereka.
“Pertama kita mulai dengan latar belakang keluarga Aris. Apa kau tahu keluarga Ajie ?”. kepala akademi bertanya kepada Chitra.
“Iya aku tahu. keluarga yang memiliki kemampuan yang luar biasa hebat dan satu-satuya keluarga kelas bawah yang mampu menyaingi kemampuan keluarga bangsawan hingga dianggap keluarga bangsawan, tapi saat turunnya undang-undang baru tentang hak bangsawan mereka dianggap pemberontak dan diasingkan dari kerajaan sebagai hukuman. beberapa tahun yang lalu seluruh keluarga Ajie mati karena keracunan gas berbahaya. Tapi, Apa hubungan Aris dengan keluarga Ajie ?”. Chitra nampak kebingungan.
“Nama Aris yang sebenarnya adalah Ajie Aristyo, tapi karena suatu alasan dia melepas nama keluarganya dan menggantinya dengan nama Kagendra”. Chitra tidak percaya ternyata Aris berasal dari keluarga Ajie.
“Kenapa Aris melepas nama keluarganya ? Bukannya lebih baik menggunakan nama keluarganya agar kerajaan mengetahui ada satu orang selamat dari keluarga Ajie”.
“Dengar setahun sebelum keluarga Ajie musnah, Aris dibawa oleh keluarga Mahawira dengan harapan mampu membawa keluarga Mahawira menjadi keluarga Bangsawan terkuat di kerajaan Wengker. Tapi, Aris yang melihat kekejaman keluarga Mahawira, berlatih tanpa ada semangat ataupun niatan untuk membawa keluarga Mahawira menjadi keluarga terkuat. Selama satu tahun meski dengan latihan yang ketat kemampuan Aris tidak berkembang dan karena itulah keluarga Mahawira menggunakan cara terakhir”.
“Cara terakhir ?”.
“Cara terakhir itu adalah dengan melakukan penyiksaan”. Mata Chitra melebar saat mendengar kata penyiksaan. “Setelah satu tahun tidak ada perkembangan, keluarga Mahawira menyiksa Aris secara fisik maupun mental dengan terus menerus tanpa henti, setiap hari Aris selalu mendapat siksaan lalu pada malam hari dia akan disembuhkan dengan sihir kuno dan menghilangkan bekas luka serta rasa sakit yang dia rasakan”.
“I-itu terlalu kejam”.
“Aku tahu itu, tap itulah kenyataannya”
“Lalu apa alasan mereka melakukan penyiksaan ?”. Chitra tidak memahami alasan dibalik penyiksaan Aris yang dilakukan keluarga Mahawira.
“Karena mereka ingin Aris menjadi seorang persapa pemanggil garuda”.
“Bagaimana bisa ? apa hubungannya dengan penyiksaan yang mereka lakukan ?”.
“Garuda merupakan simbol dari kebebasan, karena itulah Makhluk mitologi garuda hanya dapat dipanggil oleh orang yang tidak memiliki kebebasan tetapi ingin merasakan kebebasan”.
“Jadi Mahawira melakukan penyiksaan terhadap Aris hanya untuk menimbulkan rasa ingin bebas dari Aris, begitu ?”.
“Iya kau benar. Tapi, entah apa yang dipikirkan oleh Aris. Selama berbulan-bulan mendapatkan penyiksaan yang kejam Aris masih belum memiliki tekad yang kuat untuk bebas”. Kepala Akademi menunduk lesu sembari mengingat penyiksaan Aris alami dengan kedua matanya.
“Begitu ya”. Chitra merasa tidak enak hati karena menanyakan tentang masa lalu Aris.
“Tapi, karena itulah Aris mendapat siksaan yang sangat kejam melebihi akal sehat manusia”.
“Apa maksudmu ?”.
“Setelah itu keluarga Mahawira menggunakan sihir kuno dan memperlihatkan secara langsung bagaimana keluarganya dibunuh dan dibantai secara membabi buta“. Saat mengira Aris akan dibawa kepala akademi karena gagal memanggil garuda, tapi ternyata malah sebaliknya. Aris mendapat siksaan yang lebih mengerikan.
“Ti-tidak mungkin. Bukannya keluarga Ajie mati karena terkena racun berbahaya yang muncul didaerah tempat mereka tinggal ?”.
“Tidak itu hanya alasan yang dibuat Mahawira yang diberi perintah untuk menyelidiki terbunuhnya seluruh anggota keluarga Ajie”.
“Jadi, Aris melihat seluruh keluarga yang telah membesarkannya mati dengan mengenaskan tepat didepan matanya, itu terlalu mengerikan bagi anak berusian 13 tahun”.
“Aku setuju denganmu. Tapi berkat siksaan tersebut Aris dapat memanggil garuda dan menggunakan kekuatannya untuk melarikan diri”.
“Lalu saat dia melarikan diri kamu membantunya”.
“Kau benar, dan sejak saat itu kepribadian Aris berubah menjadi sosok yang dingin”.
“Itu mungkin karena guncangan kejiwaan yang dia alami setelah melihat seluruh keluarganya dibunuh didepan matannya”. Kepala akademi mengangguk setuju dengan perkataan Chitra.
“Karena itu juga rambut hitamnya berubah menjadi putih. Aku merasa bersalah atas penyiksaan yang Aris alami karena akulah yang merekomendasikan Aris kepada keluarga Mahawira untuk diadopsinya. Sebagai permintaan maafku aku mengadopsinya dan melakukan rehabilitas agar mental serta pikirannya dapat kembali. Setelah itu dia melepas nama keluarganya karena dia akan melakukan sesuatu yang buruk, lebih buruk daripada yang telah dilakukan keluarga Mahawira dan dia tidak ingin nama keluarga Ajie tercoreng akibat perbuatannya”. Kepala akademi terlihat sangat sedih.
“Setelah itu dia menggunakan nama Kagendra sebagai nama depannya, lalu bagaimana dengan Gentala Icha ?”. Chitra mulai mengganti topik pembicaraan karena menurutnya tidak ada yang perlu dibahas lagi tentang masa lalu Aris.
“Untuk Gentala Icha aku hanya tahu kalau dia merupakan seorang anak yang di rawat oleh keluarga Ajie. Selebihnya aku tidak mengetahui siapa itu Gentala Icha. Meski aku sudah mencari tahu tentang keluarga Gentala diberbagai dokumen kerajaan aku tidak menemukan arsip yang membahas keluarga Gentala”.
“Begitu ya. Maaf kalau aku menanyakan hal yang bukan menjadi urusanku”. Chitra berbalik dan berjalan menuju pintu untuk pergi meninggalkan ruangan.
“Tunggu kau tidak perlu seperti itu. Lagipula Aris bukan lagi anak angkatku”. Chitra menghentikan langkahnya dan kembali menatap kepala akademi yang seperti sudah membaca pikirannya.
“Sebentar lagi akan terjadi sesuatu yang besar yang menjadi pertanda perubahan di kerajaan wengker sekaligus menjadi pertanda Aris tidak lagi menjadi anak angkatku”. Chitra hanya melihat kepala adademi yang tersenyum puas sembari berdiri dan membuka jendela yang tertukup kain.
Bulan bersinar dengan terang, bintang-bintang terlihat sangat jelas tanpa ada awan hitam yang menutupi. Ditengah hutan yang lebat Aris berlari, menurut informasi yang dia dapatkan dari kepala akademi saat ini Icha berada di hutan wilayah kerajaan lamong, tapi kemungkinan mereka masih dekat dengan perbatasan.
“Itu dia tempatnya”. Aris berhenti dan melihat sebuah bangunan berlantai 2 yang diduga tempat Icha berada. Tidak seperti yang Aris bayangkan, di bangunan itu tidak terlalu banyak penjaga tapi karena itulah keraguan dari Aris muncul.
“Apa benar ini tempatnya ? dilihat dari jumlah penjaganya tidak mungkin jika itu adalah tempat dimana alasan dua kerajaan besar akan berperang”. Meski begitu Aris perlahan mendekat kebangunan itu sambil mengawasi sekitar.
Aris berhenti dibalik sebuah kotak yang terbuat dari kayu, dan disisi lain terdapat 2 penjaga yang sedang berbincang. Dengan cepat Aris berlari dan menusuk salah satu penjaga sehingga membuatnya mati seketika. Satu penjaga lainnya saat ingin membunyikan alarm penyusup Aris membunuhnya dengan dengan kekuatan apinya.
Aris mencoba mengawasi sekitar mencari penjaga lain yang kemungkinan masih ada beberapa. Tapi setelah cukup lama Aris mencari dia tidak menemukan penjaga lainnya.
“Ini cukup mengkhawatirkan, tempat ini hanya terdapat 2 penjaga diluar. Seharusnya mereka memperketat penjagaan karena kasus ini telah menyangkut 2 kerajaan”. Aris berfikir keras tentang kemungkinan yang terjadi jika tempat ini hanya memiliki 2 penjaga. Meski begitu Aris tidak memiliki pentunjuk lain tentang tempat Icha berada, selain disini.
“Baiklah aku akan coba cek didalam bangunan itu”. Dengan berjalan dengan sangat hati-hati, agar keberadaannya tidak diketahui.
Perlahan Aris mendekati salah satu jendela yang terbuka, dia melihat kedalam bangunan itu lewat jendela yang terbuka tapi ruangan tempat jendela itu terbuka tidak memiliki cahaya apapun.
“Bagus ruangan gelap mereka tidak akan melihatku diruangan yang gelap seperti ini”. Aris melompat masuk kedalam jendela dan memasuki bangunan dua lantai itu. Sesaat setelah Aris masuk ruangan Aris memejamkan matanya, tak lama setelahnya Aris membuka matanya dan matanya berubah warna menjadi kuning.
“Dengan ini aku dapat melihat diruang yang gelap, meski ini kekuatan yang tidak aku inginkan”. Kata Aris sambil melihat punggung tangan kanannya yang terbalut sarung tangan berwarna putih.
“Baiklah, Icha bertahanlah sebentar lagi aku akan menyelamatkanmu”.
Aris melangkahkan kakinya perlahan didalam bangunan gelap. Ruangan demi ruangan Aris menyusuri untuk mencari keberadaan Icha. Tapi tidak seperti yang Aris bayangkan tempat ini begitu sepi bahkan tidak ada penjaga didalam bangunan ini.
Aris berfikir Icha tidak ada di tempat ini, bagaimana tidak ? dia sudah memeriksa hampir semua ruangan di bangunan ini tapi hasilnya nihil, dia tidak menemukan Icha bahkan tidak menemukan petunjuk tentang penculik Icha. Dan tinggal satu ruangan yang belum Aris masuki, ruangan terakhir yang berada dilantai 2.
“Sial ini ruangan terakhir, aku harap aku dapat menemukan Icha jika tidak setidaknya aku tahu siapa dibalik penculikan Icha”.
Deritan pintu terdengar saat Aris membuka pintu di ruangan terakhir. Didalamnya seperti dengan ruangan sebelumnya, ruangan yang gelap dan hanya disinari oleh sinar bulan yang melewati jendela dan didepan jendela itu terdapat satu dan satu meja.
Aris berjalan menuju meja tersebut dan melihat beberapa kertas yang sepertinya baru saja dibaca oleh pemilik bangunan. Aris mengambil salah satu kertas tersebut dan membacanya.
“Sebuah surat ya”. Saat Aris membaca surat itu dia terkejut dengan apa yang dia baca.
“I…ini, ini surat perintah untuk menculik Icha. Jadi informasi yang aku dapat memang benar ini adalah tempat persembunyian Birendra. Tapi dimana Icha ? aku sudah memasuki setiap ruangan di bangunan ini tapi tidak ada Icha dimanapun”.
Cahaya matahari yang dipantulkan oleh bulan menerangi Aris yang berdiri mematung melihat surat perintah yang di abaca, sebuah tulisan yang tidak pernah terfikirkan oleh Aris terpampang di bagian kiri bawah surat perintah tersebut.
“Apa maksudnya ini ?. Untuk apa keluarga Mahawira menculik anggota keluarganya sendiri ?”. Surat yang Aris baca adalah surat perintah dari Mahawira Ararya, yang merupakan kepala keluarga Mahawira. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah orang yang mendapat perintah tersebut adalah Birendra, seorang persapa yang dibuang oleh Ararya sendiri.
Ditengah kebingungannya, suara langkah kaki mendekat terdengar. Dengan cepat Aris memasukan surat perintah itu dalam saku celananya dan mencari tempat bersembunyi diruangan itu, karena tidak ada tempat untuk sembunyi Aris Akhirnya melompat keluar jendela.
Tepat setelah dia mendarat direrumputan yang ada di sekliling bangunan. Bangunan 2 lantai yang merupakan tempat banyak bukti tentang penculikan Icha meledak dengan dahsyat. Sampai hembusan angin yang tercipta akibat ledakan itu mendorong Aris sampai membentur pohon.
“Beruntung aku melompat keluar jika tidak…”. Aris sedikit lega dapat selamat dari ledakan itu, tapi meski begitu dia sepertinya akan bertarung melawan orang yang membuat ledakan hebat, pikir Aris.
Bangunan yang tadinya berdiri kokoh dua lantai kini hancur dan menyisakan puing-puing yang masih terbakar oleh api. Ditengah kobaran api tersebut, Aris melihat bayangan seseorang yang berjalan ke arahnya.
“Kau Birendraaaa…”. Kata Aris sambil berteriak saat melihat Birendra yang keluar dari kobaran api.
“Aku tidak mengira kau akan mengejarku sampai kesini”.
Malam itu Aris merasakan perasaan yang sama saat bertarung dengannya sehari sebelumnya. Dibawah sinar bulan dan bertarung diantara lebatnya pohon dihutan. Hanya saja saat ini Aris tidak memikirkan apapun selain Icha.
“Dimana Icha berada ?”.
“Kau ini bodoh ya ?. mana mungkin seorang penculik memberitahu tempat orang yang telah dia culik”.
“Kalau begitu Aku akan membunuhmu”.
Tiba-tiba saja kobaran api yang membakar sisa bangunan yang hancur membesar, Aris tidak menyadari kalau itu ulah Birendra. Dengan berteriak Aris berlari kearah Birendra dengan kedua tangan yang terbakar api biru.
“Datanglah kemari”. Senyuman tipis terlihat diwajah Birendra.
Benar saja api yang membakar bangunan tadi membumbung tinggi dan bergerak kearah Aris, saat itu pikiran Aris yang tidak dapat berfikir jernih tidak menyadari hal itu.
“Selamat tinggal”. Api yang begitu besar menyambar tubuh Aris yang sedang berlari, kobaran api yang sebelumnya membakar bangunan sekarang berganti membakar Aris dengan hebatnya.
“Inilah akhir sepenuhnya dari keluarga Ajie”. Rasa puas, rasa bahagia terlihat dengan jelas diwajah Birendra. Setelah bertahun-tahun tujuannya untuk menghabisi keluarga Ajie akhirnya terpenuhi.
Akan tetapi ditengah api yang membakar Aris muncul sebuah tombak yang terbuat dari tanah dan langsung mengarah ke Birendra yang melepas kewaspadaannya.
“Sial…”.
Untung bagi Birendra, sesaat sebelum tombak itu melubangi perutnya dia dapat menghindari serangan tersebut meski menggores perutnya sehingga memberikan luka yang cukup dalam.
“Apa itu tadi ?”.
Birendra memegangi perutnya yang terus mengeluarkan cairan merah hangat. Perlahan api yang membakar Aris perlahan mengecil dan akhirnya menghilang, Birendra tersenyum saat melihat yang dia bakar bukan Aris melainkan Tanah yang berbentuk setengah bola.
Ditengah kegelapan hutan Birendra merasakan hawa kehadiran lain, dan saat ia melihat kearah hutan sesosok laki-laki yang tidak dia kenal muncul dari kegelapan hutan.
“Aris kau tidak apa-apa ?”. Katanya.
Dari dalam bola tanah muncul tangan dan tak lama tangan itu menghancurkan bola tanah itu. Sembari memegangi bahunya Aris muncul dari dalam bola tanah tersebut.
“Ya aku baik-baik saja, yang lebih penting kenapa kau kemari... Abi ?”.
Aris menyadari kehadiran Abi dan karena itulah Aris memancing Birendra untuk menyerangnya. Saat itu Abi akan melindungi Aris dengan kekuatannya, Birendra yang tidak menyadari hal itu akan melepas kewaspadaannya. Melihat itu Abi pasti menyerang Birendra dari kobaran api yang dia gunakan untuk menyerang Aris.
“Maaf saja, aku tidak bisa membiarkan teman pemalasku membahayakan diri untuk menyelamatkan wanita yang dia sukai”. Abi berjalan kearah Aris. “Lalu dia adalah penculiknya bukan ?”. Lanjut Abi.
“Seperti dugaanmu dia adalah penculiknya, tapi aku masih tidak tahu dimana Icha berada”.
“Kalau begitu kita paksa dia untuk mengatakannya”.
“Yaaa… Mari kita tunjukan kemampuan kita”.
Dengan penuh semangat Aris dan Abi bersiap-siap untuk melancarkan serangan. Abi yang baru saja mendapatkan kekuatan dari makhluk mitologi sepertinya sudah menguasai kekuatan itu seacra penuh. Dan pertarungan yang selalu Abi pikirkan akan terjadi, saat dia dan Aris bertarung bersama, kekuatan penuh dari api Banaspati dan tanah Carberus.
judulnya cantik
Comment on chapter Episode 1 - Bertemu