Matahari bersinar dengan cerahnya pagi ini, burung-burung terbang dengan bebasnya diudara suasana begitu tenang di kediaman Mahawira meski telah mengetahui kalau mereka telah kehilangan sosok penting mereka yaitu Birendra.
Dua persapa penjaga berjalan disalah satu lorong rumah megah yang dapat disamakan dengan sebuah istana. Dengan tombak ditangan kanan mereka berjalan untuk melaporkan informasi penting yang baru mereka dapatkan. Saat mereka sampai didepan sebuah pintu mereka mengetuk pintu tersebut dan tak lama pintu tersebut terbuka dengan sendirinya.
Kedua persapa penjaga tersebut masuk kedalam ruangan yang cukup luas tapi hanya terdapat satu meja dan satu kursi dan beberapa rak buku yang telah terisi penuh.
“Tuan Ararya kami mendapat pesan dari persapa pemantau kalau seseorang sedang menuju kemari dengan cepat dan dia memiliki kemungkinan akan menyerang kemari”. Kata salah satu persapa setelah memberikan hormat kepada Ararya yang duduk di kursi.
“Begitu ya. Suruh semua persapa untuk berjaga diarah orang tersebut akan datang dan baritahu mereka untuk menggunakan kekuatan penuh karena yang akan kita hadapi adalah monster”. Kata Ararya.
“Siap”. Kedua persapa tersebut memberikan hormat dan bergegas meninggalkan ruangan untuk menyiapkan semua sesuai perintah Ararya.
“Aris setelah kau berhasil membunuh Birendra tak kusangka kau akan langsung kemari untuk menjalankan janjimu. Tapi, sebelum kau berhasil menjalankan janjimu aku akan membunuhmu”. Ararya berdiri dan berjalan menuju jendela dibelakangnya sembari melihat matahari yang bersinar.
Tidak jauh dari kediaman Mahawira, Aris berlari dengan penuh kebencian kepada keluarga Mahawira yang telah menghancurkan hidup dan keluarganya. Dia semalam suntuk hanya berlari tapi dia tidak merasakan kelelahan sedikitpun karena bantuan yang telah diberikan Garuda kepadanya.
Sesampainya digerbang terdapat beberapa para persapa yang menghadang, Aris berhenti didepan gerbang.
“Siapa kau ?”. Tanya persapa penjaga.
“Aku adalah kematian untuk Mahawira”. Jawab Aris yang telah diselimuti oleh amarah.
“Takkan kami biarkan kau masuk”.
Para penjaga berlari dan menyerang Aris secara bergantian dengan tombak yang mereka bawa. Aris hanya menghindari setiap serangan yang para persapa itu lancarkan.
“Dimana Ararya berada ?”. Aris bertanya sembari menghindari serangan para persapa tapi persapa tersebut tidak menghiraukan pertanyaan Aris dan terus menyerang Aris.
“Kalau begitu”. Sekejap tubuh para persapa yang menyerang Aris tertusuk oleh tombak dan membuat terjatuh dengan darah segar yang terus keluar dari luka yang terbuka akibat tusukan tombak. “Aku tidak memiliki urusan dengan kalian”.
Aris berjalan dengan mengeluarkan tombak dan menghancurkan gerbang dengan beberapa tombak yang telah dia keluarkan. Saat Aris melewati pintu gerbang itu dia telah dikepung oleh persapa dari keluarga Mahawira.
“Dimana Ararya berada ?”. Aris berteriak dengan sangat keras.
“Kenapa kau mencari Ayahku, Aris”. Kata Kuwaka yang berada dibelakang para persapa yang mengepung Aris.
“Aku ingin membalas perbuatan yang telah dia lakukan kepadaku”. Kata Aris.
“Aku akan memberitahumu setelah kau berhasil selamat dari para persapa penjaga Mahawira”. Kuwaka melompat kebelakang menjauh dari persapa penjaga dan Aris. “Penjaga bunuh dia”.
Dengan perintah singkat dari Kuwaka para persapa menyerang Aris secara bertubi-tubi dan tidak memberika cela kepada Aris untuk membentuk tombak yang merupakan pusaka dari makhluk mitologi Garuda.
Aris hanya dapat menghindar dan menahan setiap serangan persapa penjaga yang menyerangnya, dan saat Aris melihat cela dia memberikan sebuah serangan Angin yang menghempaskan persapa penjaga kebelakang dan memberinya ruang untuk membentuk tombak.
“Berakhirlah”. Tombak yang telah Aris buat meluncur dan membunuh semua persapa penjaga Mahawira tanpa menyisakan satupun penjaga.
“Selanjutnya giliranmu”. Aris melihat kearah Kuwaka yang ketakutan setelah melihat Aris membunuh para persapa penjaga tanpa menunjukan rasa penyesalan.
“Kuwaka pergilah dia bukan tandinganmu”.
“Ayah…”.
“Akhirnya kau keluar juga, Ararya”. Ararya berjalan dengan sangat santai kearah Aris yang masih berdiri didekat pintu gerbang.
“Lama tak bertemu Aris”. Kuwaka nampak kebingungan dengan perkataan ayahnya seolah mereka sudah lama saling mengenal.
“Sebenarnya aku tidak ingin melihat wajahmu tapi aku harus kemari”.
“Kau kemari untuk menghabisi keluarga Mahawira bukan ?”. Aris hanya diam tidak menghiraukan perkataan Ararya. “Kuharap kau bisa mengalahkanku”.
Tangan Ararya terbakar hebat, Kuwaka yang berada didekatnya merasakan panas yang luar biasa sampai dia berlari menjauh karena tidak tahan dengan panas api yang ayahnya keluarkan. Aris yang melihat itu tidak tinggal diam, dengan tangan kanan yang telah dikelilingi oleh angin dan tangan kiri yang terbakar oleh Api biru Aris telah siap untuk melakukan pertarungan dengan kepala keluarga Mahawira, yaitu Ararya.
“Arrrggg…”.
Dengan sebuah teriakan Aris berlari kearah Ararya sembari melemparkan bola angina dan api secara bergantian. Ararya hanya diam melihat setiap serangan yang Aris lancarkan dan menerima semua lemparan bola api dan angin.
“Apa ?”. Langkah Aris terhenti saat melihat semua serangannya tidak berpengaruh sedikitpun kepada Ararya, dia terlihat sangat tenang dan menyingkirkan debu yang berada di pundak kanannya.
“Siaaallll”.
Aris kembali berlari, saat Ararya berada dijangkauan serangannya Aris melancarkan pukulan api kepada Ararya namun dengan mudah Ararya dapat mengelak dan memberikan serangan balasan kepada Aris. Sebuah pukulan api yang sama dengan miliki Aris dilancarkan Ararya dan mengenai perut Aris.
“Arrgg”.
Darah keluar dari mulut Aris saat dia terkena pukulan api Ararya. Tidak berhenti sampai disitu Ararya kembali melancarkan pukulan api kearah wajah Aris dan mengenainya. Tubuh Aris terpental cukup jauh hingga meruntuhkan dinding pagar rumah.
“Sial dia kuat sekali”. Kata Aris sambil membasuh darah yang ada dibawahmulutnya dengan lengan kanannya.
“Apa cuma ini kemampuanmu ? kau bilang ingin menghabisi Mahawira ?”. Ledek Ararya setelah memberikan pukulan telak kepada Aris.
Kemarahan Aris kian memuncak sampai-sampai dia mengeluarkan sebuah aura yang sangat mengerikan hingga membuat tubuh Ararya merinding karena aura tersebut. Saat Ararya merasakan aura mengerikan tiba-tiba muncul sekumpulan cahaya dan berubah menjadi tombak yang mengarah langsung ke Ararya.
“Rasakan ini…”. Sekumpulan tombak yang melayang diatasnya melesat dengan cepat membentuk sebuah jalur berwarna putih kebiru-biruan.
Ararya menajamkan pandangannya melihat puluhan tombak yang meluncur kearahnya, Ararya melompat kebelakang dan menghindari beberapa tombak. Tapi saat dia melompat ada beberapa tombak yang mengarah kepadanya disaat dia berada diudara dan saat itu dia tidak dapat menghindar.
“Sial…”.
Cairan segar berwarna merah keluar dari lengan kirinya yang tertembus tombak saat menghalau tombak tersebut menembus dadanya dan beberapa luka gores akibat terkena tombak yang lain.
“Tak kusangka dia dapat menggunakan pusaka Garuda sebaik itu, bahkan tidak menunjukan rasa lelah karena kehabisan mana. Bahkan aku sendiri hanya menggunakan satu pusakaku aku akan merasa kelelahan”. Kata Ararya sembari melepas tombak yang menancap di lengan kirinya.
“Sial aku mulai kehabisan darah, meski begitu aku terbilang beruntung karena dapat menahan tombak itu dengan tangan kiriku jika tidak tombak tersebut akan menembus jantungku”.
Darah terus saja mengalir dari luka yang diberikan oleh Aris dan membuat wajah Ararya sedikit pucat karena terlalu banyak kehabisan darah. Perasaan ragu mulai muncul pada diri Ararya saat melihat puluhan tombak kembali muncul sambil melayang dengan bebasnya diatas Aris yang setiap saat dapat menerjangnya dan membuatnya mati seketika.
“Ararya setelah apa yang kau lakukan, aku akan membuatmu menderita sampai kau memohon kepadaku untuk membunuhmu”. Aris mengangkat tangan kanannya keatas. “Menderitalah”. Aris mengarahkan tangannya ke Ararya dan puluhan tombak yang melayang diatasnya melesat menerjang Ararya dengan begitu mengerikan.
Ararya yang tidak memiliki tenaga lagi untuk menghindar tidak dapat berbuat apapun selain menerima terjangan tombak yang melaju dengan sangat cepat dan membuat debu yang sangat tebal saat tombak tersebut menyentuh tanah yang ada disekitar Ararya.
“Akhirnya aku berhasil melaksanakan janjiku”. Kebahagia Aris berada dipuncaknya saat dia berhasil melancarkan pusakanya dan berhasil mengenai Ararya. Perlahan dia mulai mendekat kearah Ararya untuk membuatnya memohon akan kematiannya. Setiap langkah pikiran Aris terisi oleh sesuatu yang gila untuk menyiksa Ararya dan setiap langkahnya senyum di wajah Aris mulai terlihat dengan jelas. Tetapi…
“Apa ini ?”. Sebuah perasaan aneh dirasakan oleh Aris, dengan cepat dia menjauh dari tempat Ararya berada. “Perasaan apa tadi ? Aura yang sangat mengerikan bahkan membuatku tidak tenang berada didekatnya”.
Aura yang dirasakan Aris membuat senyum diwajahnya menghilang dan digantikan oleh tatapan tajam dan penuh kewaspadaan. Debu yang menutupi pandangan Aris perlahan menghilang dan terlihat siluet yang membuat mata Aris melebar karena keterkejutannya.
“Apa mungkin dia…”.
Sesosok mahkluk yang bisa dibilang bukan manusia berdiri ditempat yang seharusnya Ararya berdiri disana. Tangan yang terdapat cakar yang sangat tajam, dengan sisik berwarna merah kehitam-hitaman, tanduk diatas telinganya dengan mata yang memiliki pola yang sama dengan reptil serta sayap yang tumbuh dipunggungnya yang mirip dengan kelelawar. Berdiri dengan tegak menatap Aris dengan penuh kebencian.
“Kau persapa makhluk mitologi Naga”. Senyum diwajah Aris berubah menjadi rasa takut setelah melihat wujud dari Ararya yang berubah menjadi seekor naga.
“Jangan terlalu terkejut, aku hanya menunjukan kemampuanku yang sesungguhnya. Tak kusangka kau bisa menjadi seorang persapa sehebat ini sampai memaksaku untuk memakai wujud Logi-ku”.
Wujud Logi adalah sebuah wujud dimana seorang persapa merubah wujudnya menjadi makhluk mitologi yang memiliki kontrak dengannya. Wujud Logi hanya para persapa yang memiliki kemampuan tingkat tinggi yang mampu mengendalikannya, karena pada dasarnya seorang persapa hanya diberi sedikit kemampuan dari makhluk mitologi agar persapa dapat mengendalikan kemampuan tersebut sesuai dengan batas masing-masing.
Tapi saat masuk wujud Logi seorang persapa akan diberikan seluruh kekuatan dari makhluk mitologi yang menjalin kontrak dengannya, namun sesuai dengan kelebihannya wujud logi memiliki resiko yang sangat besar yaitu kematian. Karena jika persapa tidak dapat menahan tekanan dari kekuatan makhluk mitologi tersebut, maka tubuhnya akan hancur.
Terlebih Naga adalah salah satu dari empat makhluk mitologi pataka yang memiliki kemampuan yang luar biasa besar yang berarti tekanan kekuatan dari makhluk mitologi tersebut jauh lebih kuat daripada makhluk mitologi yang lain.
“Tenang saja kau tidak perlu setakut itu aku tidak akan membuatmu memohon untuk kematianmu, tapi sebagai gantinya beri aku perlawanan yang menarik”. Mendengar itu Aris mengeryitkan dahinya.
“Aku rasa kaulah yang akan memohon untuk kematianmu, Araryaa…”.
Kembali puluhan tombak muncul diatas kepala Aris dan langsung meluncur ke Ararya. Tapi Ararya yang sekarang bukanlah seorang persapa biasa dia telah dalam wujud Logi dimana kemampuannya telah bertambah berkali lipat dari sebelumnya.
“Terlalu lambat”.
Dengan cepat Ararya dapat menangkap salah satu tombak dan menggunakan tombak tersebut untuk menangkis semua tombak yang mengarah kepadanya dengan begitu cepat sampai-sampai membuat Aris melebarkan kedua matanya melihat hal itu.
“Siaaalll…”. Aris kembali memunculkan tombak diatas kepalanya dan menyerang Ararya secara langsung.
“Membosankan”. Sekali lagi Ararya dapat menangkis setiap tombak yang mengarah kepadanya.
“Jika kau hanya memberikan perlawanan kepadaku hanya seperti ini aku akan membuatmu berfikir lebih baik mati”. Dengan tombak yang berada ditangan kanan.
“Aku akan membunuhmu, Ararya”.
“Coba saja kalau kau bisa, mengingat kau hanyalah seorang bocah yang berasal dari keluarga sampah yang dengan mudahnya di bantai”.
“Kurang ajar…”. Kemarahan Aris sudah pada puncaknya, dia sudah tidak tahan lagi mendengar keluarganya yang selalu dihina.
Kali ini Aris memunculkan tombak di tangan kanannya dan berniat menyerangnya secara langsung karena saat dia menyerang dari jarak jauh Ararya berhasil menangkisnya.
“Haaaa…”. Dengan Sebuah teriakan Aris berlari kearah Ararya yang terlihat menikmati pertarungan hidup dan mati tersebut.
Ayunan menyamping dari Aris dengan mudah ditangkis oleh Ararya menggunakan tombak yang dia dapat dan memberikan serangan balasan dengan memukulkan tombaknya keperut Aris dan mengayunkan ujung tombaknya kewajah Aris.
Beruntung bagi Aris dia berhasil menghindar jika tidak dia akan mengalami kebutaan karena ayunan tombak Ararya mengarah ke mata Aris.
“Cih jika bukan karena kekuatan matamu aku yakin kau sudah mengalami kebutaan”. Kata Ararya.
“Diam kau…”. Sekali lagi Aris mengeluarkan satu tombak dengan ini kedua tangan Aris telah memegang dua tombak.
Sesaat setelah Aris mengeluarkan tombak Ararya melompat kearah Aris dan saat diudara dia menyerang Aris dengan nafas api yang dia miliki. Sontak membuat Aris terkejut dan langsung melompat kebelakang sambil mengeluarkan tombak melayang dan menyerang menggunakan tombak tersebut.
“Lamban”. Dengan cepat Ararya menghindar dan mendekati Aris.
Waktu terasa berjalan begitu lamban bagi Aris saat Ararya menusukan tombak yang dia bawa kearah jantung Aris. Dengan reflas cepat Aris membuang tombak ditangan kirinya dan membuat ledakan dengan tangan kirinya untuk mendoro posisi tubuhnya yang tidak dapat dia rubah.
Beruntung bagi Aris tombak yang ditusukan Ararya tidak menembus jantungnya tapi menembus lengan atasnya. Melihat hal itu Ararya mendorong tombaknya sampai tubuh Aris membentur tanah dengan keras.
“Aarrrrggghhh…”. Aris berteriak sekeras-kerasnya untuk meluapkan rasa sakit dilengan atasnya meski hal itu sia-sia.
“Kau tidak seharusnya melakukan perjanjian dengan Garuda karena kau tidak pantas untuk itu”. Sesaat setelah itu Ararya tersenyum dan mengayunkan tombak yang masih menancap dilengan atas Aris kedepan dan membuat lengan atas Aris terputus.
“Aaaahhh…”. Aris berteriak kesakitan dengan memegang lengannya yang terputus.
“Beruntung yang kau hadapi saat ini adalah aku. Karena aku orang yang masih memiliki kemanusiaan yang tidak tega melihat seorang menderita lebih dari ini, jadi aku akan langsung membunuhmu. Jika yang kau lawan saat ini adalah Birendra mungkin kau lengan kanan atau kakimu akan dipotong lagi”.
Ararya mengangkat kakinya dan berjalan kearah Aris yang masih berteriak kesakitan dan meletakan ujung tombaknya diatas jantung Aris.
“Dengan ini penderitaanmu akan berakhir, aku akan membuatmu berkumpul lagi dengan keluargamu. Sampai jumpa”.
Teriakan rasa sakit Aris tak lagi terdengar saat tombak yang Ararya bawa menusuk jantung Aris membuat mata Aris terbuka lebar dan tak memancarkan cahaya sedikitpun.
Perlahan Aris merasakan dingin dikakinya yang mulai merambat keatas, begitupula dengan penglihatan Aris yang mulai tak bisa melihat dengan jelas. Hingga sampai rasa dingin yang berawal dari kaki kini terasa dileher dan saat itu pula Aris tak dapat melihat apapun kecuali kegelapan.
judulnya cantik
Comment on chapter Episode 1 - Bertemu