Keesokan harinya, semua berjalan seperti biasa. Ayah sudah bisa bekerja lagi. Kesehatannya sudah sangat baik. Aku akhirnya bisa menjemput Sia lagi setelah lebih dari seminggu ia harus pulang sendiri naik angkutan umum.
Tidak seperti biasanya, hari ini hujan turun. Aku memutuskan menunggu di lorong sekolahnya sambil membawa payung. Lima belas menit menunggu, Sia keluar dari kelasnya. Tersenyum lebar melihatku yang telah menunggunya. Aku memang tidak memberitahunya jika akan menjemput hari ini.
" Dari tadi?" Sia bertanya, wajahnya cerah.
Aku menggeleng, " Baru lima belas menit, langsung ke mobil ?" Ajakku.
Sia mengangguk. Aku segera membuka payung saat kami berada di teras sekolah. Sia memegang lenganku, berjalan bersisian.
" Resh, makan dulu ya? Kamu udah makan?" Sia menghentikan langkah, bertanya.
" Belum, tadi sengaja nggak makan."
" Aku juga, makan di deket sini aja. Jalan kaki biar cepet." Sia menatap sekitar mencari tempat untuk kami makan. Ia kembali mendongak, " Di depan sana ada restoran, mau?" Ucap Sia menawarkan.
Aku mengangguk, " Jalan kaki?" Tanyaku.
" Iya, biar nggak repot. "
Setelah berjalan selama lima menit, aku dan Sia sampai di restoran yang Sia maksud. Kami memilih tempat di ujung.
Aku mengecek ponsel, ada pesan dari ibu. Ia memintaku untuk membeli beberapa bahan dapur. Kemudian ada satu lagi pesan dari pelatih. Aku membukanya, ia mengirimkan jadwal seleksi pelatihan dan daftar nama yang mengikutinya. Namaku ada di dalam daftar. Ia kembali mengirimi pesan,
" Nama di daftar itu bisa berubah sewaktu -waktu. Saya masih memberikan kesempatan jika ingin mengundurkan diri."
Aku membaca kembali jadwalnya, seleksi pertama akan dilakukan dua minggu lagi. Dan penentuannya baru tiga bulan lagi. Aku mengalihkan pandangan kepada Sia, Ia sedang menatap hujan sambil sesekali tersenyum tipis. Bagaimana jika aku mengatakannya sekarang. Apakah senyum itu akan tetap ada.
Lamunanku terhenti saat pelayan datang mengantar pesanan. Aku dan Sia mengucapkan terima kasih lalu mulai makan.
" Kenapa cuma makan steak? Emang kenyang?" Sia berkomentar, di sela suapannya.
" Aku takutnya ibu udah masak di rumah, nggak tega kalau harus nolak masakan ibu. " Aku memotong steak, lantas memasukkannya ke dalam mulut.
Sia mengangguk - angguk, kembali menyantap makanannya. Setelah itu hanya hening, hingga makanan kami habis. Hujan juga sudah mulai berhenti.
" Kita langsung pulang? Hujannya juga udah berhenti."
" Mau nemenin aku? Ibu minta di beliin bahan dapur tadi."
" Mau. Ayo sekarang, berangkat." Sia buru - buru berdiri. Menarik tanganku.
Kami sampai di pusat perbelanjaan lima belas menit kemudian. Kami segera menuju ke tempat bahan makanan. Karena aku tidak terlalu tahu tentang bumbu - bumbu dapur, aku membiarkan Sia yang memilih. Aku hanya berjalan mengikuti sambil mendorong troli.
" Banyak banget belinya Ya'?" Tanyaku karena troli sekarang sudah terisi separuh.
" Biar bisa milih, nanti kalau ada yang nggak dibutuhin ibumu bisa aku bawa pulang buat masak di rumah. Bahan di rumah juga mau habis. Nggak papa kan? Nanti aku ganti uangnya." Jelasnya.
" Nggak usah, biar aku yang bayar nanti. Nggak usah diganti."
Sia balas mengangguk. " Udah semua, kamu perlu apa lagi?"
Aku menggeleng, " Udah cukup, ke kasir aja langsung."
Setelah membayar, aku dan Sia mampir sebentar di salah satu kedai es krim. Aku membawa dua gelas es krim ke meja kami.
" Tempatnya sepi, mungkin. Karena habis hujan ya?"
Aku menelusuri sekitar, memang sepi. " Cuma kita yang makan es krim habis hujan."
Sia mengangguk, terus menyendok es krim miliknya. Rencana pelatihan itu kembali melintas di pikiranku. Setiap kali bersama dengan Sia, pikiran tentang rencana pelatihan itu terus muncul.
" Kamu mau ngomong apa?" Ucapan Sia membuatku spontan menoleh. " Aku tahu dari kemaren kamu pengen ngomong sesuatu. Aku tunggu, tapi kamu nggak bilang - bilang. Sekarang aku udah nggak sabar, kamu mau ngomong apa?"
Aku sekarang sepenuhnya terdiam. Sikapku yang sering melamun saat bersamanya pasti membuatnya bingung.
" Resh?"
Aku kembali tersadar. Menatap wajah Sia yang serius. " Aku ada rencana buat pergi Ya'."