Keesokan harinya, hingga seminggu kemudian, aku tetap belum mengambil keputusan. Kondisi ayah sudah membaik seminggu ini. Untuk sementara aku yang menggantikannya mengurus pembukaan cabang baru restoran milik ayah.
Seminggu ini, aku juga tidak pernah bertemu dengan Sia. Hari - hariku disibukkan dengan latihan dan mengurus restoran. Aku bahkan tidak sempat meluangkan waktu untuk menjemput Sia di sekolah. Sepi sekali tanpa celotehan Sia seminggu terakhir. Kami hanya bisa berkomunikasi lewat telepon.
Aku mencari nomornya, tiba - tiba saja merasa bosan. Ia menerimanya saat nada sambung ketiga.
" Halo?" ia menyapa lebih dulu.
" Hai Ya'. " Aku membalas.
" Kenapa Resh? Kangen ?" Sia tertawa.
Aku mengangguk, " Iya. Kenapa nggak pernah mampir Ya'? Ibu juga pengen ketemu kamu."
" Aku juga sibuk, banyak tugas. Harus ngurus Arham juga. Eh, dia dari kemaren nagih gambarnya. Kamu mending nggak usah janji dulu kalau belum pasti bisa nepati. Gini kan aku yang repot. Bingung mau jawab apa. Kalau aku bilang kamu sibuk, Arham mana mau nerima alasan kayak gitu. " Sia bicara panjang lebar.
Aku tersenyum, celotehan itu selalu membuat suasana hatiku membaik.
" Resh? Kamu dengerin aku nggak sih?" Sia kembali mengomel.
" Iya, denger. Bilang ke Arham nanti aku kesana bawa gambarnya."
" Bener ya? Awas kalau bohong. Habis ini aku bilang ke Arham. " Ucap Sia ketus.
Setelah itu hening. Aku tidak memiliki topik untuk dibicarakan. Sia juga diam.
" Ayahmu udah sehat? " Sia bertanya setelahnya.
" Sudah, ayah istirahat total seminggu ini."
" Titip salam buat ayahmu, maaf aku belum bisa jenguk sampai sekarang." Kata Sia lirih.
Aku mengangguk, " Iya salam juga buat-"
" Nggak usah, nanti kamu nggak jadi kesini." Sia menyela cepat.
Aku tertawa, " Udah dulu ya, dah."
Aku memutuskan sambungan. Tersenyum.
* * *
Setelah berpamitan dengan ibu. Aku bergegas pergi menuju toko buku, untuk membelikan Arham buku. Sebelum berangkat, aku menelpon salah satu teman, hendak izin tidak latihan hari ini.
" Nanti aku sampaikan ke pelatih, kamu memang butuh libur. Kenapa nggak ambil cuti aja?"
Aku menggeleng. Tidak perlu. Aku hanya ingin libur hari ini. Setelah memilih - milih, aku memutuskan untuk membeli dua buku. Setelah membayar. Aku bergegas pergi ke rumah Sia.