Libur akhir semester ini. Nathan akan melakukan petualangan bersama ke tiga sahabatnya. Dia merencanakan untuk pergi ke sebuah pulau terpencil di Pulau Kalimantan. Awalnya Rafael tidak setuju karena dia punya rencana untuk pergi mendaki gunung Rinjani. Akhirnya, mereka melakukan voting.
Mereka akhirnya, memilih ke Gunung Rinjani. Meskipun sebenarnya Nathan menyetujui setengah hati. Mereka memilih untuk mendaki Gunung Rinjani dikarenakan untuk menguji persahabatan diantara mereka. Karena alam akan mengetahui kebaikan, keegoisan dan nilai persahabatan.
Mereka melakukan prepare beberapa perlengkapan untuk ke Gunung Rinjani. Dia akan segera berangkat minggu depan. Mereka harus melakukan tes kesehatan karena tidak ingin drop selama seminggu mendaki ke Gunung Rinjani.
Mereka selalu berempat. Mereka bak aktor korea dalam Film Boy Before Flower. Ke empat cowok populer seantero kampus. Mereka dijuluki ke empat elang pemangsa cinta gadis. Terutama Nathan yang mampu melelehkan hati setiap gadis yang ada di dekatnya. Terutama Almira seorang gadis yang super model dan dia begitu menjadi gadis idaman tiap pria di kampus.
Nathan berjalan dan Almira pura-pura terjatuh di hadapannya. Namun, memang Nathan pria yang baiknya keterlaluan dan selalu memperlakukan kebaikan untuk semua orang. Berbeda dengan Almira yang salah sangka dengan perlakuan Nathan yang baiknya keterlaluan. Itulah yang membuat para gadis jatuh hati kepadanya.
Nathan memang tidak pernah terpikirkan untuk jatuh cinta. Dan, dia tidak memikirkan untuk memiliki kekasih. Dia hanya ingin memfokuskan diri untuk pendidikannya dan cita-citanya. Ya, maklum Nathan itu adalah anak laki-laki satu-satunya dari ketiga bersaudara. Dia adalah harapan keluarga. Dan, kata orang zaman dahulu lelaki satu-satunya adalah ujung tombak penerus keluarga. Karena seorang perempuan itu pasti akan mengikuti jejak suaminya dan tidak bisa selamanya bersama keluarga.
***&&&***
Senja mulai terlihat. Mereka berempat akan memulai perjalanannya menuju ke Gunung Rinjani dengan travel yang telah ia pesan beberapa hari yang lalu. Dan, mereka tidak sabar untuk segera menikmati perjalanan menuju Gunung Rinjani.
Sepanjang perjalanan Rafael terus bersenandung lagu-lagu karya almarhum Crishye. Suara Rafael membuat para penumpang lain terutama ibu-ibu, nenek-nenek dan aki-aki bikin meleleh. Sedangkan Rahman tetap saja berdzikir di tengah perjalanan. Mulutnya terus bertasbih karena kekuatan doa yang mampu menyelamatkan malah petaka.
Vanno berusaha untuk menyembuhkan hatinya yang terluka beberapa hari lalu. Dia berusaha untuk tersenyum dalam kepalsuan. Dan, menelan rasa patah hati.
Nathan, tiba-tiba bernyanyi. Dan, membuat penumpang itu pada ngomel. Nathan tidak menghiraukan omelan dan gerutuan penumpang atas suarannya yang bikin gendang telinga mau pecah.
“Mas, tolong ya diam. Saya jadi pusing nich nyetirnya.” Protes sopir travel tersebut.
Nathan pun terdiam dalam muka manyunnya. Tapi, suara Nathan lebih baik tidak terdengar daripada bikin penumpang mendadak stress berkepanjangan. Ya, suara Nathan memang begitu nyempring seperti kaleng rombeng.
***&&&***
Sehari kemudian mereka berempat telah sampai di Pulau Lombok. Nathan merasakan aroma pantai yang dia rindukan. Deburan ombak yang menghantam sebuah karang. Dia berhenti dulu untuk singgah di Pemukiman warga.
“Arrgh……” Vanno melepaskan semua beban yang telah menempel di hati dan pikirannya.
“Ini sungguh indah, subhanallah”
Rahman menatap indahnya ombak yang menari. Senja yang begitu bersinar. Pasir putih yang membentang di tepi pantai.
“Di mana di titik ini kita akan membuktikan persahabatan kita sesungguhnya. Kita semua dahulu memang saling mengasingkan, tapi kini kita selalu bersama.”
Rafael menatap ketiga temannya yang sedang menikmati pantai. Mereka begitu asyik dalam alunan senandung lagu yang diciptakan ombak. Suara kicauan burung menambah alunan melodi.
***&&&***
Di Pos pertama area pendaki menuju ke Gunung Rinjani. Mereka bertiga memulai persiapan doa di pimpin oleh Rahman. Mereka berdoa agar bisa sampai tujuan di Puncak Gunung Rinjani dengan target 10 hari penuh.
Rahman, Vanno dan Nathan baru pertama kali melakukan pendakian gunung. Beda ceritanya dengan Rafael sejak SMU, dia sudah pernah mendaki beberapa gunung bersama – sama teman se-Genk nya waktu SMU.
“Bip-Bip-Bip” Teriak mereka berempat sebelum melangkahkan kakinya memulai perjalanan.
***&&&***
Di tengah perjalanan, mereka tersesat dikarenakan Rafael memilih jalan yang tidak biasanya. Nathan kesal dengan sikap sahabatnya itu. Bahkan, sepanjang perjalanan Nathan terus mengomel.
Vanno dikala itu hanya bisa pasrah. Sedangkan Rahman hanya bisa terdiam mematung. Rahman memikirkan bagaimana caranya agar bisa keluar dari tempat itu.
Nathan dan Rafael saling berselisih. Vanno mencoba menenangkan hati keduanya. Dia tidak ingin persahabatannya hancur di tengah hutan. Sikap Rafael yang begitu egois terlihat begitu jelas. Sedangkan Nathan mencoba membuat Rafael sadar karena ia telah menyengsarakan teman-temannya.
Rahman hanya bisa mengelus dada. Dia mencoba menenangkan dirinya, karena kepanikan tidak akan menyelesaikan masalah. Yang ada malah terdampat di tengah hutan belantara.
“Gini ini kalau ikutin saran orang yang sok tahu. Yang ada malahan tersesat!” Omel Nathan berulang kali.
“Aduh! Berisik!” Teriak Rafael.
“Berisik? Wow!” Pekik Nathan. “Bagaimana bisa kamu mengambil rute perjalanan seperti ini?”
“Aduh kalau kalian bertengkar terus begini, bagaimana kita bisa memikirkan cara agar bisa menuju ke tempat tujuan kita? Coba kalian berpikirlah dan cari cara agar kita tidak terdampar di hutan ini.” Ujar Rahman.
“Percuma saja kalian berdebat. Sepertinya kita harus tinggal di sini.” Kata Vanno.
“Ok. Aku setuju untuk tetep stay di sini.”Kata Rafael dan Rahman.
“Kamu bagaimana, Nat?” Tanya Vanno.
“Mau bagaimana lagi?” Jawab Nathan seraya menaikkan pundaknya.
Mereka berempat akhir bermalam di tengah hutan yang begitu gelap gulita. Cahaya api unggun menemani malam mereka dan suasana begitu dingin menyengat hingga ke dalam pori-pori kulit. Mereka membuat mie instant.
Sesunyi malam ini
Seperti hatiku yang begitu sunyi
Semenjak kepergianmu
Hatiku terasa begitu kosong
Bahkan hati ini terasa begitu dingin
Karena aku hanya mencintaimu
Dulu hingga sekarang
Mungkin kita sudah berada di alam yang berbeda
Semoga suatu saat nanti kita bertemu di alam sana
Semoga kau bahagia di sana…..
Karena aku yakin Tuhan lebih menyayangimu
Sehingga kau telah di bawa pergi dahulu…….
~Nathan~
Nathan mengingat bahkan dia masih merasa merindukan dia yang telah lama pergi. Sebuah impian itu ada karena dia. Dia yang berhasil memberikan pilihan dalam impiannya saat ini.
“Ini begitu sangat dingin. Seperti hatiku yang membeku seketika. Apalagi kau ternyata memberikan harapan, kemudian kau hempaskan begitu saja. Bisakah kau rasakan kalau hatiku terasa begitu sakit. Namun, aku sadar karena aku memiliki banyak kesalahan di masa lalu. Dan, mungkin ini sebuah karma.” Batin Vanno.
Di tengah hutan. Di malam yang begitu gelap. Tak membuat semangat Rahman dalam mengejar cintanya Allah SWT. Cinta yang agung cinta kepada seorang pencipta. Banyak orang yang mencari alasan untuk meninggalkan cinta Allah SWT. Tapi, cinta Rahman begitu tulus hingga ia berada dimana saat dia hampir separuh jalan menuju impiannya. Meski sebelumnya ia ingin menyerah, namun Allah tidak membiarkan dia patah semangat.
Semenjak penghianatan dan rasa sakit yang Rafael rasakan itu masih terasa. Seakan cinta itu begitu pahit. Dan, cinta itu tidak cukup hanya sebuah perasaan. Namun, uang yang bisa merebut dan melenyapkan cinta antara kedua orang.
Mereka berempat memiliki masa lalu yang berbeda. Dan, alasan mengejar impian mereka juga berbeda. Namun, satu hal yang pasti mereka ingin hidup seribu tahun lamanya untuk bisa menolong banyak orang. Mereka tidak ingin sebuah uang merengut sebuah kebahagiaan. Mereka ingin menyelamatkan nyawa banyak orang. Tujuan mereka hanya satu memberikan kesempatan untuk orang lain bisa tersenyum.
Mereka berempat memiliki suatu misi. Misi memperjuangkan nyawa orang lain. Memiliki sebuah klinik sosial dan sebuah yayasan dengan biaya satu senyuman saja itu sudah cukup.
Ketika mengingat sebuah misi itu. Semua keegoisan itu mulai luntur seketika saja. Dan, impian mampu meluluhkan sebuah perselisihan diantara mereka.
“Raf, aku minta maaf sama kamu. Aku tidak bermaksud menyalahkan kamu, namun perasaan emosi itu tiba-tiba muncul seketika dan membuat aku tidak bisa menahan.” Kata Nathan.
“It’s ok, itu memang kesalahanku karena aku membuat keputusan yang menyengsarakan kalian semua. Aku yang harusnya minta maaf ke kalian semua.” Balas Rafael.
“Guys, betapa indahnya sebuah perdamaian tanpa adanya perselisihan. Perselisihan hanyalah perbuatan setan yang menguji kesabaran setiap manusia.” Tutur Rahman.
***&&&***
Terdengar kicauan burung, dan aroma embun pagi yang tidak asing lagi. Matahari mulai bersinar hingga menembus ke dalam hutan. Dan, membangunkan mereka bertiga yang tertidur lelap di dalam tenda. Sedangkan pria bernama Rahman dia sudah mencari beberapa ranting dan makanan untuk sarapan.
Rahman mulai menginggat beberapa jalan yang pernah ia lewati bersama ketiga temannya. Ia langsung berlari menuju ke temannya itu. Ia memberitahukan kalau dia sudah tahu arah jalan menuju ke Puncak Rinjani.
Ketika itu, ketiga temannya merasa begitu bahagia. Mereka tidak sabar untuk kembali melakukan perjalanan ke Puncak Rinjani. Dia juga tidak sabar untuk menikmati keindahan alam dari ketinggian puncak Rinjani.
Mereka berempat langsung berkemas-kemas. Nathan merasa lega karena dia akhirnya tidak perlu terjebak lebih lama di hutan. Nathan terus bersenandung ria dengan lagu favoritnya.
***&&&***
Perjalanan menuju puncak Rinjani itu tidak semudah dibayangkan. Karena ada beberapa tebing yang begitu terjal. Dan, jalanan itu berbatu licin hingga membuat Nathan tergelincir. Kaki Nathan terkilir dia terpaksa tidak bisa jalan dan harus dibantu selama perjalanan. Ketiga temannya saling bergantian untuk memapah dan membawa tas ransel Nathan. Ketika itulah sudah terlihat pertemanan mereka memang sejati bukan terlibat pertemanan palsu. Mereka selalu ada dan selalu siap membantu sama lain.
Beberapa pos sudah selesai ia lewati begitu saja. Dan, tujuan mereka adalah puncak Rinjani telah membayar semuanya. Keindahan puncak Rinjani. Dan, menikmati matahari terbenam di atas sana.
Senja yang tidak pernah lelah menyinari
Seakan seperti kalian yang selalu ada
Kalian seperti senjaku…..
Bahkan, dimana di saat kita di uji
Kita awalnya banyak perbedaan
Namun, sebuah kata persahabatan itu muncul
Dan, kata itu menyatukan kita
Mungkin banyak orang yang akhirnya pergi dan tidak tahan dengan sebuah ujian
Kalian memang yang terbaik
Dan, aku bahagia memiliki kalian
Aku mencintai kalian …….
~Nathan – Nada dan Nyawa~
***&&&***