“Rafael!” Teriak Nathan.
Sebuah truk pengangkut menghantam tubuh Rafael seketika. Tubuhnya terlempar dan terhempas begitu saja. Kepala Rafael mengenai pembatas jalan. Tubuh Rafael terkapar begitu saja. Dan, banyak orang yang mengkrumuninya.
Ketika itu, tubuh Nathan sempat lemas melihat sahabatnya itu terkapar. Dia berusaha menghampiri Rafael. Dia merasa begitu kebingungan dan dia bingung harus apa?
Nathan melakukan pertolongan utama dan meminta beberapa orang untuk mengangkat Rafael ke dalam mobilnya. Setelah itu Nathan membawa ke Rumah Sakit terdekat.
Nathan berteriak dan meminta tolong beberapa perawat rumah sakit segera membawa Rafael ke UGD. Ia berusaha memeriksa keadaan Rafael untuk memastikan tidak terlambat menolong. Dia berusaha melakukan beberapa cara untuk menolong Rafael.
Tiba-tiba nafas Rafael berhenti begitu saja. Nathan begitu panik dan bingung harus bagaimana. Kondisi Rafael cukup melemah dan denyut jantungnya semakin melemah hingga tidak berdetak.
Rahman dan Vanno pun datang ke ruang UGD. Dia mencoba membantu Nathan untuk menangani Rafael. Rahman pun mencoba mengecek kondisi Rafael kembali. Dan, dia mencoba meminta beberapa dokter senior.
Ketika itu Rahman mencoba melakukan cara dengan memberkan defrillator untuk menormalkan kembali jantung Rafael. Beberapa detik kemudian jantung Rafael kembali berdenyut dengan normal. Nathan merasa sedikit lega karena detak jantung Rafael kembali normal.
Setelah itu, mereka mendiagnosa hasil pemeriksaan yang ternyata Rafael mengalami benturan cukup keras. Rafael dinyatakan kemungkinan besar mengalami gagar otak ringan. Dia juga akan mengalami kehilangan beberapa memori ingatan dalam otaknya. Dan, untuk mengalami kelumpuhan sementara pada setengah badan Rafael.
Nathan dan kedua temannya cukup shock mendengar keadaan Rafael. Nathan merasa sangat bersalah tidak bisa menyelamatkan Rafael dari peristiwa yang hampir saja merengut nyawanya. Dia sangat terlambat untuk membuat sahabatnya terhindar dari peristiwa itu.
Rafael masih dinyatakan koma. Rahman menghubungi keluarga Rafael. Tubuh Vanno mendadak juga lemas dan dia tidak menyangka kalau kejadian itu membuat kondisi Rafael seperti itu. Padahal minggu lalu dia menghabiskan waktu menikmati Rinjani bersama. Kenyataan pahit itu membuat semua kesedihan diantara mereka.
Mereka bertiga masih stay menunggu Rafael yang masih terbaring lemah di Ruang Iccu. Seakan cobaan itu datang tanpa permisi. Beberapa dokter senior yang menangani Rafael menyatakan kalau hanya mukjizat yang menyelamatkan nyawa Rafael.
Mereka bertiga masih mengingat sebuah impian di tengah persahabatan yang telah mereka jalin selama ini. Nathan merasakan terpukul karena kejadian itu tepat di depan matanya. Ia juga tahu dimana detik-detik kejadian itu.
Hari ini juga merupakan hari ulang tahun Rafael. Mereka bertiga membawakan kue tart, meskipun Rafael masih belum sadarkan diri. Mereka selalu bersama karena makna persahabatan melebihi dari sekedar saudara.
Beberapa saat kemudian keluarga Rafael telah datang. Ibu Rafael menangis histeris melihat anaknya yang terbaring koma. Beliau merasa begitu hancur melihat keadaan Rafael seperti itu.
Ibu Rafael pun tiba-tiba pingsan karena terus mengucurkan air mata tiada hentinya. Ia tidak menyangka kalau semua itu harus menimmpa anak kesayangannya. Dan, itu membuatnya hati beliau sangat pedih.
Nathan dan Rahman langsung membawa ibu Rafael menuju ruang UGD. Dia merasa sangat sedih juga. Bagaimana tidak seorang anak kebanggaan dan kesayangannya yang kini terbaring lemah di hadapannya. Seorang ibu manapun hatinya pasti akan hancur.
***&&&***
Tiga hari kemudian Rafael tersadar dari komanya. Rafael mulai perlahan membuka matanya. Rahman melihat pertama kali kalau Rafael mulai tersadar.
“Rafael?”
Rahman merasa bahagia saat sahabatnya mulai tersadar kembali. Namun, sebagian tubuh Rafael tidak bisa digerakan. Bahkan tiba-tiba mendadak Rafael kehilangan suaranya. Karena pita suara Rafael sudah rusak akibat kecelakaan itu.
Rafael hanya bisa meneteskan air mata kepedihan. Dia merasa kalau dirinya seperti mummy atau mayat hidup. Dia merasa untuk apa hidup kembali, jika pada akhirnya menerima takdir seperti ini.
Rafael juga tidak mengingat siapa yang ada di hadapannya. Dia ingin memberontak, namun percuma tidak ada yang bisa mendengar suara hatinya. Rahman merasa hancur karena melihat keadaan sahabatnya yang seperti itu.
Rahman langsung menghubungi Nathan dan Vanno agar segera ke Rumah Sakit melihat keadaan Rafael. Tidak berselang waktu lama mereka berdua pun akhirnya datang. Mereka berdua merasakan perasaan sangat begitu perih dan sedih.
***&&&***
Dua minggu kemudian Rafael, akhirnya Rafael pulang. Dia pun untuk sementara ini izin dulu tidak bisa mengikuti kegiatan perkuliah. Padahal semester ini adalah semester akhir.
Ketiga temannya sangat setia merawat Rafael. Mereka saling bergantian menjaga Rafael. Karena ibu Rafael untuk sementara pulang dulu ke kampung halamannya.
Ibu Rafael mengalami shock berat. Ibu Rafael mengalami stress berat melihat kondisi anaknya seperti itu. Saudara Rafael memutuskan membawa ibu Rafael kembali ke kampung halamannya hingga kondisi kembali pulih. Dan, menitipkan Rafael kepada ketiga sahabatnya itu.
Hari demi hari telah berganti. Bulan demi bulan telah terlewati. Dan, sudah hampir enam bulan Rafael tidak mengalami perkembangan hanya duduk di kursi roda atau terbaring di kasur kamar kost.
Nathan mencoba mencari informasi dokter terbaik di Indonesia. Namun, sayangnya Nathan belum menemukannya. Dia mencoba mencari dokter di luar negeri. Dan, akhirnya Amerika merupakan jalan pilihan terakhir untuk pengobatan Rafael.
Nathan meminta persetujuan kedua sahabatnya itu. Namun, Rahman merasa tidak bisa membantu untuk urusan keuangan. Nathan pun meminta bantuan kepada ayahnya yang kebetulan pengusaha batu bara. Ayah Nathan memberikan bantuan dan menanggung seluruh biaya pengobatan Rafael karena beliau memiliki yayasan juga untuk membantu orang-orang yang kesulitan biaya. Begitu juga dengan keluarga Vanno yang bersedia memberikan sebagian bantuan dana untuk Rafael.
Nathan akhirnya mengkonfirmasikan Rumah Sakit di Amerika. Dan, jadwal perawatan Rafael mulai bulan depan. Nathan juga menyiapkan beberapa dokumen untuk pergi ke Amerika dengan dibantu kedua sahabatnya itu.
Mereka bertiga bersedia untuk mendampingi Rafael selama pengobatan di Amerika, meskipun bergantian. Vanno pun mengajukan dirinya untuk yang pertama kali menemani Rafael satu pekan lamanya. Dia akan melakukan apapun atas nama persahabatan.
***&&&***