Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love Dribble
MENU
About Us  

Tujuh | Kenangan

 

Sementara itu, di dalam kamar nya, Claire sedang menangis dalam diam sambil menatap selembar foto. Di foto itu terlihat sepasang cewek dan cowok yang saling berangkulan mesra.

"Adrian, kenapa sih waktu itu lo nyelametin gue... kenapa waktu itu lo gak biarinin gue aja yang ketabrak? Gue kangen tau sama lo... mau berapa lama lagi lo tidur panjang? Bangun dong..." lirih Claire. Pikirannya kembali menerawang ke tiga tahun yang lalu. Hari terjadinya kejadian tragis itu. Hari itu adalah hari terakhir ia bertemu dengan Adrian sebelum Adrian dipindahkan ke luar negeri.

*~?*?~*


"Ire, ambilin!" teriak Luna. Claire mengangguk lalu berlari mengejar bola basket yang sudah menggelinding jauh ke arah jalan raya.

Tanpa memperhatikan keadaan jalanan saat itu, Claire berlari kecil menghampiri bola basket itu dan mengambilnya.

Saat itu, Claire yang sedang membungkuk untuk memungut bola sama sekali tidak melihat bahwa ada sebuah mobil dari arah berlawanan melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi.

"CLAIIIIREEE!!! AWAAAS!" teriak Adrian sambil mendorong Claire ke pinggir jalan untuk menghindarkan Claire dari tabrakan mobil itu. Ya, Adrian mengikuti Claire untuk memastikan keselamatan Claire karena Adrian tahu kalau Claire adalah anak yang ceroboh, sangat ceroboh tepatnya.

"Uuuh", Claire meringis kesakitan saat tubuhnya terlempar ketika Adrian mendorongnya. "Ad.. Adrian..." lirih Claire sambil berusaha mendekati Adrian dengan menyeret tubuhnya.

Namun, tiba-tiba kepalanya merasakan sakit yang luar biasa. Pandangannya mengabur. Hal terakhir yang diingat Claire sebelum matanya terpejam adalah Adrian yang terbaring tak berdaya dengan tubuh yang bersimbah darah diiringi dengan teriakan-teriakan teman-temannya. Lalu semuanya gelap.

Claire baru sadar tiga hari kemudian. Orang pertama yang ia lihat saat ia sadar adalah Shiellen. Begitu Claire bertanya tentang Adrian kepada Shiellen, air muka Shiellen berubah sendu. Saat itu, ia merasa napasnya seakan terhenti. Ia kehilangan oksigennya. Raut wajahnya yang bingung berubah menjadi terkejut.


Shiellen yang melihat keterkejutan di wajah Claire buru-buru berkata. "Kak Adrian bukan meninggak kak. Kak Adrian dipindahin ke Amrik buat dirawat di sana. Nanti kalo udah sembuh baru balik ke sini".

Perkataan Shiellen sama sekali tidak mengurangi rasa khawatirnya. Kata-kata itu malah membuatnya merasa bersalah. Berulang kali benaknya mengucapkan kata 'seandainya'. Namun, satu yang paling dia sayangkan. Seandainya waktu itu dirinya tidak terlempar dan tubuhnya terbanting cukup keras, harusnya ia menjadi orang yang menjaga Adrian saat masa-masa kritisnya. Sayangnya, hal itu hanya perandaian saja. Adrian-nya sudah tak lagi di sisinya. Tak ada lagi untuk menghiburnya saat ia sedih.

*~?*?~*

"Kenapa juga waktu itu gue pingsan sih?! Urgh! Harusnya waktu itu gue yang jagain dia sebelum dia dipindahin ke rumah sakit di Amrik!" pekik Claire di tengah isak tangisnya. Air matanya meluncur deras dari mata berwarna hazel nya.

Sementara itu, Gio yang ada di bawah mengkhawatirkan kondisi Claire. "Tante Nia, itu si Claire gapapa?" tanya Gio tanpa bisa menyembunyikan nada cemasnya yang terselip di sela-sela pertanyaannya.

"Ehem, ciee, yang khawatir cieee" goda Laura sambil tersenyum geli menahan tawa.

"Ih, apaan sih kak!"

"Ire gak apa-apa kok Gio. Udah biasa dia begitu, padahal kejadiannya udah tiga tahun yang lalu, tapi dia masih sakit hati. Sampe trauma... oh ya, Gio panggilnya jangan 'Tante' yes? Panggilnya 'Mama' aja ya" ucap Nia sambil tersenyum yang terlihat... sedikit getir.

Gio mengangguk kecil. "Oke tan, eh ma" balasnya sambil tersenyum canggung.

"Gio aja nih tan? Aku enggak?" protes Laura sambil mengerucutkan bibirnya dan berpura-pura ngambek.

"Iya deh, Aura juga panggilnya 'mama' aja" balas Nia sambil terkekeh.


"Mah, si papa mana?" tanya Shiellen.

"Oh iya, papa kamu keseruan kerjanya nih! Masa sampe makan malem aja lupa. Ya udah, mama panggilin papa kamu dulu bentar ya" kata Nia sambil beranjak dari kursinya dan menuju ke ruang kerja Justin, papa dari Sherly, Niko, Claire, dan Shiellen sekaligus suami dari Nia.

Shiellen mengangguk antusias. Well, Shiellen memang lebih dekat dengan Justin, papanya daripada Nia, mamanya.

Sekitar dua menit kemudian, Nia dan Justin keluar dari ruang kerja Justin dengan senyum lebar menghiasi wajah keduanya.

"Waah, hari ini kita makan malemnya rame banget ya. Yang ini siapa?" tanya Justin pada Gio.

"Saya Gio om, adiknya Kak Aura sama temen satu sekolahnya Claire, om" jawab Gio sambil tersenyum canggung.

"Uhuk, temen apa demen ya?" goda Laura sambil pura-pura terbatuk.

"Yee, apaan sih kak! Kalo aku nanya ke kakak 'kakak kalo sama Bara itu temen apa demen?', kakak jawab apa?" balas Gio sambil menatap kakaknya dengan tatapan tajam.

"Ya, ya itu kan beda, Gi" kata Laura sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain. Berharap Gio tidak melihat semburat merah yang muncul di wajahnya.

"Ire ada dimana ma?" tanya Justin pada Nia.

"Ehm, dia ada di kamar" jawab Nia sambil memandang nanar ke arah suaminya.

"Mah, pah. Erly udah selesai makan, Erly nyusul Ire di kamarnya ya" pinta Sherly membereskan piring bekas makannya dan menaruhnya di tempat cuci piring.

Nia hanya mengangguk kecil membalas Sherly.

TOK TOK

"Masuk!" kata Claire sambil mengusap sisa air matanya saat Sherly mengetuk pintu kamarnya. Sherly memasuki kamar Claire dan duduk di tepi ranjang Claire.

"Ire, kamu jangan nangis sayang... nanti Adrian sedih loh kalo liatbkamu nangis kayak gini" kata Sherly menasehati Claire. Ia sungguh tidak tega melihat adiknya yang ceria menangis seperti ini.

"Aku... aku gak mau kehilangan dia kak.." lirih Claire sambil menatap nanar foto dirinya dan Adrian.


"Kamu gak kehilangan dia Re. Dia kan cuma dipindah dirawat di Amerika" balas Sherly sambil mengusap pipi Claire dengan penuh kasih sayang.

"Kalo aku sampe kehilangan Adrian, aku gak yakin bisa maafin diri aku karena udah bikin aku kehilangan orang yang aku suka", kata terakhir Claire membuat mata Sherly kini membulat sempurna.

"Kamu, kamu suka sama Adrian?" tanya Sherly hati-hati sambil menatap Claire tidak percaya. Selama ini dia hanya mengira kalau Claire dan Adrian hanya sebatas sahabat.

"Kakak jangan natap aku peke tatapan 'i don't believe it' dong! Karena, kalo kakak aja gak percaya, aku apalagi..." kata Claire sambil menatap Sherly dengan tatapan sendu. Air matanya mulai bermunculan lagi di pelupuk matanya. Siap meluncur lagi kalau Claire mengedip sekali lagi.

"Okay, i believe you. Ehm, yang jadi pertanyaan nya itu... Adrian tau... kalo kamu ada 'rasa' sama dia?" tanya Sherly lagi.

Claire menggeleng kecil. "Ehm, kakak orang pertama yang tau kepastian hal ini dari mulut aku sendiri..." jawab Claire lirih. Hatinya terasa sakit. Memendam rasa rindu, sayang, suka, dan rasa bersalah sendirian selama tiga tahun jelas bukan hal yang mudah. Bahkan Luna dan keluarganya pun tidak tahu akan hal ini.

Sherly memeluk Claire dengan erat. Memberikan kenyamanan dan kehangatan kepada adiknya. "Udah ya nangisnya. Ire jadi jelek kalo nangis" kata Sherly sambil mengacak-acak rambut Claire.

"Aaa, Kak Erly! Rambutku jadi acak-acakan nih!" rengek Claire sambil merapikan rambutnya.

"Hahaha, iya. Sori Ire. Turun yuk! Kamu gak laper apa?" ajak Sherly yang dibalas anggukan oleh Claire.

~Gio's POV:
Ehm, ini si Kak Aura gak ada pikiran buat pulang apa?! Dari tadi kerjaannya makan terus nambah mulu deh. Gak mikir apa ini udah mau jam delapan? Udah jam 19.47 ini!! Nanti pulang nya kemaleman tau rasa nih!

"Ma, aku mau makan", gue menoleh ke asal suara dan mendapati si cewek berdiri di dekat tan, eh, Mama Nia. Aduuh! Kenapa juga gue harus manggil nyokap nya si cewek songong mama sih?! Bikin pusing dah.

"Iya, iya. Sana makan gih!" suruh Mama Nia ke Claire.

"Claire, Claire! Sini duduk di samping kakak!" pinta Kak Aura.What?! Sebelah Kak Aura berarti kan sebelahnya gue juga! No way! Gue gak mau!

Claire mengangguk kecil. "Iya kak", idih! Si cewek songong emang mau duduk di sebelah Kak Aura ato mau modusin gue nih! Hahaha, gue PD-an banget ya?

"Eh, Ara! Lo gak mau pulang apa? Udah jam delapan noh! Kesian kali adek lo" ucap Kak Sherly ke Kak Aura.

Kak Aura langsung ngeliat ke arah jam dinding yang dipajang di dekat tempat Kak Sherly berdiri. "OMG HELLOOOW!! Seriusan nih? Aduh, Mama Nia, Om Justin, Sher, Ire, Nik, Iellen, aku pulang dulu ya!" teriak Kak Aura sambil menghabiskan minumannya dengan terburu-buru dan membuatnya tersedak.

Otak gue langsung memikirkan akibat punya kakak seperti Kak Aura. Jadi, akibatnya itu...

1. Gue...MALU PUNYA KAKAK KAYAK KAK AURA!!!

2. TINGKAHNYA KAK AURA BIKIN GUE PUSING!

3. Kakak kesayangan gue itu... MALU-MALUIN!!

"Ya ampun kak! Aelah, gak bisa lebih sopan lagi ya? Ini tuh di rumah orang tau! Tau diri kek!" pekik gue.

"Kek, kek. Gue bukan kakek Gioo!" pekik Kak Aura. Ya Tuhan, masa aku punya kakak begini banget ya?

"Tau ah! Ayo cepetan pulang!" ketus gue.

Tapi Kak Aura hanya diam tak bergeming dari tempat dia berdiri. Lihat! Dia bahkan cemberut sekarang.

"Kak! Lo gak mau pulang?" tanya gue ketus.

"Aduh, adek gue yang ganteng tapi sayangnya agak bloon, lo mau jalan kaki pulang ke rumahnya?", gue memutar bola mata gue malas mendengar penuturan Kak Aura.

"Sherly! Anterin gue pulang ya... adek gue mau jalan kaki soalnya" pinta Kak Aura ke Kak Sherly.

"KAK!" tegur gue. Kak Aur hanya membalas dengan memutar bola matanya malas.

"Hahaha, iya iya. Ayo!" kata Kak Sherly meng-iya kan permintaan Kak Aura. Gue dan Kak Aura berjalan beriringan mengekori Kak Sherly sambil sesekali saling melempar tatapan tajam.

~Authors POV:

*~?*?~*

Sampai di rumah Gio, Sherly menepikan mobilnya di tepi jalan raya untuk menurunkan Gio dan Laura.

"Makasih banyak ya, Sher" kata Laura tulus.

"Yup, your welcome" balas Sherly.


"Mau mampir dulu Sher? Sekalian ketemu mami..." tawar Laura.

"Hm, boleh deh. Aku sekalian mau ketemu Tante Ella, kangen" jawab Sherly sambil cengengesan.

Di dalam rumah, Gio, Sherly, dan Laura disambut hangat oleh Ella, ibu dari Laura dan Gio.

"Sherly?! Ya ampun, udah lama ya? Kamu dari mana aja sayang? Kok udah jarang main ke sini sih?" ucap Ella sambil memeluk Sherly yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

"Iya tan, lagi sibuk belakangan ini. Hehehe... ini aja cuman mampir bentar abis nganter Gio sama Ara pulang" balas Sherly sambil tersenyum ketika Ella melepaskan pelukannya.

"Hai ma. I'm home" ucap Laura sambil mencium pipi mamanya.

"Hai ma. I'm home too" ucap Gio sambil mencium pipi mamanya juga.

"Iya sayang. Kalian udah makan belom?" balas Ella.

"Udah kok ma tadi di rumah Kak Sherly" jawab Gio.

"Oh. Ya udah, kalian mandi terus tidur gih! Jangan lupa gosok gigi!" kata Ella pada kedua anak-anaknya.

Gio dan Aura mengangguk meng-iya kan perintah Ella.

"Udah ya, tante. Sherly mau pulang dulu. Takut kemaleman" pamit Sherly.

"Ya udah, kamu hati-hati di jalan ya, Sher! Makasih ya, kamu udah anter Gio sama Aura pulang. Sering-sering main ke sini ya! Sekalian bawa adik-adik kamu tuh!" balas Ella sambil tersenyum.

"Iya tante. Daaah!"

Sementara itu, di rumah Claire, Claire sudah mengantuk. Sangat mengantuk tepatnya.

"Ma, Ire mau tidur duluan ya" ucap Claire. Matanya sudah hampir tertutup saking mengantuknya.

"Oh. Ya udah, kamu gak mau nunggu si Sherly pulang dulu sayang?" tanya Nia.

Claire menggeleng kecil. "Enggak deh ma. Mataku udah tinggal lima watt nih" ucapnya sambil menguap kecil.

"Oke, jangan lupa sikat gigi dulu ya!" kata Nia sambil mencium pipi Claire.

"Oke ma" balas Claire sambil menaiki tangga menuju kamarnya

 

***
TBC

 

Haiiiii! Udah sampe part tujuh aja nih.
Kalian jangan lupa like ya! Jangan bosen-bosen baca cerita aku hehe.

 

Salam hangat,

@Mella3710

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (7)
  • Mella3710

    Novel

    Comment on chapter Prolog
  • yosuyoung

    Ini novel atau buku diary?

    Comment on chapter Prolog
  • Laylilaaa

    Okeh @Mella3710

    Comment on chapter Prolog
  • Maxia848

    Semangat. Ini great. Wohoo

    Comment on chapter Prolog
  • Laylilaaa

    Keren ceritanya! Semangat

    Comment on chapter Prolog
  • Minebendita

    Keren loh! Semangat terus!

    Comment on chapter Prolog
  • dede_pratiwi

    nice story, ditunggu kelanjutan ceritanya :)

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Grey
237      199     1     
Romance
Silahkan kalian berpikir ulang sebelum menjatuhkan hati. Apakah kalian sudah siap jika hati itu tidak ada yang menangkap lalu benar-benar terjatuh dan patah? Jika tidak, jadilah pengecut yang selamanya tidak akan pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan sakitnya patah hati.
Power Of Bias
1088      632     1     
Short Story
BIAS. Istilah yang selalu digunakan para penggemar K-Pop atau bisa juga dipakai orang Non K-Pop untuk menyatakan kesukaan nya pada seseoraang. Namun perlu diketahui, istilah bias hanya ditujukan pada idola kita, atau artis kesukaan kita sebagai sebuah imajinasi dan khayalan. Sebuah kesalahan fatal bila cinta kita terhadap idola disamakan dengan kita mencitai seseorang didunia nyata. Karena cin...
My Sunset
7270      1579     3     
Romance
You are my sunset.
LELAKI DENGAN SAYAP PATAH
8608      2738     4     
Romance
Kisah tentang Adam, pemuda single yang sulit jatuh cinta, nyatanya mencintai seorang janda beranak 2 bernama Reina. Saat berhasil bersusah payah mengambil hati wanita itu, ternyata kedua orang tua Adam tidak setuju. Kisah cinta mereka terpaksa putus di tengah jalan. Patah hati, Adam kemudian mengasingkan diri dan menemukan seorang Anaya, gadis ceria dengan masa lalu kejam, yang bisa membuatnya...
Azzash
308      253     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
Dear You
15519      2675     14     
Romance
Ini hanyalah sedikit kisah tentangku. Tentangku yang dipertemukan dengan dia. Pertemuan yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Aku tahu, ini mungkin kisah yang begitu klise. Namun, berkat pertemuanku dengannya, aku belajar banyak hal yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. Tentang bagaimana mensyukuri hidup. Tentang bagaimana mencintai dan menyayangi. Dan, tentang bagai...
Stuck In Memories
15718      3216     16     
Romance
Cinta tidak akan menjanjikanmu untuk mampu hidup bersama. Tapi dengan mencintai kau akan mengerti alasan untuk menghidupi satu sama lain.
AVATAR
7949      2243     17     
Romance
�Kau tahu mengapa aku memanggilmu Avatar? Karena kau memang seperti Avatar, yang tak ada saat dibutuhkan dan selalu datang di waktu yang salah. Waktu dimana aku hampir bisa melupakanmu�
Kisah Alya
319      230     0     
Romance
Cinta itu ada. Cinta itu rasa. Di antara kita semua, pasti pernah jatuh cinta. Mencintai tak berarti romansa dalam pernikahan semata. Mencintai juga berarti kasih sayang pada orang tua, saudara, guru, bahkan sahabat. Adalah Alya, yang mencintai sahabatnya, Tya, karena Allah. Meski Tya tampak belum menerima akan perasaannya itu, juga konflik yang membuat mereka renggang. Sebab di dunia sekaran...
Dua Sisi
8321      1891     1     
Romance
Terkadang melihat dari segala sisi itu penting, karena jika hanya melihat dari satu sisi bisa saja timbul salah paham. Seperti mereka. Mereka memilih saling menyakiti satu sama lain. -Dua Sisi- "Ketika cinta dilihat dari dua sisi berbeda"